Alan ... menikahlah dengan Delila, ku mohon! Aku sangat mencintai anakku Delila, aku paling tidak bisa terima bila dia di permalukan. Nelson Jocelyn
Saya tidak mau karena saya tidak mencintainya. Alan Hendra Winata
Maaf, maafkan aku telah menyeretmu ke dalam masalah besar ini. Delila Jocelyn
Pernikahan yang tak di inginkan itu apakah tumbuh benih-benih cinta atau hanya akan ada rasa sakit yang menjalar di antara keduanya?
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar Buruk
Alan memperhatikan Delila yang berjalan hilir mudik menyiapkan makanan. Mata nakal Alan tak berhenti menatap cara berjalan Delila. Alan merasa bila Delila terlihat sangat lemah dan ringkih dengan keadaannya saat ini.
"Delila, kamu tak usah maksain diri untuk menyediakan sarapan untukku. Kan sudah ada Bi Nani yang bisa melakukannya."
Mendengar itu Delila menghentikan langkahnya, dan menatap Alan sesaat.
"Kamu nggak suka?" tanya Delila.
"B- bukan ... bukan begitu maksudku," jawab Alan.
Tanpa berkata pun, Delila cukup paham dengan maksud perkataan Alan. Delila segera duduk di hadapan suaminya itu.
"Walaupun kondisi seperti ini, aku masih bisa melakukan banyak hal. Jangan khawatir," terang Delila tanpa ada rasa tersinggung sama sekali.
Alan pun terdiam mematung, dia merasa tak enak hati atas apa yang dia katakan barusan.
"Maafkan aku Delila, aku nggak bermaksud untuk ...." Alan tak bisa melanjutkan ucapannya.
"Its ok gak apa Alan. Aku harap mulai sekarang kamu bisa menerima keadaan ku yang seperti ini," ucap Delila yang kemudian melayani Alan di meja makan.
"Delila, aku sungguh-sungguh minta maaf padamu. Aku hanya tak ingin merepotkanmu."
"Baiklah, aku akan memaafkan mu asal kamu makan banyak hari ini," ucap Delila sembari tertawa.
Lagi dan lagi Alan terpesona oleh kelembutan dari seorang Delila. Dan untuk mendapatkan maaf dari istrinya itu, Alan langsung menghabiskan sarapannya.
Selesai makan Delila mengantar suaminya ke pintu utama. Terlihat jelas kecanggungan di antara mereka saat Alan akan pergi meninggalkan rumah.
"Hati-hati di jalan," ucap Delila malu-malu.
"Kamu juga baik-baik di rumah ya," balas Alan tersenyum kikuk.
Alan mulai melajukan mobilnya, tapi sorot matanya masih tertuju pada kaca spion yang ada di atasnya. Alan melihat Delila yang melambaikan tangannya, sebuah senyuman terukir di wajah Alan.
🌷🌷🌷
Di lain tempat tampak Lucas yang baru saja menghabiskan sarapannya berupa dua lembar roti tawar yang di olesi selai coklat. Saat ini lelaki itu tengah duduk sendirian di meja dapurnya, sedangkan Luna masih tertidur pulas di kamar.
Lucas menghampiri kekasihnya itu sebelum pergi.
"Luna, aku pergi dulu ya. Nanti ada asistenku datang yang akan mengantarkanmu," ucap Lucas sembari mengusap-usap lembut kepala Luna.
Dalam hitungan detik Luna menggeliat meregangkan tubuhnya dan perlahan membuka matanya.
"Mmm ... maafkan aku sayang, aku bangun kesiangan," ucap Luna dengan suara seraknya.
"Nggak apa-apa sayang, aku tahu kamu pasti lelah. Aku pergi dulu." Lucas mengecup pucuk kepala Luna sebelum pergi.
Beberapa saat kemudian setelah memastikan Lucas benar-benar pergi, Luna mendudukkan dirinya di atas ranjang sembari mengambil dan menyalakan ponselnya.
Luna menghela nafas beratnya dan menghembuskannya secara kasar.
"Capek juga ternyata pura-pura tidur," gumam Luna. Sebenarnya dia telah terbangun dari beberapa jam yang lalu. Tapi Luna sengaja tetap berbaring agar Lucas mengira Luna masih tertidur pulas.
"Jangan harap bisa menyuruhku ini itu. Aku datang kesini hanya untuk jadi Nyonya, bukan jadi pembantu." Lanjutnya bermonolog. Luna tak ingin lelah menyiapkan kebutuhan kekasihnya.
🌷🌷🌷
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, kini Lucas telah tiba di sebuah gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Dia berjalan memasuki kantornya setelah 1 minggu belakang dia tinggalkan.
"Pak ...," panggil Dani sang asisten dengan nada suara yang bergetar dan tangannya yang dingin menyalami bosnya itu.
"Cepat katakan apa yang terjadi?" titah Lucas, kini mereka berjalan beriringan menuju ruangan Lucas yang berada di lantai 5.
"Mmm ... begini Pak, Jocelyn Group membatalkan semua kerja sama dan menarik dana investasi mereka," ucap Dani.
"Kita tuntut balik saja kalau begitu," jawab Lucas santai.
"Maaf Pak itu tidak bisa karena waktu itu Bapak dan Jocelyn Group membuat perjanjian atas dasar kekeluargaan, sehingga Jocelyn Group memberikan dana investasi itu sebelum surat perjanjian resmi keluar jadi kita tak bisa menuntut," terang Dani.
Lucas terdiam tak bersuara untuk beberapa saat, dia memikirkan langkah apa yang harus di ambil. Kini mereka telah sampai di ruangan Lucas dan duduk berhadapan.
"Kita akan mencari investor baru, tinggal meningkatkan kinerja marketing untuk lebih mempromosikannya," ucap Lucas yang berusaha mencari solusi atas masalahnya itu.
"Itu sudah di lakukan Pak. Namun sejauh ini masih belum ada investor lain yang tertarik," jawab Dani takut-takut.
Lucas menganggukkan kepalanya sembari berpikir lagi.
"Ngh ... lalu pabrik yang di Surabaya sudah 3 hari ini tidak beroperasi." Lanjutnya dengan penuh hati-hati takut bosnya itu marah karena banyak masalah yang menimpa bisnisnya.
Belum juga Lucas menyelesaikan masalah, kini masalah lain datang.
"Apa? Bagaimana bisa?" tanya Lucas dengan wajah paniknya.
"Itu karena supplier tidak mengirimkan bahan baku sehingga proses produksi tidak bisa di lakukan. Dan hari ini karyawan mulai berdemo karena tidak ada kejelasan apa yang harus mereka lakukan," terang Dani perihal kondisi pabrik.
"Aaargh ... sial!" teriak Lucas sembari melemparkan barang apa saja yang bisa dia raih dengan tangannya.
Lucas menghela nafas beratnya dan. menghembuskannya secara kasar.
"Pasti ada dalang di balik semua ini," gumam Lucas dengan wajah tertunduk sambil memijit pelipisnya yang terasa nyeri.
"Siapkan semua yang di butuhkan, lusa kita berangkat," titah Lucas pada Dani.
"B- baik Pak, saya permisi," jawab Dani kemudian pamit undur diri.
"Oh iya jangan lupa kirim seseorang ke apartemenku, ajak Luna untuk mencari mobil yang dia inginkan," ucap Lucas pada Dani sebelum dia benar-benar menghilang dari balik pintu.
Kini Lucas duduk di meja kebesarannya dengan segala macam pikiran yang berkecamuk. Entah bagaimana reaksi keluarganya mengetahui kondisi perusahaan saat ini. Lucas sangat yakin jika Jocelyn Group ikut andil dalam hal ini, mengingat Jocelyn Group adalah perusahaan yang jauh lebih besar dari miliknya dan sangat berpengaruh. Tapi Lucas tak tinggal diam, dia akan berusaha dan berjuang keras untuk mengembalikan perusahaannya menjadi kembali semula.
🌷🌷🌷
Sesuai tebakan Alan, jadwal nya hari ini begitu padat. Dan benar saja setelah meeting selesai kini dia masih bergelut dengan beberapa berkas yang ada di meja kerjanya.
Detik berganti menit, menit pun berganti menjadi jam. Tak terasa kini sudah menunjukkan pukul 11, Alan bersiap meninggalkan ruangannya untuk makan siang di kantin. Dia mengambil benda pipih yang di simpan di dalam laci. Alan sama sekali tak memiliki kesempatan untuk membuka ponselnya. Saat dia buka terdapat banyak notif panggilan tak terjawab dan beberapa pesan chat dari Ibunya.
"Alan, Ibu akan datang ke Jakarta untuk mendengarkan penjelasan perihal pernikahan dadakanmu itu dan Ibu juga ingin bertemu istrimu."
Alan meraup kasar wajahnya yang begitu frustasi. Bukannya dia tak senang dengan kedatangan Ibunya tapi sifatnya yang keras dan tegas sangat bertolak belakang dengan sifat Delila yang lembut. Alan takut Delila menolak bertemu Ibunya, sehingga Alan tak membalas chat itu. Dia memutuskan untuk berbicara terlebih dulu dengan Delila.
.
.
.
🌷Bersambung🌷
yah dah di pastikan ini mah novel sering tahan nafas 😁😁😁😁
pantes kalau Lucas sma Luna