Semuanya berawal dari sebuah perjodohan, seorang pria tampan bernama Lionard Demitri yang membuat seorang gadis ceria seperti Airin, mengalami kehancuran begitu besar dalam hidupnya.
Kebodohan yang Airin lakukan, adalah mencintai suaminya dengan sepenuh hati. Hingga dia tahu jika ternyata suaminya menikahinya karena dia mempunyai kemiripan dengan perempuan di masa lalunya.
Airin hanya di jadikan istri bayangan oleh Lion. Tidak ada cinta untuk dirinya, semuanya hanya sebuah cinta sepihak.
"Tidak bisakah aku menggantikan Vei untuk kamu? Tidak bisakah Airin yang ini kamu cintai, bukan Airin yang harus menjadi Verina"
Dengan penuh harapan Airin mengatakan itu pada suaminya. Namun harapan rapuh yang dia miliki, harus hancur dalam sekejap.
"Kau berharap cinta dariku? Haha.. Sampai kapanpun tidak akan pernah kau dapatkan!"
Ketika hanya menjadi istri dengan bayang-bayang masa lalu suaminya. Tapi, Airin tetap bertahan. Meski entah dia akan bisa melewatinya atau tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dinikahi Karena Mirip Perempuan Masa Lalunya
Lion kembali dari tempat kerjanya, dia melihat istrinya yang sedang menyiapkan makanan. Lion melihat penampilan Airin dari atas sampai bawah. Rambut yang di ikat asal-asalan, kaos polos longgar dan celana panjang longgar.
"Kenapa kau tidak memakai pakaian Vei?"
Airin menghentikan gerakan tanganya yang ingin menyimpan piring di atas meja, dia menoleh pada suaminya. Hembusan nafas panjang, menunjukan frustasi yang dia rasakan saat ini.
"Em, aku akan mengantinya"
Saat ini Airin tidak ingin memulai perdebatan dengan suaminya. Untuk sejenak, dia ingin tenang tanpa ada pertengkaran di dalam rumah ini. Meski sebenarnya hatinya terluka saat terus dipaksa untuk menjadi orang lain.
Saat Airin melewati suaminya, tangannya ditahan oleh Lion. Pria itu mendekat dan berbisik ditelinganya. "Jika kau tidak mau aku menyakitimu, maka turuti perintahku"
Airin hanya diam saja, dia melepaskan cengkraman tangan Lion di lengannya, dan segera pergi dari sana. Masuk ke dalam kamar dan menutup pintu cukup keras, Airin bersandar di balik pintu yang tertutup. Air mata mengalir begitu saja dengan dada yang terasa sesak. Dia menjadi istri yang hanya terjebak bayang-bayang perempuan masa lalu suaminya.
"Ririn, kamu bisa melewati ini. Kamu kuat, kamu hebat.. Hiks.. Jika itu yang dia mau, turuti saja. Biarkan dia membayangkan kamu adalah perempuan di masa lalunya"
Airin berjalan ke ruang ganti, mengganti pakaian dengan milik Vei yang ada di lemari. Airin menatap pantulan dirinya sendiri, menatap dirinya dengan asing, ini bukan dia, sama sekali bukan Airin yang dirinya kenal. Terpaksa harus menjadi orang lain, hanya karena menghindari kemarahan suaminya.
"Baiklah Airin, saatnya kamu menjadi Vei yang dicintai suamimu"
Airin keluar kamar, mencoba tersenyum melihat suaminya yang menunggunya di ruang tengah. Lion duduk di sofa sambil membaca sebuah laporan yang dia bawa dari Kantor. Lalu, dia mendongak saat menyadari kehadiran Airin.
"Besok ada undangan makan malam di Rumah Chris, merayakan kehamilan kedua istrinya"
Airin mengangguk, dia sudah diberitahu oleh Yulita jika dia sedang mengandung lagi. Dan Airin juga ikut senang. Bahkan beberapa hari ini dia sama sekali tidak menghubungi sahabatnya, padahal biasanya dia yang selalu lebih dulu menghubunginya. Sekarang Airin seolah takut salah bicara pada Yulita dan malah hanya akan membuatnya kepikiran.
"Ayo makan dulu, kamu mau makan sekarang atau mandi dulu"
"Aku akan mandi dulu"
Airin mengangguk, setelah suaminya masuk ke dalam kamar mandi, Airin segera menyiapkan pakaiannya. Sekarang dia menunggu suaminya di meja makan. Tatapan yang kosong dengan pikiran yang kacau. Tatapan matanya tertuju pada dinding di ruang tengah yang terpajang foto suaminya dan Verina disana. Perempuan yang sangat dicintainya.
"Kamu sangat beruntung Vei, bisa dicintai suamiku sampai begitu besar. Bahkan perasaan cintanya seolah tidak akan bisa berpaling pada orang lain. Aku saja yang menjadi istrinya, tapi tidak bisa menjadi perempuan yang dia cintai"
Airin menghembuskan nafas kasar, rasanya terlalu lelah untuk memikirkan kehidupan pernikahan yang sedang dia jalani saat ini. Menjadi istri bayangan saja bagi Lion. Karena dia terus berada dalam bayang-bayang perempuan masa lalu suaminya.
"Ayo makan" ucap Airin saat melihat suaminya menghampirinya.
Lion menarik kursi meja makan di depan Airin dan duduk disana. Airin pun segera mengambilkan makanan untuknya. Menyimpannya di depan Lion. Namun tatapan mata Lion berubah tajam setelah melihat isi makanan dalam piringnya.
"Apa yang kau lakukan! Aku tidak makan udang!" tekan Lion.
Airin terdiam dengan terkejut, dia sama sekali tidak tahu tentang ini. Dia menunduk takut. "Maaf, aku tidak tahu"
"Kenapa kau tidak tahu? Vei saja tahu semuanya tentangku, dia selalu perhatian tentang apa yang aku suka dan tidak aku suka"
Tangan Airin mengepal kuat di bawah meja, dia berdiri dan menatap Lion dengan tajam. "Aku bukan Vei! Cukup kamu terus menganggap aku adalah dia! Aku Airin! Bukan Verina!"
Brak.. Lion menggebrak meja, menatap nyalang pada Airin. "Aku menikahimu karena kau harus menjadi Vei-ku. Bukan menjadi Airin!"
Air mata Airin sudah tidak tertahankan, suaminya selalu mengatakan jika dia menikahinya hanya karena Airin mempunyai kemiripan dengan Vei. Ucapan yang begitu menyakiti hatinya.
"Tidak bisakah kau memberi kesempatan untuk aku sebagai istrimu? Bukan sebagai istri bayangan dari masa lalumu"
Lion tersenyum sinis, dia mengambil piring berisi makanan miliknya dan melemparnya tepat mengenai dada Airin sebelum jatuh ke atas lantai dan hancur berantakan.
Airin memegang dadanya yang terasa begitu sakit. Ujung piring yang tepat mengenai dadanya, sampai dia merasakan baju yang di pakainya basah. Cairan merah segar mengalir disana. Dadanya berdarah.
Lion berjalan mendekati Airin, mencengkram dagunya sampai terasa dia ingin menghancurkan dagunya. Tatapannya begitu tajam dan menakutkan.
"Aku tidak akan pernah bisa menahan diri lagi jika kau terus seperti ini! Sudah pernah aku bilang, jika aku menikahimu karena kau mirip tunanganku Vei. Aku menikahimu bukan untuk menjadi dirimu sendiri, tapi untuk menjadi Vei-ku"
Tubuh Airin jatuh ke atas lantai saat Lion melepaskan cengkraman tangannya. Tangan Airin tidak sengaja mengenai pecahan piring di atas lantai, darah yang keluar dari telapak tangannya, sama sekali tidak dia hiraukan. Dia hanya terus menangis dengan meluapkan segala sesak di dadanya yang berdarah.
Airin mendongak dan menatap kembali pada foto perempuan yang terpajang. "Kamu hebat bisa menaklukan hati pria seperti Lion. Kamu hebat bisa mendapatkan cintanya yang begitu besar. Aku iri sama kamu, aku iri ... kenapa bukan aku yang dia cintai. Kenapa bukan aku yang dia inginkan? Kenapa? Apa salah aku mencintainya? Apa salah aku inginkan dia mencintaiku juga? Apa salah?"
Isak tangis yang semakin terdengar keras saat Airin mengatakan itu. Dia hanya mencintai dan ingin dicintai. Tapi, nyatanya dia harus terluka karena cintanya sendiri. Dia harus menjalani kehidupan yang penuh luka bersama pria yang dia cintai.
*
Airin mengobati lukanya seorang diri, memasang perban di dadanya dengan bantuan cermin agar dia tidak salah melakukannya. Mengobati luka di telapak tangannya juga. Airin tidak tahu kemana suaminya pergi.
Airin berjalan keluar kamar, membersihkan pecahan piring dan makanan yang berserak di lantai. Bahkan dia tidak jadi makan, rasa lapar langsung lenyap sejak pertengkaran itu.
Suara dering ponsel membuat Airin menghentikan kegiatannya. Dia selesai membersihkan lantai dapur. Lalu berjalan ke arah sofa, disana dia meletakan ponsel sejak pulang kerja. Yulita yang menghubunginya, dia terdiam sejenak, ragu untuk bisa menjawab sambungan telepon.
Airin duduk dan akhirnya menerima telepon dari Yulita. "Hallo Yul, ada apa?"
"Kamu kemana aja sih Rin? Kayaknya jarang banget kasih kabar sekarang. Karena masih suasana pengantin baru ya"
Airin hanya tersenyum miris mendengar candaan temannya ini. Seharusnya memang dia menjadi seorang istri yang bahagia karena menjadi seorang pengantin baru. Tapi, nyatanya kehidupan pernikahannya tidak seperti dalam bayangan.
"Besok kita ketemu 'kan. Jadi ngobrolnya besok aja"
Bukan ingin menghindar, tapi Airin takut tidak bisa menahan diri dan malah membebani sahabatnya dengan cerita hidupnya ini. Airin tahu jika Yulita juga tidak mudah untuk bisa mendapatkan kehidupan yang bahagia saat ini. Banyak rintangan yang dia lewati.
"Aku tutup dulu ya Yul, ada urusan sebentar. Bye, sampai ketemu besok ya"
Airin segera memutuskan sambungan telepon. Dia menghembuskan nafas kasar.
Bersambung
verina sudah sembuh yg di cari briyan,,mungkin selama ini si bryan yg slalu membantu dan slalu berada di samping verina sehingga nyaman bersama bryan....Airin dan verina sehat sehat berdua...semoga secepatnya di ketahui oleh ayah dan ibunya bahwa mereka saudara kembar...
is ok lah demi cinta habis itu pergi jauhhhhh SE jauh jauhnya ya Airin cari kehidupan baru move on