NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Pergi

Biarkan Aku Pergi

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai
Popularitas:282.5k
Nilai: 4.6
Nama Author: Velza

Menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia adalah idaman semua pasangan suami istri. Hal itu juga yang sangat diimpikan oleh Syarifa Hanna.

Menikah dengan pria yang juga mencintainya, Wildan Gustian. Awalnya, pernikahan keduanya berjalan sangat harmonis.

Namun, suatu hari tiba-tiba saja dia mendapat kabar bahwa sang suami yang telah mendampinginya selama dua tahun, kini menikah dengan wanita lain.

Semua harapan dan mimpi indah yang ingin dia rajut, hancur saat itu juga. Mampukah, Hanna menjalani kehidupan barunya dengan berbagi suami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3. Ardiansyah Mahendra

Hari ini Hanna lalui dengan mengurung diri di kamar, seolah kehidupannya sekarang lebih nyaman menyendiri. Bahkan, saat sang suami yang hendak berpamitan ke kantor pun, dia hanya menemui di depan pintu kamar.

Usai sang suami berangkat, Hanna kembali masuk ke kamar dan sibuk melihat perkembangan bisnisnya yang di kelola kakaknya. Dia memang belum bercerita tentang masalah rumah tangganya, dia hanya tidak ingin membebani sang kakak yang saat ini sedang hamil 5 bulan.

Tentunya, bisnis yang dimiliki Hanna tersebut tak diketahui oleh siapa pun termasuk Wildan. Semua dia lakukan semata untuk masa depannya dan anak mereka kelak. Akan tetapi, belum sempat dia diberikan kesempatan menimang seorang bayi, justru sang suami telah berani mengkhianati ikatan suci pernikahan mereka.

Hal itu tentu menjadi pukulan tersendiri bagi Hanna, segala impian dan harapan yang dia rajut kini harus sirna sebelum terbentuk sempurna. Dan yang menghancurkan adalah lelaki yang bergelar suaminya.

Saat sedang fokus dengan laptopnya, terdengar seseorang mengetuk pintu kamarnya. Hanna yang sudah tahu siapa orangnya pun mengizinkan untuk masuk.

"Mbak, aku mau bicara," ucap Novita setelah diizinkan masuk.

"Bicara soal apa?" tanya Hanna tanpa mengalihkan perhatiannya pada laptop.

"Aku tahu Mbak Hanna masih belum bisa menerimaku, tapi bisakah kita hidup seperti layaknya orang normal? Aku janji tidak akan menuntut apa pun, Mbak. Bahkan, jika harus merelakan waktu Mas Wildan lebih banyak untuk Mbak Hanna," ujar Novita.

Seketika Hanna menghentikan gerakan jarinya, dia tak menyangka jika madunya berani berbicara hal itu. Apakah sebagi sesama wanita dia tak punya perasaan?

"Gampang banget, ya, kamu ngomong kayak gitu? Posisikan aku ini sebagai kamu, bagaimana perasaan kamu ketika orang yang kamu anggap sangat setia, ternyata tega menikah dengan wanita lain tanpa sepengetahuanmu?"

Kali ini Novita tak bisa membantah ucapan Hanna yang memang sepenuhnya benar, bahka dia tahu jika lelaki yang menikahinya telah beristri.

"Aku rasa kamu juga sudah tahu jika Mas Wildan sudah beristri, tapi kamu masih tetap mau menikah dengan dia. Di mana hati nurani kamu sebagai wanita? Sebegitu rendahkah harga dirimu sampai kamu rela dinikahi pria beristri?" lanjut Hanna dengan emosi yang sudah menggebu.

"Cukup, Mbak!" sentak Novita.

"Aku tahu, aku salah dalam hal ini, tapi bisakah kita hidup normal biar aku nggak selalu dihantui rasa bersalah karena sudah menyakiti kamu," ucap Novita diiringi isak tangis.

"Aku bukan malaikat, Nov. Jadi, jangan pernah minta aku untuk hidup sesuai kemauanmu itu. Karena prinsip hidupku, aku tak pernah mau berbagi apa pun, termasuk suami. Aku diam bukan berarti aku kalah dan mengalah, tapi karena aku sedang mempersiapkan diri untuk pergi dari kehidupan kalian," ujar Hanna.

"Jika sudah tidak ada yang dibicarakan, silakan, keluar dari kamarku," sambung Hanna lalu kembali fokus dengan laptop.

Dengan hati yang berkecamuk, Novita pergi meninggalkan kamar Hanna. Jujur saja, dia hanya ingin hidup damai tanpa dibayangi rasa bersalah. Dia tak berniat menyakiti hati Hanna, tapi dia juga sangat mencintai Wildan dan tak ingin kehilangan lelaki itu. Katakanlah dia egois, ingin bahagia di atas penderitaan wanita lain.

......................

Malam harinya, Wildan merasa ada yang aneh dengan istri mudanya itu. Wanita itu lebih banyak diam dan melamun, tak seperti biasanya yang selalu ceria saat dia sudah pulang dari kantor.

"Kamu kenapa dari tadi diam melamun terus? Apa Hanna sudah menyakiti kamu?" tanya Wildan seraya menggenggam lembut tangan Novita.

Novita buru-buru menyanggah pertanyaan sang suami karena tak ingin Wildan berasumsi buruk tentang Hanna. "Enggak, kok, Mas. Mbak Hanna sama sekali nggak nyakitin aku, bahkan seharian ini Mbak Hanna nggak keluar dari kamar."

Novita sengaja tak menceritakan tentang kejadian siang tadi. Dia tak ingin terjadi pertengkaran di rumah itu yang kemudian akan semakin menambah rasa bersalahnya.

"Nggak keluar kamar seharian?" tanya Wildan memastikan.

"Iya, Mas. Aku ajak untuk makan siang bersama saja Mbak Hanna menolak, dia makan setelah aku selesai makan," terang Novita.

"Ya sudah, mungkin dia masih butuh waktu buat menerima keadaan yang sekarang," ucap Wildan.

"Mas .... Apa nggak sebaiknya kamu bagi waktu untuk aku dan Mbak Hanna? Semenjak aku di sini, kamu lebih intens bersamaku dibanding Mbak Hanna yang seharusnya jauh lebih diutamakan. Kalau kamu lebih condong ke aku, itu sama saja kamu telah berbuat dzalim pada Mbak Hanna karena kamu lalai dengan kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang suami," tutur Novita.

"Mbak Hanna masih sah istri kamu, Mas. Dia masih berhak mendapatkan nafkah lahir dan batin dari kamu. Jangan karena ada aku di sini, kamu jadi mengabaikan dia," sambung Novita.

Wildan mulai merenungkan perkataan Novita, dia akui selama menikah lagi, dia memang hampir tak pernah memerhatikan Hanna yang jelas-jelas lebih berhak atas dirinya.

Kesenangan sesaat telah membutakan hatinya, dia tak pernah meluangkan waktu sejenak sekadar mengobrol berdua dengan Hanna. Dia benar-benar merutuki kebodohannya yang secara tak langsung telah menyakiti dan menghancurkan perasaan sang istri.

***

Pukul 9 malam, Wildan memberanikan diri untuk masuk ke kamar utama, yakni kamarnya bersama dengan Hanna dulu. Saat pintu terbuka, suasana yang dia rasakan sangat berbeda. Terasa lebih dingin dan sunyi, seperti tak ada penghuninya.

Perlahan kakinya melangkah menuju balkon kamar, menyusul sang istri yang sedang duduk di sana. Setelah langkahnya semakin mendekat, dia bisa melihat dengan jelas raut bahagia yang terpancar dari wajah Hanna. Meski, raut bahagia itu bukan karenanya, tetapi dari seseorang yang tengah menelepon sang istri.

Samar-samar dia mendengar percakapan antara Hanna dan si penelepon. Hingga perkataan terakhir Hanna, membuat mematung dengan dada yang bergemuruh sebab sang istri menyebut nama seorang pria yang sangat dikenalinya.

"Ardiansyah Mahendra," gumam Wildan.

"Ada hubungan apa Hanna dengan temannya itu? Nggak mungkin jika Hanna berselingkuh di belakangku," batin Wildan.

Tak ingin larut dalam asumsi yang belum pasti, Wildan memberanikan diri untuk bersuara seolah dia baru datang.

"Han," panggil Wildan.

Hanna segera menoleh saat dirinya dipanggil, dia segera mengakhiri panggilan karena tak ingin sang suami mendengar obrolannya meski sebenarnya Wildan sudah mencuri dengar sebelumnya.

"Ada apa? Sudah malam, kenapa Mas ke sini? Kasihan nanti Novita nyariin kamu, disangkanya aku yang minta kamu buat ke sini." Hanna berkata seraya berjalan masuk dan menutup pintu yang menghubungkan ke balkon.

"Justru aku ke sini karena Novita yang minta," ujar Wildan.

Hanna tersenyum sinis mendengar ucapan sang suami. "Ya, aku tau. Secara kamu sudah tidak membutuhkanku, jadi buat apa datang ke mari."

"Bukan begitu maksudku, Han," sanggah Wildan.

"Lalu apa? Bukannya sudah jelas? Selama kamu ada istri baru, apa pernah kamu melihat aku? Menganggap bahwa aku ini adalah istri kamu. Enggak 'kan? Karena yang ada di pikiran dan hatimu sekarang hanya Novita, Novita, dan Novita. Jadi kamu nggak perlu menyanggah ataupun membuat alasan yang membuatku semakin membencimu," sela Hanna.

"Lebih baik kamu keluar sekarang! Aku mau istirahat," ucap Hanna mengusir sang suami.

Wildan yang menyadari Hanna dalam kondisi emosi terpaksa mengurungkan niatnya, tetapi sebelum pergi dia memberanikan diri untuk menanyakan ada hubungan apa Hanna dengan Ardiansyah.

"Oke, aku akan keluar, tapi sebelum itu aku ingin bertanya. Ada hubungan apa kamu dengan Ardiansyah?"

"Apa itu hal penting yang harus aku jawab, Tuan Wildan? Mau aku berhubungan dengan siapa pun itu sudah bukan urusanmu lagi. Sebab aku masih bisa menjaga batasan dalam sebuah hubungan, jangan samakan aku dengan kamu," ketus Hanna.

Akhirnya, Wildan meninggalkan kamar dengan perasaan tak karuan. Dia pun memutuskan untuk mencari tahu sendiri perihal Hanna dengan Ardiansyah. Karena dia tidak pernah rela Hanna berpaling pada lelaki lain.

1
Nur Halima
Luar biasa
YuWie
Happu End..selamat Hanna dan Fran serta si kembar baby
Soraya
keren mksh karyanya thor👍
Soraya
selamat ya Hana akhirnya hamil juga
Endang Supriati
ngapain juga si hanna urusan keluarga wildan.
Endang Supriati
kanker itu seperti rambut menjalar kemana2 kamu mau sembuh nov! ganti otaknya.
Endang Supriati
si adnan hrsnya juga mati ketabrsk truck,kurang ajarrrrr ngapain sih ngabar ngabin ke Hanna.!! pki suruh besuk segala! dasar adik kakak otaknya konslet.
Endang Supriati
ucapan adalqh doa nov. itu adalah bakasan dr Allah krn sdh menghancurkan pernikahan Hanna.
ada hadisnya,pezinah dan penghancur rumah tangga org. tdk diakui sbg umat dan golongan Rasullah.
Endang Supriati
biasanya pezinah perusak rumah tangga org. kena penyakitnya kanker disekitar rahimm.
jd tdk bisa ngesex lagi bau kaya bangke jarak 10 meter aja sdh tercium baunya. krn didlm rshimnya penuh luka darah dan nanah.
Endang Supriati
yg bilang sdh maapin itu mudah! coba klu dia yg mengalami. sakit hati tahu!!
Iges Satria
/Heart//Heart//Heart//Heart//Good/
YuWie
bagus
Anna Wamey
kenapa harus dg perjanjian frans,,,?,,hanna minta tolong pdmu sekali,,,tp kamu meminta lebih,,,??,🤔
Iges Satria
tinggal beli rusaknya dan beli es krim, nanti dituangkan kesatuan wadah.. gampang kan Frans /Heart/
Anna Wamey
Lumayan
Nur Azizah
bagus n menarik
Sobar Ruddin
sangat bagus dan mengispirasihkan kita jgn terlalu terpuruk
Sobar Ruddin
seru lanjut
Endang Supriati
ucapan adalah doa.
Endang Supriati
memang hamil bisa dibuat dan diarur sendiri!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!