Tidak ada yang menyangka bahwa dirinya masih hidup, semua orang menganggapnya sudah mati. Padahal dia telah tumbuh dewasa menjadi seorang pria yang berbahaya.
Adam Alvarez atau pria bernama asli Marvin Leonardo, pria berusia 28 tahun itu adalah seorang mafia berdarah dingin, karena kepiawaiannya dalam menaklukkan musuh membuat dia mendapatkan julukan A Dangerous Man. Namun, ada sebuah luka di masa lalu yang membuat dia bisa berbuat kejam seperti itu.
Saat dia masih kecil, dia dan ibunya diterlantarkan oleh sang ayah, hanya karena ayahnya sudah memiliki wanita lain, bahkan wanita itu membawa seorang anak perempuan dari hasil hubungan gelap mereka. Hingga berakhir dengan peristiwa pembunuhan sadis terhadap ibunya.
Karena itu Adam memanfaatkan Nadine Leonardo, putri tercinta ayahnya sebagai alat untuk membalaskan dendam terhadap ayahnya. Adam tidak akan memaafkan siapapun yang telah tega membunuh ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendapatkan Hinaan
Marvin setiap pulang sekolah selalu membantu mamanya untuk berjualan makanan ringan, dengan cara berkeliling kampung. Dia sama sekali tidak malu, walaupun sering di ejek oleh teman sekelasnya.
"Dasar anak miskin!"
"Anak miskin!"
Di sekolah, banyak anak laki-laki yang terus saja menghina Marvin, karena mereka pernah melihat Marvin berjualan keliling, Marvin berusaha untuk bersabar, dia memilih untuk diam, dari pada harus melawan.
Walaupun kini pandangan teman-teman sekelasnya tertuju padanya, seakan memandanginya dengan penuh hina.
"Aku dengar Marvin tidak memiliki ayah, apa mungkin ibunya seorang pela-cur haha..." Ledek seorang anak laki-laki berbadan gendut. Anak itu bernama Anton.
Marvin tidak bisa menahan emosi jika ada yang berani menghina ibunya, dia langsung berdiri, pandangannya begitu tajam pada Anton, lalu berjalan dengan cepat ke arahnya.
Bugh...
Marvin meninju wajah Anton dengan keras, sampai Anton yang sedang duduk di atas meja terjungkal ke lantai.
Tak ada kata pengampunan untuk seseorang yang telah berani menghina orang yang paling berharga untuknya.
Bugh...
Bugh...
Marvin terus menghajar Anton, membuat anak itu babak belur.
Para anak laki-laki lainnya yang ikut menghina Marvin, mereka mendadak diam. Mereka sangat ketakutan sekali melihat Marvin yang sedang menghajar Anton, seperti kerasukan setan.
"Marvin! Hentikan!"
Pak Guru Andi, dia terkejut saat memasuki kelas, dia melihat Marvin yang sedang menghajar Anton.
Marvin terpaksa menghentikan aksinya, dia berdiri dengan nafas terengah-engah, lalu menatap tajam pada anak-anak yang telah menghina dirinya. Dari tatapannya seperti iblis, mungkin karena di dalam jiwanya telah dirasuki kemarahan yang terpendam.
Pak Andi membantu Anton berdiri, anak itu merintih memegang wajahnya yang dibuat babak belur oleh Marvin.
Plakk!
Tanpa di duga, Pak Andi menampar keras wajah Marvin.
"Apa kamu tau siapa Anton? Dia ini anak dari donatur di sekolah ini. Berani sekali kamu menghajarnya." Pak Andi memaki-maki Marvin.
Marvin memegang wajahnya, dia hanya diam, dia tidak mungkin melawan gurunya.
...****************...
Namun rupanya masalah ini telah menjadi masalah besar, Marvin dikeluarkan dari sekolah, mungkin karena dia hidup miskin membuat semua orang memandang rendah padanya. Makanya tanpa memberikan kesempatan padanya, dia dikeluarkan begitu saja.
Bu Rena pergi ke sekolah Marvin, dia memohon-mohon kepada ayahnya Anton, Pak Tomi, agar tidak mengeluarkan Marvin dari sekolah.
"Saya mohon, tolong jangan keluarkan Marvin dari sekolah. Saya pastikan kejadian ini tidak akan terulang lagi, saya mohon, Pak." Bu Rena memohon ampun kepada Pak Tomi, selaku investor di sekolah dasar tempat Marvin sekolah.
"Maaf, gak bisa. Anak anda sudah keterlaluan. Gara-gara anak gak tau diri itu, anak saya babak belur." Keputusan Pak Tomi sudah bulat untuk mengeluarkan Marvin.
Bu Rena masih tidak menyerah, baginya masa depan Marvin sangat penting, sampai dia rela bersujud di hadapan Pak Tomi. "Saya mohon, Pak. Tolong jangan keluarkan anak saya."
Marvin tidak terima melihat mamanya harus bersujud seperti itu, dia membantu mamanya berdiri. "Jangan pernah melakukan hal ini lagi, Ma. Jangan pernah merendahkan diri lagi demi Marvin." Marvin mengatakannya sambil menangis.
"Tapi Marvin..."
Marvin menarik tangan Bu Rena, membawanya keluar dari sana.
"Disini masih ada Sekolah Dasar yang lain, Ma. Marvin janji, Marvin tidak akan berbuat ulah lagi. Marvin tidak akan membuat mama kecewa lagi."
Hati Bu Rena meringis mendengarnya, dia mengusap lembut wajah Marvin yang lebam, anak seusia Marvin mengapa harus menderita seperti ini, padahal keinginan mereka sangat sederhana, hanya ingin hidup dengan nyaman.
"Ma,"
"Kenapa, sayang?"
"Kita salah apa? Kenapa kita harus hidup menderita seperti ini?"
Mata Bu Rena berkaca-kaca mendengarnya, "Kita gak salah, Marvin. Hanya saja keberuntungan belum berpihak kepada kita."
"Kalau begitu Marvin akan mencari keberuntungan itu, Marvin akan ingin menjadi orang yang sukses. Dan Marvin akan selalu membuat mama bahagia."
Bu Rena sangat tersentuh dengan perkataan Marvin, tanpa terasa dia meneteskan air matanya, Bu Rena segera menghapus air matanya kembali, dia harap begitu, dia ingin bisa hidup lebih lama lagi bersama Marvin, melihat Marvin tumbuh dewasa, dan menjadi pria yang sukses. Dan berharap bisa melihat siapa pendamping hidup Marvin setelah dewasa nanti.
...****************...
Berbeda dengan kehidupan Nadine Leonardo, disekolah dia begitu di puja oleh teman sekelasnya dia diperlakukan bak seorang putri, karena Tuan Rama adalah pemilik di Sekolah Harapan.
Nadine merasakan ada seseorang yang sedang memperhatikannya di luar gerbang sekolah, membuatnya tidak nyaman, dia segera berjalan ke arah gerbang sekolah.
Namun sayangnya orang itu terburu-buru sekali untuk pergi dari sana, membuat Nadine kebingungan menatap punggung orang itu, rupanya orang itu seorang wanita dewasa, mungkin usianya sekitar 30 tahunan. Sayangnya Nadine tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
Hampir tiap hari dia selalu merasa ada yang memperhatikannya, setiap dia berada di sekolah.
Walaupun hidup bergelimang harta, apapun yang dia inginkan selalu terpenuhi, bahkan sangat dimanja oleh papanya, namun Nadine tidak merasa bahagia, dia harus ditekan menjadi anak penurut oleh mamanya. Dan harus terlihat menjadi anak yang sempurna, menjadi anak yang patuh, dan mamanya menekan dia untuk selalu mendapatkan rangking satu, agar suaminya merasa bangga memiliki anak seperti Nadine.
Nadine selalu teringat pada kejadian 3 bulan yang lalu, dia sangat merasa bersalah kepada istri pertama papanya dan Marvin, gara-gara kehadirannya menyebabkan mereka di usir oleh sang papa. Namun anak seusia Nadine tidak bisa berbuat apa-apa.