Guru killer, yang ada dibenak semua orang pasti seorang guru yang galak dan suka menghukum siswanya bukan?
Begitu pula yang dialami oleh Evangeline Dorius (18 tahun) yang sangat tidak menyukai seorang guru killer karena selalu menyulitkannya atau memberinya tugas yang banyak.
Namun, apa jadinya jika guru killer itu jatuh cinta kepada dirinya? Bagaimana reaksi Eva terhadap pernyataan cinta Pak Theo?
Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NKS Iravati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 - Kita Semua Sama
Di kantin sekolah.
Tiga sahabat tersebut duduk disebuah bangku meja yang memang sudah tersedia.
Maklum sekolah elite, semuanya tersedia. Bahkan makanan di kantin nya saja sangat sehat, bervariasi dan yang pasti kualitasnya tidak diragukan lagi. Disaat kualitas makanan terjamin maka harga yang ditawarkan akan semakin melambung.
"Kalian mau pesen apa? Kali ini aku yang traktir." Ujar Grace.
"Wih, ada acara apa nih? Tumben-tumbenan traktir." Tanya Mitha.
Grace hanya tersenyum. "Ada deh, mau tau apa mau tau banget?" Grace menjawab pertanyaan Mitha dengan pertanyaan.
Mitha hanya menghela nafasnya dengan ekspresi datarnya. "Udah ah, kelamaan. Kamu juga gak bakal ngasih tau. Aku pesen nasi goreng minumannya es jeruk aja." Ujarnya merajuk.
"Iya deh, kalo Eva mau pesen apa?" Tanya Grace kepada Eva.
"Aku gak deh, aku bawa bekal dari rumah." Tolak Eva halus lalu mengambil kotak makannya, makanan yang selalu dimasakkan oleh ibunya. Lalu menaruhnya di atas meja.
"Yaudah, kalo kamu gak pesen, aku belikan camilan aja ya." Grace bersikeras mentraktir Eva. Lalu pergi secepat kilat (secepat hilangnya doi tanpa kabar).
Eva pun hanya bisa menerimanya, walaupun ditolak Grace akan tetap memaksanya.
Tak beberapa lama, makanan pun sudah terhidang di meja. Tiga sahabat itu pun dengan cepat menyantap makanannya sebelum bel masuk kembali terdengar.
Ditengah mereka menyantap makanannya, dua orang gadis dengan pakaian ketat dan make up tebal seperti tante-tante arisan menghampiri mereka.
"Well, well, ada kaum udik nih disini, Ups!" Ujar gadis tersebut menatap sinis ke arah Eva.
"Setuju gue, dia tuh merusak tempat sama suasana aja. Bener gak Indy?" Kali ini teman yang berucap membenarkan perkataan dari gadis bernama Indah.
"Eh, Indah, Siska bisa gak sih kalian satu hari aja diem gak gangguin orang? Kalian udah kayak jelangkung aja sebentar-sebentar nongol, sebentar-sebentar ilang." Ucap Grace yang geram karena ucapan Indah dan Siska. Sementara Mitha hanya menunjukkan wajah kesalnya dan Eva hanya diam menunduk.
Indah pun tersenyum menunjukkan wajah sombongnya lalu mendekati Grace. "Ck, Grace Natalie seharusnya lo tuh nyadar. Lo anak orang kaya kenapa mau aja temenan sama si udik Eva? Mendingan lo sahabatan sama kita, yang memiliki status sama-sama anak orang kaya." Ucapnya dengan sombongnya.
Grace pun terkekeh mendengar ucapan Indah. "Gue, temenan sama lo? Ogah! Gue orang yang temenan tanpa memandang status. Eva adalah teman yang langka dan berharga bagi gue kenapa? Karena dia tulus mau temenan sama gue, tidak memandang gue sebagai anak orang kaya. Sementara kalian semua munafik mau deketin gue karena gue anak orang kaya." Balas Grace.
Indah dan Siska pun terdiam namun geram dengan ucapan Grace yang seakan menyindir dirinya.
"Benar kata Grace, kami dan Eva sangat tulus dalam berteman tanpa memandang status. Dan satu lagi, jika kalian mengganggu Eva lagi maka aku tidak akan segan-segan menggugat kalian." Ucap Mitha kepada Indah dan Siska.
Perlu kalian ketahui bahwa ayah dari Mitha adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang guru di sebuah SMP.
Indah yang geram pun melampiaskan amarahnya kepada Eva yang sedang diam menunduk.
"Ini semua gara-gara lo anak udik. Rasakan ini!" Indah mengambil gelas yang masih terisi air yang ada di meja lalu menyiramkannya kepada Eva.
Byur!
Bisa Eva rasakan air mengalir dari atas kepalanya, yang membuat tubuh Eva basah kuyup karenanya. Sementara Indah langsung membanting gelas plastik yang sudah digunakan untuk menyiram Eva.
Indah dan Siska menyeringai. "Ini adalah hukuman yang pantas buat lo anak udik!" Indah berucap.
Dengan tenang Eva bangkit dari duduknya lalu mendekati Indah dan Siska. "Kamu tahu, kita lahir ke dunia dalam keadaan suci. Namun, pengajaran lah yang menentukan kita akan menjadi pribadi seperti apa. Ibuku pernah berkata di dunia ini hanya ada dua macam manusia, manusia baik dan manusia jahat."
"Di hadapan Tuhan kita semua ini sama. Lalu kenapa manusia sendiri membeda-bedakannya? Memberinya status rendah atau tinggi, miskin atau kaya?" Ujarnya Eva lagi.
Eva lalu mengambil gelas air lain, lalu menyiramkannya tepat di depan wajah Indah dan Siska.
Seperti peribahasa 'Air yang tenang jangan disangka tak Berbuaya.' begitulah ungkapan yang pas untuk Eva. Walaupun selama ini dia diam, namun jika sudah kelewatan dia juga akan membalasnya.
"Kau!!!!" Pekik Indah dan Siska berbarengan.
Dengan cepat mereka menjambak rambut Eva, sementara Grace dan Mitha berusaha melerai mereka.
"Stop!"
Bersambung…..
Mitha atau nama lengkapnya Ni Kadek Sasmitha merupakan salah satu sahabat Eva. Mitha orangnya baik, pintar, pendiam dan tidak suka mencampuri urusan orang lain. Walaupun pendiam, dia akan berbicara jika dibutuhkan pada tempat dan waktu yang tepat.