Novel ini diadaptasi dari 50% kisah nyata dan 50% fiksi.
Kaila merupakan istri dari Rangga. Dia dihianati oleh suaminya. Selingkuh di belakang Kaila dengan atasannya.
Kaila melihat dengan mata kepala sendiri ketika suaminya sedang bercumbu di dalam mobil dengan atasannya.
Bagaimana keputusan Kaila ketika mengetahui itu semua?
Ikuti kisahnya, hanya di noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kak Farida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Struk Belanja di Saku
Suamiku menghianati janjinya, ia berjanji akan membahagiakanku, wanita satu-satunya dari anak-anaknya kelak, itu ucapan ketika ia melamarku. Tapi ternyata setelah 8 tahun pernikahanku, dia begitu mudahnya melupakan janjinya itu.
Pagi ini seperti biasa aku membuatkan sarapan untuk keluargaku, mengantar Cia untuk pergi ke sekolah. Aku membawa Caca dan Adam, ketika aku mengantarkan Cia. Aku gendong Adam, gandeng tangan Caca dengan tangan kiriku, Cia berjalan di depanku.
"Hati-hati Cia, jalannya pinggir saja," aku selalu mengingatkan Cia ketika ia berjalan di depanku.
"Iya Mamah," jawab Cia kepadaku.
Setelah sampai di sekolah Cia, aku langsung pulang. Cia bukan anak yang manja, seperti kebanyakan anak lain yang harus ditunggu oleh ibu mereka sampai selesai pembelajaran. Aku langsung bersih-bersih rumah dan mencuci baju-baju yang kotor. Sebelum aku memasukan baju kotor ke mesin cuci, aku selalu memeriksa setiap kantong celana ataupun baju, terkadang anak-anakku meletakkan mainan mereka dikantong baju ataupun celana.
Aku menemukan secarik kertas dicelana panjang suamiku, "Struk belanja? Apa 5 juta!" terbelalak mataku mengetahui nominalnya. Suamiku tidak memberikan apa-apa kepadaku atau anak-anakku. Aku melihat tanggal di struk belanjaan tersebut. Di struk tertulis tanggal 15 oktober itu artinya kemarin.
"Ayah belanja untuk siapa? ini toko tas terkenal di Bandung," ucapku dalam hati, muncul pertanyaan diotakku, apakah suamiku pergi belanja dengan perempuan itu?
Pikiran negatif mulai masuk keotakku, seolah mulai berlari-lari lalu turun ke hatiku. Suamiku telah jatuh ke tangan wanita tua itu, dikasih apa suamiku sampai matanya seakan buta, jelas-jelas aku lebih muda usianya kenapa pilih wanita tua itu. Dimana akal sehat mereka? mereka sama-sama sudah menikah, punya pasangan dan anak.
Tidakkah mereka takut akan dosa. Aku mengutuk wanita tua itu di dalam hatiku.
Memerah mataku, butiran air tak kuasa kutahan akhirnya keluar dari kelopak mataku. Tangisan Adam sontak menyadarkan lamunan dalam tangisku.
"Sayang...cep...cep... Mamah di sini. Jangan nangis sayang." Kugendong Adam buah hatiku agar dia tenang dan kembali tertidur.
💔💔💔
“Ayah…ini apa? kamu belanja untuk siapa? kenapa bisa sebanyak ini?” tanyaku, kepada suamiku.
“Jangan mencampuri urusan aku, yang terpenting aku sudah mencukupi kebutuhanmu dan anak-anak,” jawab suamiku.
“Aku istrimu, aku berhak tahu. 5 juta bukan uang yang sedikit. Uang ini setengah dari gajimu,” ucapku penuh emosi.
“Aku yang mencari uang, terserah aku, itu uangku. Aku sudah memberikan uang kepadamu lebih dari cukup, jadi mulai sekarang jangan kamu tanya-tanya tentang persoalan uang," ucap suamiku dengan nada tinggi.
“Ayah, aku rela berpakaian tidak bagus. Hanya untuk mencukupi kebutuhan anak-anak dan mencukupi keseharian. Kamu malah memberikan 5 juta itu untuk seseorang. Katakan siapa dia? sehingga kamu tidak mengingat kami, istrimu dan anak-anakmu,” ucapku mulai tersulut marah di dada.
“Diam kamu….” Suamiku ingin menamparku akan tetapi Cia melihat pertengkaran kami dan memeluk aku. Sehingga suamiku menghentikan gerakan tangannya.
Baru kali ini aku bertengkar dengan suamiku dan disaksikan oleh Cia. Cia memelukku dengan erat. Suara tangisannya aku dengar walaupun isak tangisnya dia redam dengan cara menenggelamkan wajahnya didekapanku.
Mungkin Cia paham kedua orang tuanya sedang ada masalah. Dan ia sengaja mengecilkan suara tangisannya karena takut kedua adiknya terbangun.
Setelah pertengkaran itu, suamiku melangkahkan kaki untuk keluar rumah. Setiap bertengkar denganku, ia akan menjauh. Entah dia pergi kemana.
Aku memeluk Cia dan mengelus-elus rambutnya.
“Anak Mamah jangan nangis yah, nanti cantiknya hilang,” ucapku, sambil mengelus rambut Cia.
“Ayah jahat, kenapa ayah marah-marah sama Mamah,” ucap Cia, sambil memeluk aku dengan erat.
“Ayah gak marah sama Mamah, mungkin ayah lelah, terus Mamah cerewet di rumah, jadi buat ayah gak suka. Udah ah jangan nangis malu nanti Caca dan Adam bangun terus lihat Kakak nangis dicengin lagi, ‘Kakak Cia nangis…Kak Cia nangis.’ nanti gitu,” rayuku, kepada Cia.
Aku menenangkan anakku dengan mengajak dia untuk membuat kue bersama-sama. Aku menyembunyikan kesedihan dan kegusaranku hatiku di depan anak-anakku.
Aku tidak pernah menceritakan hal ini, apakah aku punya teman? tentu teman-teman kuliahku sangat baik, bahkan mereka sangat solid ketika salah satu diantara kami ada masalah, teman-temanku masih saling membantu walaupun mereka sudah berumah tangga. Aku hanya memendam perasaan ini. Sungguh berat aku rasakan, aku telan ini seorang diri. Bagiku, ini masalah pribadi tidak usah menceritakan kepada keluarga atau teman-temanku.
Dett dett bunyi benda pipih milikku. Aku melihat ada pesan yang masuk.
Tina \= ["Assalamu'alaikum de, apa kabar?"] pesan singkat mba Tina, seniorku sewaktu aku kuliah dahulu.
Kaila \= ["Wa'alaikumsalam Mba. Aku baik. Mba Tina apa kabar?"]
Tina \= ["Alhamdulilah baik Syifa. Anak-anak sehat?"]
Kaila \= ["Alhamdulilah mereka sehat, semoga Mba sekeluarga juga sehat-sehat yah."]
Aku baru memikirkan teman-temanku, mendadak ada pesan singkat di whats app aku. Andai aku bisa bercerita akan aku ceritakan keluh kesah ini. Tapi aku memilih untuk diam, menutup rapat-rapat masalah rumah tanggaku.
💔💔💔
Ketika suamiku berpapasan denganku, diriku bagaikan musuh bagi suamiku, bedanya jika musuh tidak tinggal 1 atap, ini aku tinggal 1 atap dengannya. Betapa tidak enaknya hati ini. Hari-hariku bagaikan dineraka kujalani. Aku tidak mendapatkan belaiannya lagi, aku tidak merasakan pelukannya lagi, aku lihat dimatanya hanya kebencian ketika melihatku. Bagaimana aku bisa melewati hari-hariku?
Allahu...apakah ini ujian atau azab atas dosa-dosaku yang terdahulu?
“Kaila…Kaila…” suamiku berteriak memanggil namaku, aku berjalan menghampirinya.
“Ada apa Ayah?” tanyaku.
“Jalan lambat banget, dipanggil dari tadi. Kamu tuli?” suamiku mulai membentak dan berkata kasar.
“Maaf Ayah, tadi aku sedang mencuci piring, jadi aku kurang dengar Ayah memanggil aku,” ucapku
“Banyak alasan kamu sekarang, beresin baju-baju aku, besok aku ada tugas ke luar kota,” perintahnya.
“Kok Ayah bilang ke aku mendadak? Biasanya 2 hari sebelum keberangkatan bilang sama aku. Aku sudah janji sama anak-anak untuk jalan-jalan, sepertinya sudah lama kita tidak jalan-jalan bersama Ayah,” ucapku.
“Siapa suruh kamu janji dengan mereka, memangnya kantor punya bapak moyangmu main seenak jidat aja ngatur-ngatur jadwal. Sudah beresin baju-baju aku untuk 1 minggu,” katanya.
“Ayah tugasnya bareng bu Sukma?” tanyaku.
"Kenapa kamu tanya-tanya? bukan urusanmu!" jawabnya.
Suamiku tidak tahu bahwa aku sudah mengetahui perselingkuhannya dengan bu Sukma. Aku mengetahui itu berawal dari teman-teman kantor suamiku yang menceritakan kelakuan mereka jika sedang berduaan. Niat melanjutkan pendidikan master (S2) agar jabatan meningkat dan untuk kesejahteraan keluarga kami tercukupi ternyata itu awal bumerang rumah tangga kami yang kini entah nasibnya seperti apa kedepannya.
Aku masih teramat ingat, senyum rasa senang ketika Cia lahir. Suamiku menggendong Cia penuh kasih sayang, matanya berbinar-binar memandang Cia buah hati pertama kami. Tapi kini tatapan mata dari suamiku terhadap buah hati kami telah berubah. Seakan dia tidak mau bersama anak-anaknya. Anakku adalah anakmu juga. Buah cinta kita berdua, darah dagingmu, yang akan mendoakan kamu kelak jika kamu meninggal. Tabungan kita kelak diakhirat nanti.
Hari ini dia memanggil namaku, kami sudah sepakat ketika Cia lahir agar tidak memanggil nama. Kamu memanggil aku mamah dan aku memanggil kamu ayah. Aku sempat tersedak dengan salivaku sendiri ketika kamu berteriak memanggil namaku. Dan kamu membentak-bentak aku. Dimana cintamu yang dulu untukku? dimana janji manismu yang dulu? sesak kurasa, hatiku ini bagaikan kau pukul sampai remuk berceceran.
Bersambung
***
Terima kasih reader sudah mampir
Bantu like, komen, vote dan follow aku yah.
Baca Novel ku yang lain
5 tahun menikah tanpa cinta
Salah lamar
semoga real Kayla semakin strong 💪💪💪💪