"Surat nikah mu akan aku tukar dengan sumsum tulang belakangku."
Demi menyelamatkan nama keluarganya, Charllote mengajukan syarat pernikahan sebagai penyelamat Sean Smith yang mengidap penyakit kanker darah, karena Charllote memiliki sumsum tulang yang cocok.
Akankah pernikahan itu akan menjadi cerita bahagia selalu dan selamanya atau sebaliknya, menjadi ajang saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LEPASKAN AKU
Alfred pun membawa pigura-pigura foto itu ke mobil Diana, "Ayo! Kita ke rumahku saja," ajak Diana pada Charlotte.
Charlotte pun berjalan dengan sedikit lunglai dan dipapah oleh Diana. Melihat Alfred yang sedang berdiri, lalu Charlotte langsung memeluknya dan berkata, "Aku pasti akan menjemputmu, kau jangan coba-coba berani bekerja untuk orang lain ok."
Alfred pun mengangguk sambil menahan tangis, ini adalah nona kecilnya yang telah dia rawat sedari kecil sampai sebesar ini. Hatinya pun terasa sakit ketika melihat kemalangan tengan mendera nonanya itu.
"Alfred, terima kasih. Aku akan membawanya tinggal bersamaku untuk sementara waktu," ujar Diana.
Mobil Diana pun melaju pergi meninggalkan mansion penuh kenangan manis itu. Sesampainya di rumah Diana, langsung saja Charlotte di bawa ke kamarnya.
"Katakan padaku ada apa ini? tanya Diana.
Tiba-tiba saja Charlotte memeluk Diana dan menangis dengan gemetaran yang sangat hebat, "Oh ya Tuhan, sayangku ada apa sebenarnya denganmu," tanya Diana.
"Apa ini semua ulah dua ular beracun itu?" tanya Diana lagi.
"Oh Ya Tuhan, mengapa mereka selalu memberikan kutukan kesulitan kepadamu," hardik marah Diana dalam pertanyaannya.
"Apa mau menceritakan apa yang terjadi kepadaku?" tanya Diana.
Charlotte menatap sendu kepada temannya itu, lalu mulai bercerita. Mendengar cerita kawan baiknya itu, benar-benar memancing kemarahan Diana, "Brengsek, semuanya brengsek," hardik marah Diana.
"Mengapa kau tidak menghubungiku?" tanya Diana.
"Kau sedang merampungkan gelar S2-mu, mana mungkin aku mengganggumu dengan segala masalahku," jawab Charlotte
"Kau ini, apa menganggapku orang lain?" tanya kesal Diana.
"Tidak, bukan begitu. Aku hanya tidak ingin membuatmu pusing dengan berbagai masalahku," jelas Charlotte.
"Tenang saja sebagai, teman baik, aku akan mendukungmu apa pun yang terjadi," janji Diana.
"Sekarang kita kembali ke rumah sakit ya," bujuk Diana.
Charlotte menggelengkan kepalanya, tanda dia enggan untuk kembali. Sementara itu di rumah sakit, Sean sudah merasa agak lebih baik. Pada saat ini Adam masuk ke ruang rawat inap Sean untuk menyampaikan laporannya, "Tuan, Nyonya Smith telah pergi dari rumah sakit."
"Pergi, ke mana!?" tanya Sean.
"Kembali ke Mansion River Side," jawab Adam.
"Apa perlu menjemputnya?" Tanya Adam.
"Biarkan saja jika dia ingin tinggal di sana," ujar Sean dengan nada acuh tak acuh.
Diana membiarkan Charlotte tidur di kamarnya, dia menyelimutinya. Lalu dia mengambil kunci mobilnya, pergi ke rumah sakit untuk mengambil obat-obatan Charlotte. Dengan cepat dia masuk, lalu mengambil obat-obatan yang ada di atas nakas. Dan segera pergi dari sana.
Adam yang melihat itu, langsung saja melaporkan kepada Tuannya, "Apakah perlu di cek lebih lanjut?" tanyanya.
"Tidak perlu, jangan buang waktu untuk hal yang tidak penting," jawab Sean.
Diana langsung pergi ke salah satu dokter kenalannya, Abraham. "Apa kau bisa merawat pasien yang baru saja menjalani operasi sumsum tulang belakang," pintanya.
"Mengapa tidak mendatangi dokter ahlinya?" tanya Abraham.
"Hissh ... yg aku kenal dekat hanya kau," jawab Diana.
"Aku hanya dokter hewan," jawab Abraham.
"Oh ayolah, hanya perawatan dasar saja, ayolah, hanya kau yg bisa aku percaya," rengek Diana lagi.
"Ah, kau ini," jawab Abraham akhirnya menyetujui.
Sedari dulu Diana selalu suka dengan Abraham. Karena itu selalu mencari cara untuk bisa dekat dengannya. Mereka pun tiba di rumah, pada saat ini Charlotte masih terlelap.
"Charlotte," ujar Abraham.
"Kau tidak bilang jika dia yang sakit," ujar Abraham memandangi Charlotte.
Diana hanya terdiam, dia tadi sedikit menguji Abraham, ingin melihat apakah jika itu bukan Charllote, dia tetap akan menolongnya. Hatinya sedikit lega tadi, karena itu artinya Abrahan memperlakukan Charlotte dan wanita lain seimbang, tidak ada yang lebih. Tapi, hatinya seketika seperti teriris tipis ketika melihat sekilas ada tatapan penuh khawatir di binar mata Abraham itu.
Abraham memegang tangan Charlotte, lalu memeriksanya, "Ada apa denganmu?" tanya Abraham.
Diana hanya memberikan obat-obatan yang diambil tadi, "Sudah kubilang dia baru saja menjalani operasi. Dia baru saja mendonorkan sumsum tulang belakangnya," jelas Diana lagi.
"Oh ya ampun ... mengapa tidak beristirahat di rumah sakit dulu," ujar Abraham sedikit kesal.
Mereka berhenti berdebat, ketika mendengar Charlotte melenguh, terbangun, "Apakah terasa sakit?" Tanya Abraham dengan tatapan lembut.
Charlotte memaksakan senyuman di wajah, "Kau ada di sini," ujarnya kepada Abraham.
Charlotte menoleh kepada Diana, "Aku baik-baik saja," ujar lemahnya.
"Aku akan merawatmu," kata Abraham.
"Kau sangat sibuk, aku baik-baik saja," ucap Charlotte.
"Hatiku tidak tenang melihat kau sakit seperti ini, jadi biarkan aku menjagamu ok!" pinta Abraham.
Dalam beberapa hari ini, Abraham pun sering datang ke rumah Diana. Sementara Sean sudah kembali ke Mansion. Setelah menikah lalu menjalani operasi, dia tidak bertemu lagi dengan Charlotte, dan tidak mencari tahu tentang keadaannya.
Selama masa pemulihan malah, Katie yang lebih banyak menemani Sean. Sementara, Charlotte ditemani oleh Abraham dan juga Diana.
"Apa mau berjalan-jalan?" tanya Abraham.
Charlotte menganguk, Abraham pun mengajaknya keluar. Diana sudah mulai sibuk dengan perusahaan Papanya. Pada saat ini dia tinggal di rumah utama. Jadilah mereka hanya pergi berdua saja.
"Aku hanya ingin berjalan-jalan di sekitar sini saja!" pinta Charlotte.
"Ok," jawab Abraham seraya menggenggam tangan Charlotte.
Mereka berjalan kaki sambil sesekali melemparkan Lelucon lalu Abraham berkata, "Mau bekerja di tempatku?"
"Aku masih bekerja," jawab Charlotte
"Kau bisa mengundurkan diri," ujar Abraham seraya tertawa.
"Emm ... aku tidak tahu," jawab Charlotte
Abraham tahu jika saat ini perusahaan Brown sedang alami kebangkrutan, dan Charlotte menanggung hutang yang menggunung. Karena itu dia berusaha membantu semampunya.
Mereka berhenti di sebuah toko bunga, Charlotte memandangi seraya berpikir sudah lama sekali dia tidak pernah menerima rangkaian bunga lagi dari seseorang. Abraham pun langsung membeli bunga , lalu memberikannya kepada Charlotte.
"Terima kasih," ujar Charlotte seraya mengambil bunga itu dengan tersenyum.
Pada saat ini, Sean dengan sangat kebetulan melewati toko bunga itu lalu melihat pemandangan ini, "Bagus sekali, sepertinya dia sudah lupa dengan perjanjian yang dibuat," pikir Sean.
"Berhenti!" perintah Sean.
Dari balik kaca jendela yang hitam pekat itu, dia memperhatikan interaksi antara Charlotte dan Abraham dengan sedikit meradang hati, "Minta orang kita untuk menjemputnya!" perintah Sean kepada Adam.
Caharllote dan Abraham tiba di rumah, "Kau pasti sangat sibuk," ujar Charlotte.
"Tidak juga," jawab Abrahan
"Pergilah, aku tidak ingin menahanmu lebih lama. Pasien-pasien imut di klinik-mu itu pasti tengah menunggu," ujar Charlotte tersenyum manis.
Abraham pun masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya. Baru saja Charlotte akan masuk ke dalam rumah. Dua orang pria berjas hitam langsung menariknya dan memasukannya ke dalam mobil. Bunga yang sedang dia pegang pun terjatuh.
"Kalian mau apa?" tanya Charlotte.
"Lepaskan aku, kalian siapa!" hardik Charlotte lagi. Tapi mereka hanya diam saja tidak menjawab.
Mereka pun tiba di sebuah bangunan Villa besar. Charlotte sedikit takut, dan mencoba lari. Dia menggigit salah satu tangan pria yang sedang memeganginya. Tapi dengan mudahnya ditangkap kembali oleh pria kekar yang membawanya tadi.
"Lepaskan aku ..." teriak hardik Charlotte sambil meronta ketika ditarik masuk.
Di dalam Villa, Charlotte sedikit terkejut ketika dipaksa masuk ke dalam kamar, Sean telah menunggu di dalam, "K-kau ..." ujarnya dengan suara terbata.