Maya Cantika Putri, seorang wanita cantik dan sederhana. Yang kehidupan awalnya berasal dari sebuah panti asuhan. Karena kegigihannya Maya bisa menjadi seorang dokter spesialis. Setelah dewasa secara tidak sengaja ketemu dengan ayah kandungnya, berkat bantuan seorang CEO tampan yang tidak sengaja dikenalnya. Akankah Maya bahagia dengan hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meraih Asa 2
"May..duduk sini sebentar nak..tadi sudah makan kan?" panggil bu Marsinah, selepas shalat Isya'.
"Barusan selesai makan buk, terus Isya' ni tadi..." tukas Maya. Pak Bowo datang, mereka bertiga duduk bersama di ruang tengah panti.
"Begini nak, ada yang mau bapak tanyakan sebenarnya.., gimana hasil pengumuman masuk perguruan tingginya?" tanya pak Bowo sambil mengelus kepala Maya. Mereka bukanlah orang tua kandung Maya, tapi kalau diukur keikhlasannya dalam merawat anak-anak panti tidak bisa terukur. Mereka amatlah sangat...sangat...baik sekali.
"Iya pak buk, sebelumnya saya sampaikan terima kasih selama ini sudah melimpahkan kasih sayang yang begitu besar ke Maya..banyak salah yang sudah Maya lakukan...hiks..hiks...(Maya terharu banget). Alhamdulillah, Maya ketrima buk pak di fakultas yang maya idamkan. Mohon doanya Maya diberi kelancaran selama pendidikan.."lanjut Maya.
"Maaf ya Nak, bapak dan ibu tidak bisa membantu banyak. Hanya doa yang ibu dan bapak panjatkan, semoga kamu diberi kelancaran dalam pendidikan dan masa depanmu.." Mereka pun berangkulan bertiga.
"Bentar ya Nak, ada yang mau ibu sampaikan ke kamu" kata bu Marsinah sambil berlalu ke kamarnya. " Begini Nak, mungkin kamu belum tau karena ibu dan bapak belum pernah cerita, saat ini kita rasa sudah waktunya kamu tau"
"Ada apa ya pak bu?" Maya juga ikut penasaran. Pak Bowo menyahut, "Begini lho May, dengan cerita ini jangan sampai kamu sedih yaa nak. Tapi tetap akan bapak sampaikan karena memang itu kebenaran ceritanya. Pak bowo terdiam sesaat, perlahan melanjutkan perkataanya supaya Maya siap menerima apa yang akan disampaikan, "Pagi itu waktu kami menemukanmu, kamu ditaruh di dalam kardus di depan pintu. Mungkin orang yang menaruhmu di tempat ini sudah tau kalau di sini panti asuhan. Juga ada benda yang ditaruh bersamamu..kalung giok inilah yang menemanimu waktu itu, juga ada selembar kertas bertuliskan namamu. Makanya bapak dan ibu kasih nama kamu "Maya Cantika Putri". Mungkin ada arti tertentu dari namamu, tapi bapak dan ibu menganggap itu sebuah amanat, jadi namamu tetap tidak bapak ibu ubah".
Maya duduk termenung, mendengarkan cerita bapak ibunya..dalam pikirannya terlintas pertanyaan, apakah sebegitu jahat orang tuanya sehingga membuangnya ke sebuah panti. Apakah orang tua kandungnya seorang penjahat, atau kah aku hanya anak yang tidak diinginkan. Beribu pertanyaan di benaknya. Adakah salah dirinya sehingga terbuang.
Tapi Maya tetap bersyukur, masih bisa jadi keluarga besar panti asuhan itu. Di sana Maya belajar banyak, tentang arti kekeluargaan, kebersamaan, keikhlasan walaupun dengan segala keterbatasan.
"Sekarang waktunya, bapak dan ibu nyerahkan apa yang sudah menjadi hakmu nak. Simpan kalung giok ini, mungkin suatu saat nanti akan berguna untukmu...." kata bu Marsinah sambil menyerahkan sebuah kotak yang berisi kalung ke Maya.
Beberapa bulan kemudian, ujian akhir sudah terlampui. Tibalah waktu pengumuman kelulusan. Dengan harap-harap cemas semua siswa menunggu pengumuman, termasuk Maya dan Yasmin tentunya.
"May, gue yakin loe pasti lulus lah..masak calon dokter tiba-tiba gak lulus ujian SMA..gak lucu ah.." gumam Yasmin.
"Gue juga penasaran nich..smoga aja kita semua lulus yah...Aamiin..aamiin.."ucap Yasmin dan Maya bersamaan.
"Setelah ini loe mau kemana Cin?" tanya Maya...
"Cin..cin...namaku Yasmin ya May...Yasmin Melati Sukma..." protes Yasmin (padahal Yasmin dan Melati tuh sama aja..he..he..., disyukuri aja. Nama pemberian orang tua adalah doa).
"Udah kebiasaan yaaa...malah aneh rasanya kalau manggil Yasmin..he..he..." gurau Maya sambil cengengesan.
"Gue dah ada rencana May, abis lulus ni mau kursus jahit dulu buat ngisi waktu luang. Percuma kan kalau aku cuma bisa gambar desain baju aja, biar skalian komplit kalau nanti jadi seorang desainer...he..he...padahal kalau sudah jadi desainer, bisa kerjasama ke penjahit yang bisa dipercaya ya May?...gak papa lah itung-itung ngisi waktu luang. Gue juga lagi ngembangin onlen shop May, doanya yaaa smoga lancar...kalau bisa ngejual produk sendiri kan lebih baik" ujar Yasmin panjang lebar dikali tinggi (ha..ha...itu mah rumus ngitung volume bosque).
"Kita harus tetep saling mendoakan ya Cin, semoga kita sukses sama-sama. Jangan lupa untuk kasih kabar meski cuma sms an doang..he..he..." pesan Maya ke Yasmin.
"Siap bosssssssss" Yasmin berdiri tegap sambil hormat...
"wkwkwkkkkkkk" meraka tertawa kompak.
Sampai akhirnya bapak kepala sekolah sudah naik podium yang disiapkan.
"Selamat siang, Assalamualaikum wr wb" bapak kepala sekolah memulai sambutanya.
"Anak-anak kelas 3 yang saya cintai, tahun ini adalah tahun yang membanggakan bagi sekolah kita. Alhamdulillah 100 persen semua siswa kelas 3 dinyatakan 'lulus' " sambung kepala sekolah.
Terdengar tepuk tangan yang riuh di depan podium. Siswa-siswi saling berpelukan dan terharu.
Tak terasa 3 tahun sudah terlewati, indahnya masa abu-abu putih akan terkenang. Masa-masa remaja penuh asa.
Kepala sekolah melanjutkan pengumumannya...."Dan yang lebih membanggakan lagi adalah......eng...ing..eng...." kata beliau sambil bergurau dan membuat penasaran murid-muridnya
"Maya Cantika Putri....kamu ke depan sini" panggil kepala sekolah.
"Ada apa yaa, tremor akunya.." gumam Maya.
"Sudah May, ke depan aja..kayaknya loe orang penting dech.." gurau Yasmin. "Gak lucu loe" komen Maya
Maya berjalan ke podium, berdiri di samping kepala sekolah. Setelah itu beliau melanjutkan apa yang tadi sudah terhenti..
"Maya Cantika Putri, kamu adalah siswi dengan nilai ujian tertinggi di tingkat propinsi.."lanjut kepala sekolah.
Terdengar gegap gempita siswa siswa di depan podium. Mereka semua ikut bangga atas yang diraih seorang Maya. Maya menangis terharu, tidak ada bayangan sekalipun kalau akan menjadi yang tertinggi di tingkat propinsi. Selama ini hanya niat belajar dan belajar, semoga dapat yang terbaik. Ternyata Allah maha baik, memberi di luar ekspektasinya.
"Selamat Maya, doa bapak semoga kamu sukses dengan cita-citamu. Terima kasih kamu sudah menjadi kebanggan sekolah kita" ujar bapak kepala sekolah.
"Terima kasih Pak, atas bimbingan bapak dan ibu guru di sinilah akhirnya saya sampai ke titik ini" ucap Maya sambil mencium punggung tangan bapak kepala sekolah.
Beberapa waktu setelah acara kelulusan. Sudah tiba saatnya Maya akan masuk bangku kuliah. Maya sudah pindah ke kota S, tempat universitasnya kuliah. Untungnya Maya ditawari bu Harti, wali kelasnya untuk tinggal di rumah saudaranya yang seorang guru juga. Dan Maya pun menerimanya.
Di sinilah Maya sekarang, tinggal bersama bu Hartini dan pak Wardi. Sepasang suami istri yang tidak dikaruniai seorang anak, berprofesi sebagai guru juga. Kayaknya emang keluarga besar bu Harti sudah ditakdirkan jadi keluarga guru...(he...he...versinya author yang ingin jadi guru gak kesampaian). Dan tentunya sambil mencari kerja part time di luar jam kuliah. Maya tidak ingin terlalu merepotkan bu Hartini dan pak Wardi. Maya sudah sangat bersyukur karena sudah dikasih tumpangan tempat tinggal dan makan.
Hari-hari kuliah pun menanti Maya...