Kisah ini dilatar belakangi perang dunia shinobi, perebutan kekuasaan untuk menyatakan siapa yang terkuat sehingga banyak nyawa hilang dan membuat anak-anak menjadi yatim piatu. Seorang anak yang menjadi yatim piatu, dijaga dan dibesarkan oleh anjing shinobi milik ayahnya. Setiap anak yang sudah berumur 12 tahun, baginya akan terbuka pintu masuk gua kedamaian dan kekacauan, tempat semua shinobi mendapatkan kekuatan elemen mereka. Ada empat elemen dasar yaitu, api, air, tanah dan angin. Anak itu mendapat elemen legendaris, elemen cahaya yang akan menentukan takdir dunia shinobi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Generic Strive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEKACAUAN
Pada tahun 500 terdapat sekelompok orang yang teraniaya karena kemiskinan, status sosial yang rendah dan tidak diperhitungkan kehadirannya. Mereka dianggap seperti hewan. Tidak bisa bekerja, tidak ada yang mau menerima mereka. Dalam penderitaan, mereka bersatu dan berdoa kepada Dewa Truit yang dikenal sebagai Dewa Kekacauan. Dewa yang ditakuti dunia. Keputusasaan membuat mereka semakin meluap-luap sampai tidak sadarkan diri.
Peristiwa ini terjadi selama satu bulan penuh. Pada bulan keempat, bulan Kravis terlahir anak-anak dari orang-orang yang menderita itu. Ada 5 orang anak yang lahir. Dewa Truit memberi kekuatan pada kelima anak itu yang akan bangkit ketika mereka berumur 17 tahun.
Kelima anak itu adalah Leviar, Kireia, Sudoni, Freus dan Sun. Setelah diketahui oleh penduduk negeri tentang anak-anak itu, maka muncullah seorang peramal yang meramalkan bahwa anak-anak itu akan menciptakan kekacauan ketika kekuatan mereka bangkit. Para penduduk menjadi takut dan mulai berkata "Kita harus menyingkirkan anak-anak itu"
"Tidak, kita harus membasmi mereka, karena pasti akan terlahir keturunan nantinya dari kelima anak itu jika kita tidak menghentikan mereka sekarang"
Setelah perundingan, para penduduk mulai membantai orang-orang terlantar itu. Tetapi Sunny dan Tiura, orang tua dari Sun dipercaya untuk membawa kabur kelima anak itu. Maka ikut juga bersama mereka, Seal dan Snomre menggendong bayi-bayi itu dan berusaha untuk kabur.
Mereka dalam pengejaran. Tiura yang melihat bahwa mereka tidak akan berhasil berhenti dan memberikan Sun kepada, mencoba mengulur waktu para penduduk yang mau membunuh mereka. Dan berkat Tiura yang mengorbankan diri Sunny, Seal dan Snomre berhasil membawa kabur kelima anak itu dan mulai mengembara. Mereka sama sekali tidak mau terlihat oleh orang lain maka mereka mengasingkan diri di tempat yang jauh. Dan sampai di Gunung Scarlet yang dikenal keganasannya. Begitu banyak binatang buas sehingga tidak ada penduduk yang berani mendekat.
Sampai di gunung itu, ternyata ada seorang yang sudah lama bertapa di gunung Scarlet, namanya Peor. Setelah menjelaskan apa yang terjadi, Peor yang juga berasal dari rakyat jelata merasa terbeban dengan cerita mereka. Mereka tinggal disana dan Peor mengajarkan cara bertahan hidup kepada ketiga perempuan bersama anak-anak mereka.
Waktu terus berlalu, anak-anak itu sudah berumur 17 tahun, tetapi belum terlihat sama sekali kekuatan dari mereka. Terlihat jiwa penasaran dari kelima anak itu, maka mereka menerobos halangan dan menuruni gunung sampai di kampung Seet, tempat mereka berasal dan tempat pembantaian terjadi. Melihat pakaian kelima anak itu yang sudah sangat lusuh dan kotor maka penduduk meneriaki mereka.
"Mereka adalah orang-orang terkutuk, ayo kita selesaikan mereka disini" Dengan wajah yang ganas,membawa pedang dan pisau.
Mereka mencoba melarikan diri, tetapi Kireia perempuan satu-satunya dari 5 anak itu terjatuh dan tidak dapat berlari. Kemudian Peor datang dan mencoba membantu tetapi karena banyaknya penduduk, Peor tumbang. Sesaat sebelum Peor mati, hawa panas muncul dari tubuh Sun dan mulailah ia mengeluarkan serangan berelemen api dan terjadi kebakaran besar.
Ketiga anak yang lain juga berhasil membangkitkan kekuatan. Leviar elemen petir, Sudoni elemen air dan Freus elemen kegelapan. Mereka mulai mengalahkan para penduduk dan penduduk menjadi takut dan meminta belas kasihan. Mereka menunjukkan belas kasihan dengan syarat, semua penduduk yang tersisa harus tunduk pada mereka.