Zona Kpop, aktor korea, yang gak suka silahkan skip, daripada meninggalkan jejak hate!
"Aku akan membuat mu lepas dari cengkraman ibu tiri mu, dengan satu syarat."
"Apa syarat nya?"
"Kau harus menjadi partner ranjang ku,"
Azzendra Grew Nicholas, pria muda berusia 29 tahun seorang CEO yang menjebak seorang gadis untuk menjadi partner ranjang nya.
Wenthrisca Liu atau akrab di sapa Ica, terpaksa menerima penawaran gila Zen demi bisa bebas dari jeratan ibu tiri nya.
Bagaiamana kisah mereka selanjutnya? simak disini.
Karya real hanya ada di Noveltoon/Mangatoon, selebih nya Fake/plagiat, happy reading❤️
Edit cover by KINOSANN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Setelah selesai sarapan, Ica keluar dari kamar yang dia tempati. Dengan langkah kaki pelan karena masih sakit, dia celingukan mengamati rumah yang katanya milik Zen, pria yang menolong nya kemarin.
"Ada perlu apa Non?" Tanya Bi Arin.
"Eehh, gak ada Bi. Saya mau pamit, soalnya harus kerja nanti malam." Jawab Ica.
"Apa tidak menunggu dulu tuan Zen pulang kerja?" Tiba-tiba saja wajah Ica berubah murung.
"Lho kenapa murung gitu Non? Kalau gak mau pergi, gak usah pergi."
"Pengen nya sih gitu, tapi aku siapa nya Zen? Kenal juga baru, ketemu baru sekali, dia pahlawan ku. Tapi sayang nya, kalau aku tidak pulang bisa-bisa aku di panggang sama nenek sihir itu." batin Ica.
"Tak apa Bi, saya tak enak jika harus disini terus. Saya pulang saja, keburu mama nyariin." Cuihhh, nyariin katanya? Iya sih, nenek sihir itu pasti mencari nya, kalau dia pergi mau darimana dia dapat uang untuk membiayai anak perempuan nya poya-poya?
"Baiklah, jika itu sudah keputusan Non Ica, hati-hati ya. Kalau ada apa-apa kesini aja, tuan Zen orang nya baik kok, ya meski kadang wajah nya datar dan dingin." Ucap Bi Arin dengan senyum nya.
"Iya Bi, terimakasih sudah baik pada saya. Saya permisi.." Bi Arin hanya mengangguk dan mengantar Ica sampai ke luar pintu.
Ica berjalan tertatih karena rasa sakit di kaki nya, membuat nya repot karena tak bisa berjalan cepat.
Ica berjalan mengamati sekitar, dia berada di komplek perumahan elit yang selama ini hanya biasa dia lihat dari televisi, tapi tadi malam dia sudah memasuki salah satu rumah itu, bahkan tidur di dalam nya.
"Waduhh, ini gimana ya gak tau jalan balik lagi.." Gumam Ica sambil menggaruk kepala nya.
"Gimana dong? Mau pulang kagak tau jalan balek, mau masuk lagi kesana malu." Akhirnya Ica hanya berjalan-jalan mondar mandir di depan gerbang rumah Zen, dia tak berani pergi jauh karena tak tau jalan, gimana kalau nyasar coba?
"Duhh Ica, pake sosoan pengen pulang sendiri padahal gak tau ini dimana, sial nya nasib ku. Pas pulang pasti di hajar habis-habisan sama nenek sihir itu." Ica mondar mandir sambil menggigiti kuku nya.
Tapi tak lama, sebuah mobil sedan hitam mengkilap berhenti di depan nya.
Kaca mobil nya perlahan turun dan menampakan seorang pria berwajah tampan, rahang nya tegas, alis nya tebal dan hidung yang lancip sekali.
"Ngapain disini? Kenapa gak di dalam?"
"Tadinya mau pulang, tapi gak tau jalan balik." Jawab Ica sambil cengengesan, membuat Zen terkekeh pelan.
"Kau yakin ingin pulang? Lihat, bahkan lebam di pipi mu saja belum hilang." Ucap Zen menunjuk luka lebam di sudut bibir nya, karena pukulan ibu tiri nya.
"Kaki mu juga infeksi, karena bukan nya di obati malah kena pukul gagang sapu."
Zen turun dari mobil nya, entahlah kenapa dia bisa sepeduli ini pada gadis asing yang malah tak sengaja dia tolong kemarin malam.
"Kau melihat nya?"
"Tentu saja kau bisa lihat sendiri bagaimana mata ku." Jawab Zen datar.
"Iya, mata mu tajam seperti elang."
"Lalu kau yakin ingin pulang?"
"Yakin gak yakin, aku gak mungkin terus numpang disini kan? Aku siapa memang nya, lagi pula aku harus kerja nanti malam."
"Kerja? Dimana?"
"Di bar xxx."
"Kau pekerja bar?" Tanya Zen lagi, seperti nya pria itu tak percaya kalau gadis yang terlihat polos itu adalah pegawai bar.
"Ya, kenapa? Bisa nganter pulang gak sih? Pegel nih berdiri lama disini,"
"Siapa suruh?"
"Ayolah, kau kan orang baik.."
"Aku lelah, anak buah ku yang akan mengantar mu. Kau punya ponsel?" Ica menggeleng.
"Aku tak di beri fasilitas seperti itu, hidup ku hanya bekerja dan tidur." Jawab Ica membuat dahi Zen berkerut.
"Lalu kenapa memilih bertahan di rumah itu? Tinggal saja bersama ku.."
"Karena itu rumah peninggalan ayah ku."
"Lalu, wanita yang kemarin itu siapa? Terlihat galak sekali."
"Nenek sihir alias ibu tiri." Jawab Ica, dia mendongak menatap pria jangkung di depan nya.
"Masuk saja dulu, kita ngobrol di dalam. Setelah itu baru aku akan mengantar mu."
"Beneran gak nih?"
"Beneran lah.." Jawab Zen santai.
"Masuk duluan, terus bukain gerbang."
"Berasa kayak pesuruh." Ketus Ica, tapi Zen tak marah. Dia hanya tersenyum pada gadis mungil itu.
....
"Lho Ica? Kok balik lagi.." Tanya Bi Arin, begitu melihat Ica yang duduk di sofa ruang tamu.
"A-anu Bi.."
"Dia gak tau jalan pulang Bi, sosoan mau balik sendiri." Celetuk Zen yang baru turun dari kamar nya dengan pakaian santai, celana selutut dan kaos berwarna hitam.
Sungguh pemandangan yang memanjakan mata, Zen nampak sangat tampan jika memakai pakaian seperti ini.
Ica bahkan menatap pria itu tanpa berkedip, membuat Zen gemas dan menjitak kening Ica.
"Auhh, sakittt. Apa-apaan sih, jahil banget." Gerutu Ica sambil memegangi kening nya.
"Kau terlihat seperti wanita cabul yang menatap pria tanpa berkedip."
Blushh..
Pipi Ica memerah, karena kelakuan nya terciduk oleh Zen. Dia memalingkan wajah nya ke samping, menyembunyikan semburat kemerahan yang muncul di kedua pipi nya.
"Sudahlah tak perlu di bahas, aku hanya ingin tau."
"Apanya?" Tanya Ica ketus, padahal sebenarnya dia malu, sangat malu.
"Apa ibu tiri mu memang memperlakukan mu seperti itu?"
"Kalau iya memang nya kenapa? Dan urusan nya dengan mu apa?"
"Judes sekali, kau lupa aku yang sudah menyelamatkan mu dari berandal itu dan dari demam mu."
"Baiklah, baiklah. Dulu dia tak seperti itu, dia baik dan lemah lembut, mungkin karena papa masih hidup. Tapi setelah papa meninggal karena kecelakaan, sikap nya berubah 180 derajat. Dia menjadi kasar, tak jarang dia memukul ku kalau aku membuat kesalahan sedikit atau sekecil apapun itu." Jelas Ica.
"Lalu, apa yang membuat mu bertahan?"
"Sudah aku bilang kan? Karena itu rumah mendiang ayah ku," Jawab Ica ketus.
"Kau mau merebut rumah itu?"
"Memang nya bisa?"
"Aku akan membuat mu lepas dari cengkraman ibu tirimu, dengan satu syarat."
"Syarat apa?"
....
🌷🌷🌷
Jangan lupa like, komen, vote, dan hadiah juga ya. Happy reading❤️🥀
Emg mo di gagahi waktu M?