Finn kembali untuk membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya. Dengan bantuan ayah angkatnya, Finn meminta dijodohkan dengan putri dari pembunuh kedua orang tuanya, yaitu Selena.
Ditengah rencana perjodohan, seorang gadis bernama Giselle muncul dan mulai mengganggu hidup Finn.
"Jika aku boleh memilih, aku tidak ingin terlahir menjadi keturunan keluarga Milano. Aku ingin melihat dunia luar, Finn... Merasakan hidup layaknya manusia pada umumnya," ~ Giselle.
"Aku akan membawamu keluar dan melihat dunia. Jika aku memintamu untuk menikah denganku, apa kamu mau?" ~ Finn.
Cinta yang mulai tumbuh diantara keduanya akankah mampu meluluhkan dendam yang sudah mendarah daging?
100% fiksi, bagi yang tidak suka boleh langsung skip tanpa meninggalkan rating atau komentar jelek. Selamat membaca dan salam dunia perhaluan, Terimakasih 🙏 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : TDCDD
"Aku tau, ini pasti perbuatan kamu kan Sonia?!!" Tuan Andreas menatap ke arah dokter Bima yang sedang berdiri di samping mobilnya, lalu dia kembali menatap Sonia.
"Sudah aku bilang jangan bertindak gegabah. Akibat perbuatan kamu ini Finn bisa curiga!! Belum saatnya Finn tau siapa Giselle yang sebenarnya." imbuhnya dengan wajah masih sangat kesal.
Sonia menghela nafas, melipatkan kedua tangannya di bawah dada, "Mana aku tau kalau kamu akan datang bersama dengan calon menantu kita, Mas! Lagipula aku hanya ingin memberikan sedikit pelajaran saja pada anak itu supaya dia tidak berbuat ulah."
"Bukankah sudah aku bilang jika ancaman yang diterima oleh Selena tidak ada hubungannya dengan Gisel!" Tuan Andreas mengusap kasar wajahnya, "Kamu pulanglah dulu, aku masih akan disini untuk menemani Giselle."
Sonia menurunkan tangannya, "Baiklah, aku akan pulang dengan Bima. Nanti suruh orangmu untuk membawa mobilku pulang."
Meninggalkan suaminya, Sonia masuk ke dalam mobil Bima. Sudah dua puluh lima tahun dokter Bima menjadi dokter pribadi keluarganya, Tuan Andreas sangat mempercayainya dan tidak sedikitpun cemburu melihat istrinya pulang dengannya. Dia sangat mempercayai Bima dan kesetiaannya, tidak mungkin laki-laki itu mengkhianatinya. Bima sendiri sudah memiliki seorang istri dan dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan, usianya seumuran dengan Selena dan Giselle.
"Oh Finn, kamu mau kemana?" tanya Tuan Andreas saat melihat Finn keluar, sementara Bima dan mobilnya sudah pergi meninggalkan halaman rumah tersebut.
"Saya pamit pulang dulu, Om, masih ada pekerjaan yang harus saya urus. Besok Giselle tidak perlu datang ke kantor, kalau begitu saja saya permisi dulu, Om."
Tuan Andreas menepuk lengan Finn. "Terimakasih, Finn. Kamu hati-hati dijalan."
Finn mengangguk dan berlalu masuk ke dalam mobilnya. Diperjalanan pulang dia menelfon Riyan dan memintanya untuk menyiapkan sesuatu untuknya. Malam ini dia akan melakukan sebuah misi penting.
💙
💙
💙
Bughhh... Bughhh...
Dua orang yang berjaga di depan pintu area pemakaman milik keluarga Milano jatuh tersungkur ke tanah saat mendapatkan pukulan benda keras dipunggungnya. Setelah itu terdengar suara tembakan yang diarahkan ke cctv yang ada disana. Beberapa orang lainnya terkejut mendengar suara tembakan itu dan langsung berlari mendekat, masing-masing dari mereka membawa senjata ditangannya.
"Hei, siapa kalian?!!" salah satu menunjuk pada orang-orang berpakaian serba hitam dan wajah yang ditutupi dengan masker dan topi.
Bukannya menjawab, orang-orang berpakaian serba hitam itu malah menyerang, menendang, memukul dan menghajar anak buah Tuan Andreas yang berjaga di sekitar area makam. Mereka pun tumbang dengan luka pukulan diwajah dan tubuh mereka.
Pria yang memegang pistol ditangannya itu tersenyum menyeringai dibalik maskernya, lalu dia mengajak beberapa anak buahnya yang lain untuk mengikutinya masuk ke dalam makam. Sementara anak buahnya yang lain berada diluar untuk menghajar orang-orang Tuan Andreas.
"Bongkar makam itu sekarang!" perintahnya, menunjuk pada makam bertuliskan nama Giselle Milano di nisannya.
Para anak buahnya langsung bergerak dan membongkar makam tersebut. Sementara itu Finn melangkahkan kakinya mendekat ke arah makam kedua orang tuanya yang juga ada disana. Bram dan Ratna, Finn berjongkok diantara kedua makam itu, air matanya terbendung, dadanya terasa sesak dan sakit.
"Aku sudah kembali, aku datang untuk membalaskan dendam kalian pada Andreas Milano." tanpa melepaskan penutup wajahnya, Finn mengusap nisan kedua orang tuanya. Ada segelintir rasa sakit yang tiba-tiba menusuk, terasa seperti menusuk hingga menembus ke jantungnya.
"Maafkan aku karena tidak bisa melindungi kalian saat itu. Aku bahkan tidak bisa hadir dan melihat proses pemakaman kalian. Aku minta maaf, tapi aku akan pastikan orang-orang itu akan mendapatkan hukuman yang setimpal." Finn menyeka ujung matanya sebelum air matanya sempat terjatuh, lalu dia pun berdiri saat mendengar suara langkah kaki berjalan mendekat.
Para anak buahnya sudah selesai membongkar makam Giselle dan hanya menemukan sebuah boneka didalamnya. Mereka mengeluarkan boneka itu dari dalam tanah dan menaruhnya disamping makam yang sudah dibongkar itu.
"Apa yang akan kita lakukan selanjutnya, Tuan? Ternyata ini hanyalah makam palsu, didalamnya tidak ada mayat dan hanya ada boneka saja."
Finn menatap makam yang sudah terbongkar itu, "Hubungi kantor redaksi dan undang para wartawan untuk datang kemari dan meliput berita ini. Aku ingin melihat bagaimana reaksi keluarga Milano jika media sampai tau bahwa putri yang selama ini dianggap sudah mati ternyata masih hidup."
"Baik, Tuan."
Finn melangkah lebar, menuju ke arah mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana. Besok pagi dia tinggal menunggu hasilnya, bagaimana keluarga Milano akan diserbu para wartawan dan dihujani banyak pertanyaan.
"Andreas Milano, ucapkanlah selamat datang pada kehancuranmu. Setelah malam ini, kamu tidak akan bisa tidur dengan nyenyak lagi,"
Suara derum mobil melesat pergi, Finn melajukan mobilnya menuju ke rumah Giselle untuk melihat keadaannya. Sementara orang-orangnya masih berada disana untuk membereskan sisa-sisanya.
Setelah menyemprotkan obat bius ke penjaga yang berjaga di pintu gerbang, Finn berjalan mengendap dan memanjat ke balkon kamar Giselle. Dibukanya pintu balkon yang kebetulan tidak dikunci itu dan didapatinya wanitanya tengah terbaring di atas ranjang dengan mata terpejam.
Dalam penerangan lampu hias, Finn berjalan mendekat dan duduk di tepian ranjang dengan hati-hati supaya tidak membangun tidur gadis itu. Satu tangannya terangkat dan membelai lembut wajah yang terlihat begitu gelisah meskipun sedang terlelap.
Finn membuka maskernya, mendekatkan wajahnya untuk mencium kening Giselle. Namun aksinya terhenti saat tiba-tiba Giselle membuka matanya. Pandangan mereka saling bertemu dan saling mengunci.
Suasana kamar masih hening, hanya hembusan nafas mereka yang terdengar dan saling bersahutan. Sakit dikepalanya membuat Giselle tidak bisa tidur dengan nyenyak, hingga dia terbangun saat merasakan hembusan nafas Finn menyapu kulit wajahnya.
"Finn, apa yang kamu lakukan disini?" Giselle mengangkat satu tangannya dan menyentuh wajah Finn, memastikan jika ini adalah nyata dan bukan sekedar mimpi.
Finn meraih tangan Giselle yang ada diwajahnya, mengecup punggung tangannya. Tatapannya begitu lembut, Finn menegakkan kembali duduknya dan membantu Giselle untuk duduk.
"Aku datang untuk menjemputmu. Ikutlah denganku, Giselle, tinggalkan keluarga Milano dan hiduplah denganku,"
...✨✨✨...
msih bisa di tahan kyaknya🤭🤭