Nur Azizah gadis biasa yang telah dijual oleh tantenya sendiri untuk menebus rumah yang akan disita. Nur tidak menyangka, nasibnya akan tragis. Saat orang yang membeli tubuhnya berusaha menodai gadis itu, dengan susah payah Nur berusaha kabur dan lari jauh.
Dalam aksi pelariannya, Nur justru dipertemukan dengan seorang pria kaya raya. Seorang pria tajir yang katanya tidak menyukai wanita.
Begitu banyak yang mengatakan bahwa Arya menyukai pria, apa benar begitu?
Rama & Irna
Masih seputar pria-pria menyimpang yang menuju jalan lurus. Kisah Rama, si pria dingin psiko dan keras. Bagaimana kisah Irna hidup di sisi pria yang mulanya menyukai pria?
Jangan lupa baca novel Sept yang lain, sudah Tamat.
Rahim Bayaran
Istri Gelap Presdir
Dea I Love You
Menikahi Majikan
Instagram Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Pekerjaan
Suamiku Pria Tajir #3
Oleh Sept
Rate 18+
Kring kring kring
Telpon di ruang tengah terus berdering, Arya tahu itu pasti mamanya. Sebab sejak tadi ponselnya berdering namun ia abaikan. Pria itu sedang sibuk mengurus gadis asing yang kemarin ia tabrak.
Nur terbaring di atas ranjang, sesekali Arya mengusap dahi gadis itu. Keringat Nur sebiji jagung. Dalam pingsannya pun, ia terlihat gelisah. Arya jadi tidak tega membiarkan Nur pulang sendirian. Apalagi ia juga merasa bersalah atas kesalahan malam itu. Andai ia hati-hati, mungkin Nur tidak sampai pingsan.
Jangan-jangan Nur mengalami gegar otak? Panik, Arya langsung menelpon rumah sakit. Memesan kamar dan menghubungi dokter yang selama ini menjadi temannya.
Setelah merasa aman, di luar tidak ada siapa-siapa lagi. Mungkin sang mama dan Tafli sudah pergi, dengan mengendap-ngendap, Arya membopong tubuh Nur.
Rumah sakit Abdi Husada.
"Bagaimana keadannya?" tanya Arya pada suster. Dokter yang merupakan temannya sedang ada pasien. Jadi, sejak tadi ia hanya ditemani suster. Sambil menunggu temannya datang.
"Istri Bapak tidak apa-apa. Tapi, sepertinya dia kelelahan dan sedang setres berat. Mohon untuk menjaga mood istri Bapak."
Arya mendesis dalam hati. Sok tahu betul perawat itu. Istri? Mana mungkin ia menikahi gadis itu? Apa suster itu tidak bisa melihat?
Klek
Tiba-tiba dari depan kamar muncul Ronald, dokter sekaligus sahabat Arya.
"Siapa, dia?" goda dokter tersebut.
Arya tak menyahut, ia hanya memberikan tatapan tajam.
"Biar aku periksa." Dokter Ronald masih tersenyum menggoda.
"Kau apakan wanita ini?" Ronald memeriksa bekas memar di tangan dan kaki.
"Sepertinya ia korban kekerasan seksual."
"Apa?" Ronald menatap tak percaya.
Bukkk
"Bukan aku!" Arya langsung memukul tengkuk Ronald. Ia tidak terima dengan tatapan yang menuduh itu.
Ronald terkekeh, kemudian kembali memeriksa tubuh Nur yang masih tidak sadarkan diri.
"Tolong jadwalkan general check up," titah dokter Ronald pada suster yang berdiri di belakangnya.
"Baik, Tuan."
"Sepertinya tidak apa-apa, tapi untuk mencegah hal yang tidak diinginkan ke depannya. Lebih baik dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh."
Arya mengangguk, ia pasrah.
Siang hari, Nur mulai sadar. Namun, ia bingung ketika menatap langit-langit kamar. Di manakah dirinya? Nur pun bertanya dalam hati.
"Sudah bangun?" sapa Arya ketika melihat gadis itu terbangun.
"Aku mau pulang."
"Hem ... tunggu besok setelah hasil pemeriskaan keluar." Arya menatap Nur dengan dalam.
"Nur mau pulang, Nur nggak punya uang buat bayar rumah sakit." Nur berkata apa adanya, ia memang tidak memiliki apapun saat ini. Hanya nyawa di badan. Nur tidak punya apa-apa lagi.
"Tenanglah, semua sudah aku bayar. Anggap sebagai permintaan maaf dariku."
Nur tetap memaksa ingin pergi, kakinya bahkan sudah turun ke lantai. Dan ia berniat melepas selang infus yang menempel di punggung tangannya.
"Hey!"
"Maaf, Pak. Saya mau pulang!"
Tidak ingin melihat Nur nekat, Arya menahan Nur dengan mencengkram lengan gadis itu.
"Tetap di sini! Kamu aman, aku tidak akan melakukan hal buruk padamu. Aku tahu, kamu pasti trauma. Tapi, percayalah padaku. Aku hanya ingin menolongmu."
Arya dapat merasakan tubuh Nur yang bergetar, gadis itu sepertinya memang mengalami trauma.
Klek
Suster datang membawa nampan. Ia mau mengantar makan siang untuk pasien. Tapi, ia malah mendapati pemandangan yang membuat orang salah paham. Sang suster malah jadi canggung ketika melihat Arya memegang lengan si pasien. Karena terus dilihat, Arya langsung melepas lengan Nur.
"Ini makan siangnya," suster tersenyum ramah ke arah Nur. Karena canggung, ia pun langsung permisi setelah meletakkan nampan di atas meja.
Setelah suster pergi, Arya menyuruh Nur untuk makan.
"Makanlah!"
"Saya tidak lapar."
"Makanlah sedikit saja!"
"Saya cuma mau pulang."
"Astaga! Nanti aku pasti antar!" Arya menghela napas panjang. Susah sekali membujuk gadis itu.
"Makan atau tidak? Kalau tidak kamu habiskan, akan aku tagih untuk ongkos rumah sakitnya," ancam Arya.
Uang dari mana? Tidak mungkin bisa membayar, akhirnya Nur mengambil kotak makanan itu. Dengan pelan, ia menghabiskan makanan itu. Ia makan dengan menahan perih di kedua matanya. Nur makan sambil menangis.
"Kenapa kamu menangis? Lakukan satu-satu. Makan ya makan, setelah itu menangislah!"
Nur menyusut hidungnya, mengusap pipi dan kembali melahap semua makanannya.
Beberapa saat kemudian.
Arya mengulurkan sebotol air mineral pada Nur.
"Ceritakan apa yang terjadi?" tiba-tiba Arya penasaran.
Nur hanya mendongak sekilas, ia menatap paras tampan itu. Sosok pria yang menolongnya berkali-kali.
"Ceritakan kesulitanmu, mungkin Aku bisa membantu."
"Pekerjaan ... saya butuh pekerjaan." Setelah mengatakan hal itu, Nur langsung menundukkan wajah.
"Pekerjaan? Di mana keluargamu? Aku rasa kamu masih muda, orang tuamu pasti masih ada."
Nur menggeleng keras.
"Mereka menjualku."
Arya terhenyak, ini lebih parah dari pada dugaannya. Suasana menjadi sepi, dan hening untuk waktu yang cukup lama.
"Kamu yakin mau kerja?" suara Arya memecah sepi.
Nur mengangguk pelan.
"Bekerjalah padaku!"
Nur menatap manik mata jernih itu tanpa kedip. Bersambung.