Awalnya semua begitu indah untuknya. Memiliki keluarga yang sempurna dengan ayah dan ibu yang sangat mencintai dan menyayanginya, tapi kebahagian itu hanya sementara. Cinta pertamanya di dunia ini direnggut darinya, seketika semuanya berubah menjadi duka.
Kehidupan baru mulai dijalani saat seseorang datang dan dikehidupan ibunya. Menjadi anak tiri dari seorang pengusaha yang sukses dan hidup dengan kemewahan yang dirasakannya.
Tapi..., semua tidak seindah yang dijalaninya. Hanya ada kesedihan yang dirasakannya karena penghinaan yang didapatnya dari orang yang sangat disayanginya.
Wanita itu hanya berharap mendapatkan kebahagian, memiliki sosok pelindung yang baru untuknya. Sampai akhirnya sebuah takdir kehidupan yang tak terduga, menikah dengan seorang pria yang tak dikenalnya.
Tidak ada cinta,tidak ada kebahagian yang dirasakannya, hanya ada sebuah rahasia besar yang tersimpan di dalam pernikahan itu.
Hanya menunggu kapan Rahasian itu terbongkar dan menjadi Bom waktu di pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 Keluarga
Hari yang ditunggu-tunggu itu datang juga. Hari sabtu dimana Kenichi akan membawanya bertemu dengan keluarga besar nya.Dia menghela napasnya saat membuka lemari pakaiannya,dia benar - benar bingung dengan pakaian yang ingin dikenakannya.
"Apa aku harus mengenakan gaun panjang?"gumamnya, kemudian dia meletakan gaun itu di atas tempat tidurnya.
"Itu akan terlihat berlebihan. Makan malam itu hanya berlangsung di rumah , aku tidak perlu memakai gaun dress panjang ", ucapnya .
Berkali-kali membongkar semua pakaian yang ada di dalam lemari nya, akhirnya pilihannya tertujuh kepada gaun putih yang simpel. Pemilihan pakaian selesai, saatnya dia merias wajahnya dengan makeup. Dia tidak ingin terlihat berlebihan dengan dandanannya, dia masih tidak tahu bagaiman keluarga Kenichi. Baginya kesan pertama sangat penting saat bertemu dengan orang baru, dan dia ingin memberikan kesan yang terbaik pada keluarga besar Nakagawa.
"Selesai", gumamnya.
Ponselnya terus berbunyi, itu menandakan bahwa Kenichi sudah tiba. "Waktunya berangkat".
Saat dia melangkah menuruni anak tangga, pandangan sinis langsung diperlihatkan yukari yang berpapasan dengannya saat dia hendak ingin naik keatas. Tidak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya, begitu pula Gwen yang hanya berlalu pergi turun kebawah.
Diruang tamu dia sudah melihat Kenichi yang wajahnya terlihat santai berbicara dengan ayahnya.
"Itu Gwen", gumam minori.
Kali ini semua mata tertuju kepadanya, tatapan Kenichi untuknya membuat jantung kembali berdetak sangat cepat hingga membuatnya salah tingkah dan memalingkan wajahnya dari sorot mata Kenichi yang tajam.
"Sudah siap?"tanya Kenichi.
"Hmmm", jawab Gwen, tanpa melihat Kenichi.
"Paman, bibi, kalau begitu kami pergi dulu", ucapnya, dia begitu sopan terhadap kedua orang tua Gwen.
"Baiklah, jangan sampai terlambat", ucap ayah Gwen.
"Hati-hati", timpa minori.
"Baik", jawab Kenichi.
Sebuah mobil berwarnah hitam sudah terparkir saat keduanya keluar dari rumah. Kenichi langsung membukakan pintu mobil untuknya. Setelah dia masuk kedalam, Kenichi masuk kedalam dan duduk disampingnya.
"Apa kita sudah bisa berangkat, tuan?"tanya supir itu.
"Jalankan mobilnya", ucap Kenichi.
Mobil itu melaju dari kediaman Gwen menembus jalanan raya menujuh kediaman rumah Kenichi. Selama perjalanan Gwen terlihat tidak tenang, kepanikan mulai dirasakannya saat mobil itu membawanya menuju kediaman Kenichi.
"Tenanglah", ucap Kenichi.
Dia benar- benar terkejut, dia belum pernah melihat Kenichi bersikap peka seperti sekarang.
"Kita hanya ingin menemui orang tua dan keluarga besar kau, kita bukan ingin berperang", gumamnya, dia tersenyum mengejek, dan membuat gwen kesal.
"Bisakah kamu serius", ujar Gwen.
Tentu ", dia tersenyum.
Meski saat ini dia sangat kesal dengan pria disampingnya itu, tapi tidak bisa dipungkirinya bahwa Kenichi benar- benar sangat tampan malam ini. Dia sering melihat Kenichi mengenakan jas berwarnah hitam, tapi kali ini dia terlihat sangat berbeda. Tidak bisa disangkalnya, kalau Kenichi terlihat sangat sempurna dan membuat dirinya semakin tidak percaya diri berada disamping pria kaku itu.
Bunyi ponsel Kenichi membuyarkan pikirannya, dia mengeluarkan ponsel itu. Wajahnya terlihat tidak bersemangat untuk menjawab panggilan yang masuk setelah melihat nama di layar ponselnya.
"Siapa yang menelepon", batin Gwen.
📱Hallo ibu".
Mata Gwen langsung tercengang, dahinya mengkerut saat mendengar Kenichi menyebut nama ibu. Dia berusaha menyimak pembicaraan apa yang sedang berlangsung.
📱Kami sedang dijalan, sebentar lagi kami sampai.
Mendengar jawaban yang diberikan Kenichi, sepertinya ibunya menanyakan dimana keberadaan kamu itulah hal yang terlintas dalam pikiran Gwen.
📱Tentu saja aku datang bu, aku juga sudah membawa calon istriku", ucap Kenichi sambil melihat kearah Gwen, sontak saja Gwen menelan ludah saat melihat tatapan Kenichi.
📱Baiklah,sebentar lagi kami sampai katakan pada yang lain untuk sabar." Kemudian Kenichi menutup telepon, dan melihat kearah Gwen.
"Semua orang telah menunggu kita", katanya, nadanya terdengar santai saat berbicara kepada Gwen yang justru semakin panik.
Kedua tangannya mulai basah berkeringat karena rasa gugupnya, sejuknya ac mobil yang menyala sama sekali tidak dirasakannya.
"Apa kamu takut?"tanya Kenichi.
Gwen hanya diam dan mengabaikan pernyataan yang justru terdengar konyol saat ini diajukan kepadanya. Tidak ada gunanya juga dia mengatakan apa yang dirasakannya kepada Kenichi yang tidak peduli dengan yang dirasakannya.
Dia hanya menoleh keluar jendela, mendengar perkataan Kenichi bahwa mereka sebentar lagi akan sampai. Gwen menyimpulkan sendiri bahwa tinggal seperempat jalan lagi yang perlu mereka lalui.
Mobil itu melaju memasuki sebuah rumah yang sangat besar, Gwen bahkan tidak menyangka bahwa ada rumah yang lebih besar dari rumah yang ditinggalinya saat ini.
"Apa kamu tinggal disini?"tanya Gwen.
"Hmmm, sampai umurku 17 tahun", jawab Kenichi.
"Hanya 17 tahun? Lalu kamu tinggal dimana sekarang?"tanya Gwen, yang mulai penasaran.
"Di sebuah Apartemen", jawabnya singkat.
Kenichi membuka pintu mobil, keluar dan mengitari mobil untuk membukakan pintu untuknya. Gwen sama sekali tidak bergerak dari tempat duduknya, yang terlintas dipikiran nya saat ini adalah lari dan meninggalkan tempat itu.
"Ada apa?" Apa kamu ingin terus di dalam mobil?"tanya Kenichi.
Gwen langsung menggeleng, menarik napasnya sebelum keluar dari mobil. Halaman rumah itu sangat luas, meski beberapa mobil telah terparkir disana. Banyaknya mobil yang terparkir menandakan bahwa banyak orang yang telah berada di dalam, dia benar - benar sangat cemas sekarang.
"Jangan khawatir, aku akan selalu ada di samping mu", bisik Kenichi.
Mendengarnya membuat rasa gugup itu tiba-tiba hilang dan saat ini dia merasa jauh lebih baik saat ada Kenichi di dekatnya.
"Kita masuk?"tanyanya kenichi lembut, "semua akan baik-baik saja."
"Hmmm",jawab Gwen.
Dia menetap Gwen, dia mengulurkan tangannya kepada Gwen. Tangan itu masih terulur dihadapan Gwen yang terlihat kaget, butuh beberapa saat sampai dia meraih tangan itu dan menggenggam tangan Kenichi untuk pertama kalinya. Setidaknya itu adalah kontak fisik pertama mereka sejak mereka saling mengenal.
Ketika mereka masuk kedalam, rumah itu terlihat luas seperti kesan pertama yang terlihat dari luar. Rumah itu dipenuhi dengan perabotan-perabotan mewah dan banyak lukisan -lukisan yang menempel di dinding. Rumah itu juga sangat wangi karena banyak bunga-bunga yang diletakan di setiap sudut bagian dari rumah megah itu. Gwen mencoba tersenyum saat Kenichi melihat kearahnya, suasana dirasanya semakin mencekam saat mereka melangkah masuk menujuh sebuah ruangan.
"Silakan tuan Kenichi,ucap seorang pelayan.
"Selamat malam", gumam Kenichi saat mereka tiba di sebuah ruang makan yang cukup besar.
Padangan Gwen langsung tertuju kedepan, dimana semua orang telah berada diruang makan itu dan saat ini semua mata sedang melihat dirinya dan Kenichi.
"Kalian sudah datang",ucap seorang wanita, wajahnya itu tidak asing untuk Gwen, dia seperti pernah melihatnya dan akhirnya dia mengingat photo keluarga yang pernah ditunjukan Kenichi kepadanya.
"Selamat malam, Ibu", sapa Kenichi.
"Ah, benar. Itu ibunya", batin Gwen.
Wanita itu berjalan menghampiri kearah Gwen, sambutan yang diberikan diluar dugaannya. Dia langsung memeluk Gwen dengan sangat hangat, seperti yang dikatakan Kenichi sebelumnya bahwa ibunya sangatlah baik
"Baiklah Kenichi, sebelum kita memulai makan malam. Perkenalkan siapa wanita cantik yang kamu bawah ini", kata misae yang tak lain bibi Kenichi yang sangat ingin menjodohkan Kenichi dengan putri temannya.
"Oh, tentu saja bibi", ucap kenichi.
Dia merangkul bahu Gwen, apa yang dilakukannya benar - benar membuat Gwen semakin panik. Sikap Kenichi sangat berlebihan dirasanya, saat harus merangkulnya dihadapan seluruh anggota keluarga nya.
"Sayang, silakan perkenalkan dirimu", kata kenichi dengan nada bicara yang sangat lembut,tentu saja dengan senyum di wajahnya.
Tidak butuh waktu lama, setelah mengumpulkan rasa percaya dirinya. Dia memandang seluruh orang diruangan itu sambil tersenyum yang sangat indah, senyum yang mampu membuat siapa saja terpikat melihatnya. "Selamat malam semuanya. Perkenalkan nama saya Gwen Sachie Nakamura." Dia sama sekali tidak habis pikir kenapa dia mengucapkan marganya Nakamura, bukan menyebutkan marga Takahashi, marga ayah kandungnya.
"Nakamura?" Marga yang tidak asing", ucap Akira,Paman kenichi.
"Apapun marganya itu tidak penting, semoga hubungan kalian benar - benar serius. Cepatlah menikahinya Kenichi", gumam kakeknya.
"Secepatnya", jawab santai Kenichi.
"Yasudah, duduklah", ucap ibu Kenichi.
"Gwen, duduklah disini",pinta hellen.
"Duduklah dengannya,dia adalah sepupuku", bisik Kenichi.
Gwen tersenyum, perlahan dia melangkah kearah hellen yang telah menarik sebuah bangku untuknya.
"Terima kasih", ucap Gwen.
"Sama-sama", jawab hellen dengan ramah.
Banyak menu makanan yang telah tersaji dimeja makan, semua makanan itu terlihat menggoda untuk Gwen. Tidak ada satu menu makana pun yang tidak disukainya,seandainya dia bisa mencicipi semuanya, tapi situasi saat ini tidak memungkinkan untuknya. Jangankan mencicipi semua hidangan, mengangkat sendok saja membuatnya gugup saat melihat semua mata menatap kearahnya.
"Makanlah yang banyak putriku", ucap hayate ayah Kenichi.
Sontak saja semua yang ada diruangan itu terkejut, bukan hanya Gwen yang terperangah mendengar sebutan yang diberikan untuknya.
"Putri?"ulang bibi Kenichi.
"Apa ada yang salah?" Bukankah sebentar lagi mereka akan menikah dan akan menjadi putri tunggal ku", ucap Hayate yang memandang Gwen dengan senyum ramah.
"Tentu saja, suamiku", jawab ibu Kenichi.
"Baiklah, selamat makan semua", ucap Hayate.
"Selamat makan", ucap semua orang yang ada diruangan itu.
Orang-orang mulai menyantap hidangan makanan yang telah disajikan. Kenichi dan Gwen bertemu pandangan sesaat, dia melihat senyum di wajahnya Kenichi dengan kedipan matanya yang mencoba menyemangati Gwen dari kejauhan dan dibalas senyuman oleh Gwen.
Situasi yang sempat dirasanya cukup mencekam, perlahan dia justru mulai menikmati keberadaanya ditengah-tengah keluarga besar Kenichi yang sangat ramah dan baik. Meski terlahir dari keluarga terpandang, tidak membuat mereka menjadi keluarga yang sombong dan menutup diri terhadap orang lain setidaknya itu kesan yang pertama dirasakan Gwen saat bertemu dengan mereka semua.
Bersambung....
penasaran nih gmna ending nya,msa ya d cut aja smpe dsni???
kok gantung gini crtanya??