Ello, seorang dokter pediatri yang masih berduka atas kehilangan kekasihnya yang hilang dalam sebuah kecelakaan, berusaha keras untuk move on. Namun, setiap kali ia mencoba membuka hati untuk wanita lain, keponakannya yang usil, Ziel, selalu berhasil menggagalkan rencananya karena masih percaya, Diana kekasih Ello masih hidup.
Namun, semua berubah ketika Ello menemukan Diandra, seorang gadis misterius mirip kekasihnya yang terluka di tepi pantai. Ziel memaksa Ello menikahinya. Saat Ello mulai jatuh cinta, kekasih Diandra dan ancaman dari masa lalu muncul.
Siapa Diandra? Apakah ia memiliki hubungan dengan mendiang kekasih Ello? Bagaimana akhir rumah tangga mereka?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Mencoba Menjelaskan
Malam hari, setelah memastikan Ziel sudah tidur nyenyak, Ello, Elin, dan Zion berkumpul di ruang keluarga untuk membahas wanita yang mirip Diana itu. Suasana di ruangan itu terasa serius meskipun hangat.
“Kalau dia keluar dari rumah sakit, di mana sebaiknya dia tinggal?” tanya Ello, membuka pembicaraan. “Dia pasti butuh tempat yang nyaman.”
Elin berpikir sejenak sebelum menjawab. “Bagaimana kalau dia tinggal di rumah kita saja? Ziel pasti senang. Dia sudah menganggap wanita itu sebagai Diana.”
Zion mengangguk setuju. “Itu ide yang bagus. Kita bisa membantunya beradaptasi dan pulih di lingkungan yang lebih akrab.”
“Tapi kita perlu memikirkan cara untuk menjelaskan pada Ziel bahwa wanita itu bukan Diana,” Ello menambahkan, sedikit khawatir. “Dia mungkin akan merasa bingung atau kecewa.”
Elin menghela napas. “Kita harus melakukannya dengan hati-hati. Ziel masih kecil dan mungkin sulit memahami situasi ini.”
“Benar,” Zion setuju. “Kita perlu memberi tahu Ziel dengan lembut, dan menjelaskan bahwa meskipun wanita itu mirip, dia adalah orang yang berbeda.”
Ello mengangguk. “Kita bisa menyusun rencana dan berbicara dengan Ziel besok. Yang terpenting, kita harus memberi tahu dia bahwa kita semua akan ada untuknya, apapun yang terjadi.”
Dengan sepakat, mereka melanjutkan diskusi tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya, saling mendukung satu sama lain dalam menghadapi situasi yang tidak terduga ini.
Namun sesat kemudian Ello teringat sesuatu. Tentang wanita itu sejenak sebelum kembali memfokuskan pikirannya pada kekhawatiran yang melingkupi dirinya. Ia mengingat kembali betapa miripnya wanita ini dengan Diana, dan bagaimana latar belakangnya yang mungkin tidak sesederhana yang mereka bayangkan. Ia merasa beban di pundaknya semakin berat.
“Kakak ipar, aku … aku khawatir,” ungkap Ello, suaranya bergetar sedikit. “Kita tidak tahu siapa dia sebenarnya. Apa yang terjadi padanya sebelum ini. Mungkin kita tidak seharusnya terlalu dekat …”
Zion memandangnya dengan tenang, mencoba memberi keyakinan. “Ello, tidak ada salahnya kita membantu. Selama niat kita tulus, segalanya akan baik-baik saja,” katanya sambil tersenyum.
Elin mengangguk mendukung, “Betul. Kita tidak bisa menghakimi tanpa mengetahui latar belakangnya. Yang terpenting, kita ada untuknya sekarang.”
Ello menghela napas, merasa sedikit lebih tenang dengan pengertian dari kakak dan kakak iparnya. “Terima kasih, kalian selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik.”
Zion menepuk bahu Ello. “Jangan merasa tak enak hati. Kita adalah keluarga. Tugas kita saling mendukung.”
Elin tersenyum melihat interaksi antara adik dan suaminya. Dalam ingatannya, ia teringat masa-masa ketika Ello dan Zion saling berebut perhatian darinya. Dulu, sebelum ada Ziel, mereka berdua kerap bertindak kekanakan di depannya, seperti anak-anak yang berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya. Mereka berdua benar-benar seperti Tom dan Jerry, saling menggoda dan bersaing satu sama lain.
Namun, semuanya berubah ketika Ziel hadir. Sejak saat itu, Ello lebih menempel pada Ziel daripada menghabiskan waktu bersama Elin. Keduanya, Ello dan Ziel, begitu dekat, dan kemampuan Ello sebagai dokter pediatri membuatnya sangat mudah berinteraksi dengan anak-anak. Ziel malah sering pergi bersama Ello dan Diana, kekasih Ello, daripada bersama Elin dan Zion.
Melihat hubungan itu, Elin merasa bahagia. Meski ada sedikit rasa kehilangan karena ketika Diana masih bersama mereka, perhatian Ello lebih tertuju kepada Ziel dan Diana, ia juga tahu bahwa itu adalah bagian dari pertumbuhan mereka sebagai keluarga. Dan kini, dengan kehadiran wanita yang mirip Diana, semuanya terasa lebih rumit sekaligus menarik.
***
Keesokan harinya, setelah sarapan yang hangat, Ello, Elin, dan Zion berkumpul di ruang keluarga, bersiap untuk menjelaskan kepada Ziel tentang wanita yang mirip Diana. Mereka tahu ini bukanlah percakapan yang mudah, tetapi mereka harus melakukannya.
“Ziel, ada yang ingin kami bicarakan denganmu,” Elin membuka pembicaraan dengan lembut.
Ziel menatap mereka dengan penasaran, senyum kecil menghiasi wajahnya. “Apa, Ma?”
Ello mengambil napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan kata-kata. “Ziel, Tante Diana … dia … dia bukan orang yang sama dengan wanita yang kita temukan di pantai. Wanita itu mirip Tante Diana, tetapi dia berbeda.”
Mendengar penjelasan itu, Ziel tampak bingung. “Tapi, Om, kalau dia bukan Tante Diana, lalu siapa dia? Kenapa dia sangat mirip dengan Tante Diana?” Suara bocah itu penuh dengan ketidakpahaman, menunjukkan kecerdasannya yang mengamati setiap detail.
Zion mendesah pelan. "Tante itu tidak mengingat apapun, jadi Papa akan berusaha mencari keluarganya."
Ziel tertunduk, ekspresinya berubah menjadi sedih. “Jadi, setelah keluarganya ketemu, Tante itu akan pergi? Tidak bisakah dia tinggal bersama kita?” tanyanya, keras kepala. “Aku suka dia! Dia membuatku merasa nyaman, seperti Tante Diana.”
Ello bisa melihat keteguhan dalam tatapan Ziel. "Ziel, Om tahu kau merasa dekat dengannya, tapi kita juga harus menghormati keinginan dia dan keluarganya jika mereka menemukannya."
“Tidak adil!” protes Ziel, suara kecilnya bergetar, menunjukkan kecerdasannya yang tajam dan emosinya yang tulus. “Dia perlu kita, dan kita juga perlu dia. Aku ingin dia tinggal! Kita bisa membantunya ingat semuanya.”
Zion menatap putranya dengan penuh kasih sayang, menyadari betapa kuatnya ikatan yang sudah terbentuk. “Kita akan coba yang terbaik, Nak. Mari kita bicarakan ini lagi setelah kita mendapatkan informasi lebih lanjut.”
Ziel menatap kedua orang tuanya, tetap berharap, seolah tidak ingin menyerah pada keinginan hatinya.
Elin, yang menyadari perasaan putranya, berkata dengan lembut dan tenang, “Ziel, Tante itu butuh waktu untuk pulih, Nak. Dan sebelum menemukan keluarganya, wanita yang mirip Tante Diana itu juga akan tinggal bersama kita. Kita semua bisa bersama-sama merawatnya dan membantunya kembali ingat.”
“Jadi aku masih bisa bertemu dia?” tanya Ziel, matanya berbinar penuh harapan.
“Iya, sayang,” Elin menjelaskan. “Kita akan membujuk wanita itu untuk tinggal bersama kita. Dia mungkin akan senang dan kita bisa membuatnya merasa lebih baik.”
Ziel mengangguk dengan semangat. “Kalau begitu, aku setuju! Aku ingin bermain dengan Tante itu dan membuatnya senang!”
Mendengar keputusan Ziel, Ello, Elin, dan Zion merasa lega. Senyuman merekah di wajah mereka, menghapus sedikit beban yang ada di hati mereka.
“Terima kasih, Ziel. Kamu sangat baik,” ucap Ello, memeluk keponakannya dengan hangat.
Ziel balas memeluk Ello. “Aku sayang semua orang di sini,” katanya, semangatnya tak surut.
Dengan hati yang lebih ringan, mereka melanjutkan hari mereka, merasa siap untuk menghadapi tantangan selanjutnya dan menjaga agar Ziel tetap bahagia.
Meskipun merasa lega bahwa Ziel bisa diberi pengertian bahwa wanita yang mereka temukan di pantai itu bukan Diana, Zion tetap tidak bisa menyingkirkan rasa penasaran yang menggelayuti pikirannya. Ia merasa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kemiripan fisik; latar belakang wanita itu masih menyimpan misteri yang belum terpecahkan. Keberadaan wanita itu, ditambah dengan fakta bahwa ia tak mengingat apapun, membuat Zion semakin ingin mencari tahu siapa sebenarnya wanita itu dan apa yang mengantarkannya ke kehidupan mereka.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued