Skuel Terra The Best Mother
Lanjutan kisah dari Terra kini berganti dengan. tiga adik yang ia angkat jadi anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAGNET BAYI
Tiga bayi dalam gendongan, Najwa. Gadis bertubuh tinggi 165cm dengan bobot 55kg. Arraya, Bariana dan Arion berusaha sekuat tenaga merobohkan gadis itu.
"Babies ... jangan ganggu Anty Najwa!" peringat Maria.
"Mommy, pialtan tami meulanahatan eh meunalahtan Anty Pajwa!" seru Bariana.
"Anty smackdown yaa!" ancam gadis itu.
Maka hanya sekali gerakan, ketiga bayi itu terpekik dan terbahak lalu berteriak-teriak.
"Anty culan!" teriak Bariana marah-marah.
"Biya ... bentan-bentan peusal pita bi matton!" seru Arraya juga marah.
"Hei ... sudah, yuk ikut ke atas ambil file!" ajak Najwa.
Ketiganya digandeng oleh gadis itu naik ke lantai atas di mana ruang kerja Khasya berada. Setelah file diambil. Mereka turun lagi.
"Anty pergi dulu ya," ketiga bayi itu sedih.
Semua kakak-kakaknya belum pulang sekolah. Mereka hanya bertiga, sedang Harun dan Azha belum datang.
"Yah ... pita eundat lada yan ajat bain," sahut Arion sedih.
Najwa juga sedih meninggalkan mereka. Ia pun menciumi.
"Besok libur, kita main yuk!" ajaknya.
"Peunul?" sahut ketiganya dengan mata berbinar.
"Iya kita main, sebelum berbuka puasa," sahut Najwa.
"Pita judha setalan buasa," sahut Arraya.
"Wah hebat ... ya sudah, anty pergi dulu. Sampai jumpa besok," pamit Najwa.
"Assalamualaikum!"
"Balaitun palam!" sahut ketiga bayi kompak dengan muka sedih.
Najwa pun kembali ke kantor dengan kuda besinya. Butuh waktu lima belas menit, gadis itu sampai di kantor.
"Kau sudah kembali?" tanya Khasya.
"Sudah, nyonya ..
maaf sedikit terlambat ada magnet di mansion nyonya," ujar gadis itu tersenyum kikuk.
Khasya tersenyum, ia sangat tahu siapa magnet yang dimaksud. Entah pikiran dari mana, Khasya menyandingkan Leon dengan Najwa.
"Kenapa dia lebih cocok dengan Leon ketimbang Lusy ya?" gumamnya dalam hati.
Khasya menggeleng pelan. Ia menghentikan lamunannya yang sedikit absurd. Tapi, Frans tak pernah menanyakan kabar gadis itu padanya ketimbang Leon yang selalu bertanya perihal Lusy.
Waktu pulang kerja tiba. Najwa menghadap atasannya untuk meminta ijin.
"Nyonya, apa besok saya boleh ke mansion?"
Khasya mengerutkan keningnya. Ia Sedikit heran untuk apa gadis itu ke kediamannya.
"Tentu saja, ada apa tapi?"
"Mau main sama perusuh," jawab gadis itu penuh harap.
Khasya terkekeh. Ia mengangguk. Najwa senang bukan main, terlihat dari binaran mata yang berkilat ceria. Khasya menatap Lusy. Semenjak awal, gadis itu pun tak berusaha mendekatkan diri dengan keluarganya. Bahkan setelah penolakan itu, membuat Lusy irit bicara.
"Saya pamit, nyonya ... assalamualaikum!" pamit keduanya.
Mereka sudah ada depan lobby. Suandi supir Khasya menunggu di depan ruko.
"Iya wa'alaikumussalam, hati-hati!" sahut Khasya.
*******************
Sore menjelang, para perusuh sudah menunggu dengan mode tak sabaran. Bariana sudah hilir mudik dengan kedua tangan berkacak di pinggang.
"Pana syih Anty Bajwa!" omelnya.
"Peupiasaan wowan pewasa, banya beulbanji pati pidat bi beutapi!" sungut Arraya memprovokasi.
"Memana peulnel talo Anty Pajwa daten teusyini?" tanya Sky memastikan.
"Piya ... wowan Anty beuldili yan nomon bawu daten!" jawab Arion yakin.
Para remaja menatap bayi-bayi itu.
"Memang siapa yang mo datang?" tanya Kean.
"Itu baby, asisten nenek mau datang," jawab Khasya.
"Ah, aunty Najwa mau datang?" tanya Kean antusias.
Khasya mengangguk. Tak lama motor besar pun datang. Semua anak-anak melompat riang terutama para bayi. Najwa membawa kabinet berukuran sedang yang ia ikat di belakang jok motornya.
"Anty Bajwa pawa pa'a?" tanya Arion.
"Heeummm ... wanina ...!" ujar Arraya mengendusi kabinet yang dibawa gadis itu.
"Assalamualaikum!" sahutnya memberi salam.
"Wa'alaikumussalam!" sahut semuanya menjawab salam.
"Najwa, ayo masuk!" ajak Terra.
"Ah, maaf ini ada sedikit makanan," ujar gadis itu menyerahkan kabinet.
"Kenapa repot-repot sayang!" sahut Khasya tak enak.
Para bayi gembul tentu sangat antusias jika mengenai makanan. Semua ribut ingin melihat isinya.
"Waah ... pastel!" seru Kean dengan mata berbinar.
"Bastel pa'a?" tanya Arraya dengan mata bulatnya.
"Ini pasti enak, cium baunya aja udah nyaris bikin kita batal," sahut Sean lagi.
Para bayi ingin mencoba makanan itu.
"Kan pada puasa," ingat Khasya yang langsung disambut keluhan para bayi yang kecewa.
"Hei katanya mau main?" ajak Najwa.
Semua bayi akhirnya teralihkan dari makanan mereka pun bermain bersama Najwa.
Suara riuh tawa anak-anak meramaikan mansion Herman. Tak lama Gisel datang bersama Budiman dan putrinya, mereka juga membawa Fery dan Mia.
Rumah sudah penuh, anak-anak sudah lelah bermain. Tak lama adzan Maghrib pun berkumandang. Semua anak langsung meminta minum.
"Alhamdulillah!" ujar Najwa ketika meneguk minuman.
"Bastelna enat anty!" seru Arion dengan mulut penuh.
"Eh ... kalo makan jangan apa?" peringat Najwa.
"Peulsuala!" seru semuanya.
"Pinter!" sahut Najwa dengan dua jempol.
Usia berbuka, semua menuju tempat wudhu. Kali ini Gio yang menjadi imamnya. Najwa berdiri satu shaf dengan Aini, Putri dan Lidya.
"Luruskan shaf!" titah Gio setelah Rasya mengumandangkan qomat.
Semua meluruskan barisan. Para bayi diapit para remaja. Tak ada kegaduhan semua tampak tenang.
"Allahuakbar!" Gio bertakbir.
Semua orang mengikuti, lantunan demi lantunan ayat terdengar. Mereka khusyuk dalam ibadah mereka.
Usai shalat, Najwa pamit pulang. Para bayi sangat sedih mendengarnya.
"Ma, Minggu ke sini lagi," pinta Gisel tiba-tiba.
Semua menoleh pada wanita itu. Gisel tersadar. Hanya Najwa yang tidak.
"Inshaallah ya, besok ke sini lagi," jawab Najwa lembut.
Gisel menghangat. Ia seperti memiliki ibu baru lagi. Padahal, ia baru bertemu Najwa hari ini.
Kepulangan gadis itu ke rumahnya membuat suasana mansion sedikit sepi. Para perusuh sepertinya kekenyangan. Pastel Najwa habis dalam sekejap.
"Uma, pesot pitinin bastel ladhi don?" pinta Sky.
"Loh kok Uma ... kan yang buat Anty Najwa!" sahut Saf.
"Bommy, pinta Anty bitin bastel ladhi don!" kini Bomesh yang meminta.
Gisel memandang Khasya. Wanita itu pun meminta nomor ponsel gadis yang tadi membuatnya nyaman itu.
"Iya, baby, nanti Bommy telepon Anty ya!" sahut Gisel menyanggupi.
Para balita pun bersorak riang. Hanya Demian dan Darren yang mencari makanan yang disebut para perusuh itu.
"Pastelnya mana?"
"Pabis!" seru para perusuh.
"Bayi gembul menghabiskan pastel?" semua mengangguk kompak.
"Kalian mesti dihukum!" seru Darren.
Mereka pun terpingkal. Para bayi berlarian karena dikejar oleh dua pria dewasa.
Malam telah larut. Khasya menatap Gisel yang baru saja menelepon Najwa untuk dibuatkan pastel lagi.
"Sayang," panggilnya.
"Bunda ...," sahut Gisel manja.
"Kau sepertinya menyukai Najwa?"
Gisel terdiam. Entah kenapa ia memang memiliki ketertarikan dengan gadis berusia lima tahun di atasnya itu.
"Gisel nyaman Bun," sahutnya.
"Jika Bunda tawarkan Najwa untuk pendamping ayahmu bagaimana?"
Wanita beranak empat itu diam. Ia masih ragu untuk menikahkan ayahnya dengan wanita manapun.
"Sayang, ayahmu juga butuh pendamping hidup," ujar Khasya.
"Gisel pikirkan nanti Bun," tukasnya lalu mereka pun berpelukan.
bersambung.
Ah ... apakah Najwa jodoh Leon?
selamat berbuka puasa Readers ❤️😍🌹
next?