Update rutin 1-5 Bab ... Selamat membaca.
Jangan lupa tinggalkan jejak di komentar...
Long Tian, seorang pendekar jenius yang lahir di Alam Dewa, membawa bakat dan kekuatan yang melampaui batas. Namun, kehebatannya justru menjadi kutukan. Dibenci dan ditakuti oleh para pendekar lainnya, ia dianggap ancaman yang tak bisa dibiarkan. Suatu hari, empat pendekar terkuat dari ranah yang sama bersatu untuk menghancurkannya. Dalam pertarungan epik, Long Tian harus menghadapi kekuatan gabungan yang mengancam nyawanya—apakah ia mampu bertahan, ataukah takdir Alam Dewa akan berubah selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Setelah menyelesaikan kultivasinya di bukit sepi, Long Tian memutuskan untuk kembali ke Kota Zhongdu. Dengan kecepatan sedang, dia melayang di udara menuju kota, pikirannya sibuk memikirkan langkah selanjutnya. Batu giok yang baru saja dia gunakan memberi sedikit manfaat, tapi jelas tidak cukup untuk memulihkan kekuatannya sepenuhnya.
Saat memasuki kota, suasana terlihat berbeda dari sebelumnya. Keramaian yang biasanya penuh dengan canda tawa dan obrolan ringan kini terasa tegang. Orang-orang berkumpul dalam kelompok kecil, berbisik-bisik dengan ekspresi khawatir dan waspada.
Long Tian memperhatikan situasi ini dengan penuh perhatian. Dia berjalan di sepanjang jalan utama, melewati beberapa kelompok orang yang terlihat serius berdiskusi. Meski dia tidak ingin terlibat, telinganya menangkap sepenggal pembicaraan yang membuat langkahnya terhenti.
“Orang itu benar-benar gila. Berani mencuri batu giok dari Sekte Bulan Sabit?” bisik seorang pria paruh baya dengan nada gemetar.
“Benar. Aku dengar dia bahkan menghajar beberapa murid inti dari tiga sekte besar di Lembah Kegelapan. Apa dia tidak takut mati?” sahut seorang wanita muda di sampingnya.
“Sekarang Sekte Bulan Sabit sedang mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mencarinya. Katanya, pria itu memiliki penampilan yang sangat mencolok—rambut panjang hitam kemerahan dan wajah tampan. Kalau mereka menemukannya, dia pasti tidak akan selamat!”
Long Tian berdiri diam sejenak, mendengarkan percakapan itu dengan tenang. Sebuah senyuman tipis muncul di wajahnya. “Sepertinya aku sudah menjadi pusat perhatian di sini,” gumamnya pelan.
Dia melanjutkan langkahnya, melewati beberapa pedagang dan pengunjung kota lainnya. Di setiap sudut, dia bisa mendengar rumor yang sama—tentang seorang pria misterius yang mencuri batu giok dari Sekte Bulan Sabit dan sekarang menjadi buruan.
“Pria itu benar-benar nekat,” kata seorang penjaga gerbang kota kepada temannya. “Sekte Bulan Sabit bahkan telah mengirim beberapa Tetua mereka untuk mencari pelakunya. Jika dia tertangkap, aku yakin dia tidak akan diberi kesempatan untuk hidup.”
Long Tian mendengarkan semua itu tanpa menunjukkan emosi apa pun di wajahnya. Dia tahu bahwa tindakannya di Lembah Kegelapan akan memancing perhatian, tapi dia tidak menyangka bahwa rumor akan menyebar secepat ini.
“Aku harus berhati-hati,” pikirnya. “Sekarang bukan saat yang tepat untuk menimbulkan masalah besar. Aku masih belum sepenuhnya pulih, dan mereka pasti akan memanfaatkan keadaan ini.”
Namun, di balik pikirannya yang tenang, ada rasa geli yang sulit disembunyikan. Sekte-sekte ini mungkin merasa kuat di Alam Bawah, tapi bagi seseorang sepertinya yang berasal dari Alam Dewa, mereka masih terlalu kecil untuk dianggap ancaman serius.
Dengan langkah tenang, Long Tian menuju ke sebuah kedai kecil di sudut jalan, memesan secangkir teh sambil mengamati keramaian di luar. Dia tahu bahwa dia harus memutuskan langkah berikutnya dengan cermat.
“Sekte Bulan Sabit… kalian ingin mencari aku? Baiklah, mari kita lihat seberapa jauh kalian bisa melangkah.” Wajahnya tetap tenang, tapi matanya memancarkan kilatan penuh keyakinan.
...
Pagi itu, sinar matahari baru saja menerobos masuk melalui celah jendela kamar penginapan Long Tian. Udara segar dan tenang menyelimuti kota Zhongdu, namun ketenangan itu segera hancur ketika suara langkah kaki keras menggema di sepanjang lorong penginapan.
BRAK!
Pintu kamar Long Tian didobrak dengan kasar, kayunya hancur berkeping-keping. Seorang pria muda dengan jubah Sekte Bulan Sabit berdiri di ambang pintu, wajahnya penuh arogansi. Dia memandang Long Tian yang masih duduk di tepi tempat tidur dengan mata tajam, seperti seorang pemburu yang menemukan mangsanya.
“Jadi, kau bersembunyi di sini, tikus kecil!” serunya dengan nada mengejek, suaranya memenuhi ruangan yang sempit.
Long Tian mengangkat kepalanya perlahan, matanya yang gelap menyala dengan kemarahan. Tidurnya baru saja terganggu, dan bagi seseorang seperti dia, itu adalah penghinaan yang tidak bisa diterima.
“Kau masuk ke kamarku… hanya untuk memanggilku tikus?” kata Long Tian dengan suara dingin, berdiri dari tempat tidur dengan gerakan yang begitu tenang namun memancarkan tekanan besar. “Sepertinya aku harus mengajarkanmu tata krama.”
Murid Sekte Bulan Sabit itu tersenyum sinis. “Mengajarkan tata krama? Jangan bercanda! Kami berlima adalah murid inti Sekte Bulan Sabit! Kau bahkan tidak layak…”
Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Long Tian telah bergerak. Dalam sekejap, dia melesat ke depan seperti bayangan, dan dengan satu pukulan lurus ke dada, dia melempar pria itu keluar dari kamar.
DUAR!
Tubuh pria itu menghantam dinding lorong penginapan, menciptakan retakan besar sebelum dia jatuh ke lantai, terbatuk darah.
Dari luar pintu, empat murid lainnya langsung masuk dengan wajah penuh kemarahan, masing-masing memancarkan Qi mereka. Aura mereka menunjukkan bahwa mereka berada di ranah Pemurnian Qi tingkat lima, tingkatan yang biasanya membuat orang-orang di Alam Bawah gentar.
“Kau berani melawan Sekte Bulan Sabit? Hari ini akan menjadi hari kematianmu!” teriak salah satu dari mereka, melancarkan serangan berbentuk bulan sabit yang melesat cepat ke arah Long Tian.
Long Tian menggerakkan tangannya, dengan mudah menangkis serangan itu. Energi bulan sabit itu pecah di udara, seperti kaca yang dihancurkan oleh tekanan besar.
“Kalian terlalu berisik,” ujar Long Tian dingin.
Dia melangkah maju dengan kecepatan tinggi, tiba di hadapan salah satu murid dan menendangnya dengan keras ke arah dinding.
DUAR!
Murid itu menghantam dinding seperti boneka kain, jatuh ke lantai tak sadarkan diri. Yang lainnya mencoba menyerangnya secara bersamaan, mengeluarkan teknik-teknik pamungkas mereka, tapi bagi Long Tian, semua itu seperti permainan anak kecil.
Dengan gerakan sederhana namun penuh presisi, dia memukul, menendang, dan melayangkan telapak tangannya ke arah mereka. Dalam beberapa detik, keempat murid itu terkapar di lantai, merintih kesakitan tanpa mampu berdiri.
Long Tian berdiri di tengah ruangan, memandang mereka dengan ekspresi dingin. “Inikah yang disebut murid inti? Lemah sekali,” katanya sambil menghela napas panjang, seolah-olah dia baru saja membuang waktu.
Salah satu murid yang masih sadar mencoba merangkak menjauh, tapi Long Tian melangkah maju dan menekan pundaknya dengan satu tangan.
“Berikan aku satu alasan untuk tidak menghancurkan kalian di sini,” kata Long Tian, matanya menyala dengan kilatan dingin.
“Kami… kami hanya menjalankan perintah!” pria itu teriak dengan suara gemetar. “Tolong… kami hanya disuruh menangkapmu! Batu giok itu… itu milik sekte kami!”
Long Tian tersenyum tipis. “Kau menyebut itu milik sektemu? Kau tahu betapa lemahnya kalian dibandingkan denganku, tapi tetap mencoba mengganggu tidurku. Sungguh tidak tahu diri.”
Dia menekan bahu pria itu lebih keras, membuatnya meringis kesakitan. “Sekarang, beri tahu aku… di mana lokasi sekte kalian?”
Pria itu memandangnya dengan wajah ketakutan. Melawan bukan lagi pilihan baginya, jadi dia akhirnya menyerah. “Sekte… Sekte Bulan Sabit… ada di Gunung Feng Yue, di sisi timur Kekaisaran Guang. Mohon ampuni kami!”
Long Tian melepaskan tekanan dari bahunya, membuat pria itu jatuh ke lantai sambil terengah-engah. Dia melangkah mundur, memandang kelima murid itu dengan tatapan menghina.
“Pergilah, dan beri tahu sektemu. Jika kalian menggangguku lagi, aku akan datang sendiri ke Gunung Feng Yue… dan aku tidak akan sebaik ini,” katanya dingin.
Kelima murid itu, meski dalam keadaan babak belur, segera bangkit dengan tergesa-gesa dan berlari keluar dari penginapan, meninggalkan Long Tian sendirian di kamar yang kini berantakan.
Dia menatap pintu yang hancur dan dinding yang retak dengan senyum tipis. “Gunung Feng Yue, ya?” gumamnya pelan. “Sepertinya waktuku di Alam Bawah akan menjadi lebih seru.”
🤭🤭🤭🤭