🏆Sekuel Pewaris Dewa Naga🏆
Tujuh tahun setelah perang besar, kedamaian di Benua Feng hanyalah ilusi. Dunia di luar perbatasan telah jatuh ke tangan iblis, dan seorang pria asing muncul membawa rahasia besar. Dunia jauh lebih luas dari yang mereka kira, dan apa yang tersembunyi di balik kabut sejarah mulai terungkap—termasuk rahasia tentang asal-usul Liang Fei sendiri.
Siapa sebenarnya orang tuanya? Apa kaitannya dengan Pemimpin Sekte Demonic? Dan bisakah Zhiyuan, murid yang terjatuh dalam kegelapan, masih bisa diselamatkan?
Dengan persekutuan lama yang diuji, musuh baru yang lebih kuat, dan petunjuk yang mengarah ke dunia yang terkubur dalam sejarah, Liang Fei harus meninggalkan takhta dan melangkah ke medan pertempuran yang lebih besar dari sebelumnya.
Dunia telah berubah.
Dan perang yang sesungguhnya baru saja dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14 Lautan Neraka Xuanhai: Kuburan Masal Bagi Siapapun Yang Menentangnya
Kilatan petir membelah langit, sekejap menerangi lautan yang bergelora dengan warna biru kehitaman, tampak seperti jurang tanpa dasar. Angin melolong, membawa aroma garam bercampur sesuatu yang lebih busuk—bau kematian yang merayap naik dari kedalaman.
Feng Xian terpaku, matanya tertuju pada lonceng di sisi kapal yang terus berdenting nyaring. Getaran halus menjalar di telapak kakinya, seakan Lautan Neraka Xuanhai sendiri sedang bernafas, menandakan sesuatu yang besar akan muncul.
Di sampingnya, Liang Fei mencabut Pedang Naga—bilah panjang berwarna merah keemasan yang berdenyut dengan hawa panas. Senjata itu terbuat dari sisik naga api, material yang mampu membakar apa pun yang disentuhnya. Cahaya merah dari bilahnya berkedip-kedip, beradu dengan kilatan petir di langit.
Laut bergolak semakin ganas. Dari kedalaman, suara gemuruh aneh terdengar—bukan suara ombak, bukan pula petir. Seperti deruan nafas dari makhluk yang telah lama tertidur, kini terbangun dengan kelaparan yang tak terpuaskan.
SPLASH!
Sesuatu melompat dari dalam laut—lintah raksasa dengan tubuh licin keunguan, panjangnya hampir lima meter. Mulutnya berbentuk lingkaran penuh gigi-gigi runcing yang berputar seperti bor.
Salah satunya melesat ke arah Liang Fei. Tanpa ragu, ia menjejak geladak dan meluncur ke samping—gerakannya cepat dan presisi. Begitu lintah itu melewati jalurnya, ia mengayunkan pedangnya dalam satu tebasan halus.
SWOOSH!
Lintah itu terbelah dua sebelum sempat menyadari kematiannya. Cairan hitam kental menyembur, menodai kayu kapal dan mengeluarkan bau busuk yang lebih menyengat.
“Jadi, ini yang membuatmu takut?” Liang Fei melirik Feng Xian sekilas.
Feng Xian belum sempat menjawab ketika tiga lintah raksasa lainnya melompat dari laut, masing-masing menargetkan bagian berbeda dari kapal. Salah satunya meluncur ke arahnya.
"A-ARGH!"
Makhluk itu melilit kakinya dan mulai menyeretnya ke tepi kapal. Feng Xian mencabut pedangnya dan menebas, tetapi bilahnya hanya memantul dari kulit makhluk itu yang licin seperti lendir.
"Yang Mulia!" serunya panik.
Liang Fei menghela napas kecil sebelum menghilang dari tempatnya berdiri. Dalam sekejap, ia sudah berada di sisi Feng Xian.
SWOOSH!
Lintah itu terputus dan jatuh ke geladak, menggeliat liar sebelum akhirnya mati.
Feng Xian merosot ke lantai, dadanya naik turun cepat. Tangannya mencengkeram pedang, tetapi tak bisa menghentikan gemetarnya.
"Aku... aku bukan petarung..." katanya dengan suara serak.
Liang Fei tidak langsung menjawab. Tatapannya mengarah ke laut yang semakin bergejolak, memperhatikan riak aneh yang muncul di permukaan air.
"Kalau begitu, kenapa kau ada di sini?" tanyanya akhirnya.
Feng Xian terdiam.
DIIING!
Lonceng kapal berdenting lagi—lebih nyaring, lebih cepat.
Laut mendidih. Pusaran raksasa terbentuk di kejauhan, menyeret segala yang ada di permukaan. Ombak naik setinggi gunung, memuntahkan sesuatu yang kolosal dari kedalaman.
SPLAAAAASH!
Makhluk itu berdiri setinggi tiang utama kapal, tubuhnya bersisik hitam legam dengan duri-duri tajam mencuat dari punggungnya. Ia memiliki tiga kepala besar, masing-masing bermata merah menyala dan rahang penuh gigi runcing yang meneteskan air liur kental.
Feng Xian tercekat. "Xuangu..."
Liang Fei meliriknya. "Xuangu?"
Feng Xian menelan rasa takutnya. "Monster legenda yang tidak bisa mati... Setiap kepalanya yang dipenggal akan tumbuh kembali."
Liang Fei mengangkat alis, lalu menatap monster itu dengan ketenangan yang tak wajar.
Xuangu menggeram rendah, suaranya seperti gemuruh guntur yang mengguncang seluruh lautan.
"Tidak ada yang benar-benar abadi di dunia ini," ujar Liang Fei pelan. Pedangnya bergetar, memancarkan cahaya merah keemasan yang lebih terang. "Selama kau tahu cara yang tepat untuk membunuhnya."
Xuangu meraung. Ketiga kepalanya bergerak serempak, menerjang kapal dengan keganasan buas.
BOOM!
Liang Fei melesat ke udara, menghindari rahang-rahang raksasa yang nyaris meremukkan geladak. Dengan lincah, ia menjejak salah satu kepala Xuangu sebelum meluncur lebih tinggi.
Xuangu mengayunkan ekornya yang panjang dan penuh duri. Liang Fei memiringkan tubuh, membiarkan serangan itu melewatinya, lalu menebaskan pedangnya.
SLASH!
Salah satu kepala Xuangu terpenggal! Darah hitam menyembur, bercampur dengan hujan deras.
Namun, seperti yang dikatakan Feng Xian, luka itu langsung beregenerasi. Dari leher yang terpenggal, dagingnya berkedut, lalu kepala baru tumbuh dalam hitungan detik.
Feng Xian mencengkeram kemudi lebih erat. "Sudah kubilang! Xuangu tidak bisa dibunuh dengan cara biasa!"
Liang Fei menjejak udara, melompat dari satu kepala ke kepala lainnya, menghindari semburan racun hitam yang keluar dari mulut monster itu.
Ia melirik luka kecil di lengannya, tempat beberapa tetes racun mengenai kulitnya. Panas menyengat terasa, tetapi hanya sebentar sebelum kulitnya mulai pulih.
Liang Fei mendecak kecil. "Hmph. Racun, ya?" Tatapannya berubah lebih tajam. "Kau mulai membuatku kesal."
Xuangu kembali menyerang. Kali ini, salah satu kepalanya berhasil menggigit bahunya dan menyeretnya ke dalam laut.
Feng Xian berlari ke pinggiran kapal. "Yang Mulia!"
Di kedalaman, Liang Fei membuka matanya. Tekanan air menghantam tubuhnya, tetapi ia tetap tenang. Napas Naga miliknya memungkinkannya bernapas bahkan di tengah gelapnya samudra.
Puing-puing kapal melayang di sekitarnya. Di antara reruntuhan, ada empat mayat manusia yang… berbeda. Tubuh mereka utuh, seolah tidak tersentuh oleh predator laut atau tekanan air.
Namun, sebelum ia sempat mendekati mayat-mayat itu—
SPLASH!
Xuangu melesat dari balik reruntuhan kapal, bergerak jauh lebih cepat di dalam air. Salah satu kepalanya menerjang dengan kekuatan brutal.
BOOM!
Arus deras meledak, mengguncang tubuh Liang Fei. Ia menangkis serangan itu dengan Pedang Naga miliknya, tetapi dorongan arus air dari monster itu tetap membuatnya terdorong ke belakang.
Alih-alih panik, Liang Fei justru menyeringai kecil.
"Kau pikir aku akan mati hanya karena tenggelam?"
Dengan perlahan, ia menegakkan tubuhnya di tengah arus liar.
"Kalau begitu, sesuai keinginanmu."
Tatapannya bersinar dengan cahaya keemasan.
"Aku akan melawanmu di sini."