Boleh dibaca selama puasa ya...
Orang bilang, berhubungan dengan pria atau wanita selain pasangan kita bisa membangkitkan lagi gairah seksual.
Dua tahun terasa hambar bagi hubungan Allasca dan Pingkan. Hingga, ide gila Pingkan membawa mereka ke sebuah villa dan melakukan pertukaran pasangan.
Open marriage, Allasca tak habis pikir dengan usulan ekstrem yang dicetuskan Istrinya. Meski menolak, Allasca dibuat tak berkutik setelah tahu jika partner pasangan terbukanya tidak lain dan tidak bukan adalah Viera; adik angkatnya.
ALLASCA RICK RAIN, pewaris tahta pertama Tuan Sky Rain. Menjadi CEO di usia muda bahkan terbilang sukses sedari masih belasan tahun usianya.
Perfect CEO, gelar yang disematkan padanya selama hampir satu dekade. Sayangnya, tak ada manusia yang sempurna, bukan?
Sebab di balik kesempurnaan yang dilihat orang-orang selama ini, ada cukup banyak permasalahan pelik yang tidak orang tahu.
Selain mengidap automysophobia, Allasca juga memiliki permasalahan less desire.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
APC 032
...Gaiss, barang kali nanti ada yg mendebat soal masa iddah... Yang Pasha sampaikan di cerita ini bukan soal agama ya... tapi, aturan kewarganegaraan... Dan ini penjelasannya......
...Untuk desa yang ditempati Neng sendiri, Pasha pernah ke sana sekali, dan desanya adem bgt... Maaf untuk yg tidak suka deskripsi kota. Jujur, Pasha tidak menyukai penyebutan kota XX dan inisial lainnya... Jadi inspirasi nama desa kelahiran tokoh dan lokasi, Pasha ambil dari kota yang pernah Pasha kunjungi supaya lebih mudah digambarkan suasananya......
...∆{/+--__--+}∆...
Di kejauhan sana, lengkung senja di atas Curug menyemburat anggun, melukis langit dengan goresan jingga yang memanggil kenangan silam bagi Allasca.
Masa di mana, untuk pertama kalinya Allasca bertemu dengan Viera. Gadis berkulit putih berusia empat tahun dengan gigi berlubang yang amat sangat menyebalkan.
Saat itu, Allasca masih enam tahun, dan yah, Viera mengotori sepatu putihnya dengan melompat-lompat di genangan air yang kemudian memercikkan kotoran padanya.
"Hey, kamu!!"
Allasca masih ingat bagaimana cara Tuhan mempertemukannya dengan Viera. Saat itu, Viera yang bahkan tak merasa bersalah, dia ikat di pohon demi tidak lagi membuatnya kotor dengan permainan lompatannya.
"Dasar anak kota!!"
Allasca terkekeh menatap pangkal dari batang pohon manglid yang sekarang sudah ditebang dan dijadikan tempat duduk untuk bersantai di taman villa. Tempat ini sudah dijadikan villa mewah keluarga Rain.
Tak ada lagi becek dan genangan air. Allasca hanya mendapatkan kemewahan asri di sepanjang ia menatap sekitaran villa miliknya.
Dulu, villa ini masih rumah dengan desain panggung khas Jawa Barat. Ada gelontoran air di sisi-sisi teras rumah sederhana tersebut, dan itu terdengar berisik baginya.
Ah, Allasca tak pernah mengira jika hari ini, dirinya justru merindukan suasana itu. Rasa damai dan aroma khasnya bahkan masih bisa dia rasakan hingga kini.
Terngiang di otaknya ketika kedua kalinya Allasca menemui Viera. Tepatnya saat Mommy Lala berpisah rumah dengan Daddy Sky dan harus ia susul hingga ke tempat ini.
Berharap bertemu dengan ibunya, Allasca justru mendapati anak kecil perempuan tengah makan di meja bundar.
"Hey! Kau pencuri?!" Allasca mencekal lengan Viera, dan anak kecil itu sontak berteriak.
"Syakit!!"
"Allasca," Allasca beralih menatap ibunya, Mommy Lala masih belum mengenakan hijab kala itu. "Mommy..."
Lala memeluknya, baru setelah itu mendatangi gadis mungil yang meringis memegangi lengan. "Masih sakit, Viera?"
"Nggak kok, Mom."
Pertama kalinya Allasca mengetahui nama gadis mungil itu. "Ngapain dia panggil Mom juga?! Nggak punya orang tua sendiri, ya?!"
"Ssstt!" Lala menegur karena pada akhirnya Viera berlari keluar dari Rumah, berjongkok memeluk lutut di depan pot bunga.
Lala lalu mengusap kepala Allasca, berusaha memberi paham. "Lasca nggak boleh begitu, nggak boleh kasar sama Viera."
"Why?" Saat itu, Allasca bahkan tak paham kenapa ada gadis kecil di sini.
"Ayah ibu Viera baru saja meninggal karena kecelakaan di kota. Viera yatim piatu. Makanya, sekarang Mommy bawa Viera ke sini buat jadi temen Mommy."
"Oh."
Allasca baru tahu alasan Viera pergi berlari setelah dia menyinggung tidak memiliki orang tua sendiri. Pasti karena, patah hati.
Ayah ibunya sudah tidak bisa ditemui lagi, gadis itu pasti tersinggung. Kala itu, Allasca meraih sesuatu yang tergeletak di atas meja lantas keluar mendekati Viera.
Sempat juga Allasca pergi ke mobil, lalu kembali mendekati Viera. Dan, gadis itu masih setia menekuk lutut dan betisnya.
"Ini pasti punya kamu, ya?" Allasca menyodorkan bando berwarna putih. Gadis itu lekas merebutnya dengan jutek.
"Ini buat mu!"
Allasca juga memberi coklat yang dia bawa dari Jakarta. Memang, di dalam mobilnya banyak sekali makanan ringan.
Viera hanya melirik, antara ingin menerima tapi masih sakit hati. "Coklat ini dari Belgia langsung, Daddy ku yang belikan."
Viera hanya anak-anak. Dia mau terima coklat yang bahkan bentuk dan bungkusannya baru pertama kali itu dia lihat.
"Kayaknya enak," polosnya.
"Itu tanda permintaan maaf ku. Maaf, Lasca tidak tahu kamu sudah tidak punya ibu dan ayah lagi."
Viera suka dengan Allasca, meski di pertemuan kemarin dia diikat di pohon, tapi kali Ini Allasca cukup baik padanya.
"Hihi, aku maafin. Ya udah bikin salah lagi deh, biar nanti bisa kasih coklat lagi."
"Nggak lucu, Cengeng!"
Namun, Allasca melempar satu batang lagi coklat di tangannya, bahkan memberikan mainan yang dia ambil dari mobil.
"Huhu, terima kasih, anak kota!"
"Gigi mu ke mana?"
Viera tertawa, dia memang baru saja kehilangan giginya. "Udah lepas satu pas Neng kecelakaan sama Mama Bapa."
Ah, Tuhan. Masih begitu impresif kenangan masa lalu itu. Sekarang, Allasca kembali ke sini bukan untuk ibunya melainkan Viera.
"Aa..." Senyum kecil Allasca lempar untuk Mang Adi, penjaga setia villa ini. "Kapan datang, kenapa tidak bilang-bilang dulu?"
"Mau bilang mau tidak," sela Arya, putra sulung Mang Adi juga menjaga villa, "ini teh kan villa punya Aa Lasca dan keluarganya. Ya, terserah Aa mau datang kapan atuh, Pa!"
"Maksudnya, tempatnya belum disterilkan, Bapak belum siap. Kan tidak tahu!" Dua orang itu justru ribut adu mulut.
Allasca terkekeh, "tidak perlu, selagi sudah dibersihkan, tidak masalah."
Mang Adi melongo, bahkan hingga Allasca melewatinya dan memasuki villa tanpa ada tatapan ketus seperti yang sudah-sudah.
"Itu beneran anak boss Sky kan?" Adi menanyai putra sulungnya. Dan, Arya tampak mengernyit dahinya tipis, sedikit bingung.
"Iya, mukanya masih sama."
"Kok ramah begitu?" Sungguh, Adi tak pernah berekspektasi jika putra boss Sky akan bisa bicara dengan nada yang lembut.
"Mungkin kemasukan setan Curug, jadinya adem begitu pembawaannya."
Adi menggeleng ringan. "Eleuh eleuh... Kalau begitu panggil Pak Ustadz buat usir setan Curug nya atuh."
"Pak." Keduanya terkaget bersamaan saat Allasca kemudian memanggil. "Iya saya, A!"
"Neng Viera ke mana?" Allasca kembali keluar setelah beberapa saat memastikan tak ada siapa pun di dalam villa.
"Lagi ke kebun. Biasanya, si Eneng suka ikut ikutan metik teh di kebun sebelah."
"Antar saya ke sana."
"Serius, Aa mau ke sana?!" Terkejut, Adi langsung berlari mendekat. "Aduh, lebih baik jangan A, mending nikmati hari Aa di sekitar villa ini saja."
"Kenapa?" Allasca rasa, semua orang di sini sama cerewetnya seperti Viera.
"Takut alergi Aa kambuh."
"Saya nggak apa-apa."
Kalau hanya menangani alergi, Allasca membawa obat, yang jelas Allasca sudah tidak memiliki ketakutan akan hal-hal kotor, dan dia sudah merasa lebih baik setelah automysophobia-nya berhasil ditaklukan.
"Di mana kebunnya? Antar saya." Allasca kekeuh melangkah, di mana Arya lantas mengiringi laki-laki tinggi itu.
"Di kebun sebelah, A. Mungkin masih sama Aa Nick. Tadi siang juga mereka makan siang di kebun sama-sama."
"Makan siang di kebun?"
Allasca melirik Arya dengan tatapan ketus seperti biasanya. Dan Arya merasa mode kerasukan setan Curug lebih baik dibandingkan dengan mode asli Allasca.
"Sama-sama?" ulang Allasca lagi.
"I-iya..." Arya gugup. Sementara di belakang sana, Adi menyahut ringan. "Atuh Aa Nick sama Neng Viera teh meuni cocok pisan, jadi ikut baper lihatnya." (Mereka sangat cocok jadi terbawa perasaan melihatnya.)
jd penassran bayi nya pingkan anak siapa ya ? milik allasca apa milik hudson?