NovelToon NovelToon
Bukan Sistem Biasa

Bukan Sistem Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Kultivasi Modern / Dikelilingi wanita cantik / Bercocok tanam / Sistem
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sarif Hidayat

Beberapa bulan setelah ditinggalkan kedua orang tuanya, Rama harus menopang hidup di atas gubuk reot warisan, sambil terus dihantui utang yang ditinggalkan. Ia seorang yatim piatu yang bekerja keras, tetapi itu tidak berarti apa-apa bagi dunia yang kejam.
​Puncaknya datang saat Kohar, rentenir paling bengis di kampung, menagih utang dengan bunga mencekik. Dalam satu malam yang brutal, Rama kehilangan segalanya: rumahnya dibakar, tanah peninggalan orang tuanya direbut, dan pengkhianatan dingin Pamannya sendiri menjadi pukulan terakhir.
​Rama bukan hanya dipukuli hingga berdarah. Ia dihancurkan hingga ke titik terendah. Kehampaan dan dendam membakar jiwanya. Ia memutuskan untuk menyerah pada hidup.
​Namun, tepat di ambang keputusasaan, sebuah suara asing muncul di kepalanya.
​[PEMBERITAHUAN BUKAN SISTEM BIASA AKTIF UNTUK MEMBERIKAN BANTUAN KEPADA TUAN YANG SEDANG PUTUS ASA!
APAKAH ANDA INGIN MENERIMANYA? YA, ATAU TIDAK.
​Suara mekanis itu menawarkan kesepakatan mutlak: kekuatan, uang,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarif Hidayat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 Sepuluh hari telah berlalu

Di Rumah Pak Suhardi

​"Buk, Kak Rama belum kembali?" Bela baru saja pulang sekolah. Ia menaruh tas di meja, menyandarkan punggungnya pada kursi kayu, dan pandangannya langsung menyapu pintu kamar Rama.

​"Kamu ini, baru pulang kok Rama terus yang ditanya. Bapakmu yang setiap hari ke sawah saja tidak pernah kamu tanyakan kapan pulangnya," Ucap Bu Maya, yang sibuk mengepel lantai.

​"Ah, Ibu. Bapak, kan, memang pasti pulang. Tapi kalau Kak Rama... bagaimana kalau dia tidak kembali lagi?" Ekspresi cemas Bela membuat Bu Maya tersenyum samar sambil menoleh pada anak gadisnya itu.

​"Kamu ini, seperti seorang istri yang mengkhawatirkan suaminya saja," goda Bu Maya, memandangi putrinya.

​"Apa sih, Bu! Aku tidak mengkhawatirkan Kak Rama. Aku... aku hanya bingung saja kenapa dia belum kembali. Bukankah dia bilang hanya pergi sepuluh hari?" Bela cemberut. Itu sudah cukup membuat Bu Maya tersenyum tipis.

​"Ibu tu lho, tidak melarangmu kalau memang kamu suka sama Rama..."

​"Ibuuu!" Kesal, Bela langsung mengambil tasnya di atas meja dan bergegas masuk ke kamar dengan pipi memerah.

​"Bela? Lho, memangnya Ibu salah? Kamu kelihatan banget lho mengkhawatirkan Rama," ujar Bu Maya, yang tampaknya belum puas menggoda. Namun, Bela langsung menutup pintu kamarnya tanpa menimpali lagi.

​"Anak itu," Bu Maya menggelengkan kepalanya lalu kembali pada kegiatannya.

​-;;;;;;;;;

Hari sudah mulai gelap

​Setelah sepuluh hari berlalu, Rama akhirnya kembali. Ia berdiri di depan sebuah lahan, yang dulunya adalah rumahnya, kini hanya menyisakan puing-puing bangunan bercampur tanah.

​Rama menghela napas panjang melihat kondisi rumah masa lalunya. Kenangan bersama kedua orang tuanya memenuhi benaknya, kini hanya tersisa debu.

​Dari sana, Rama menuju pemakaman desa. Ia terduduk di atas makam kedua orang tuanya dan menangis tersedu-sedu. "Ayah, Ibu... maafkan Rama. Rama harus pergi dari desa ini. Rumah peninggalan Kakek sudah tidak ada lagi. Rama harus pergi ke kota untuk memulai hidup baru di sana. Maaf jika selama ini Rama belum bisa membahagiakan kalian."

​Selesai berdoa, Rama berdiri. Ia meninggalkan pemakaman itu, kembali menuju rumah Pak Suhardi.

​Malam itu

​Setelah makan malam, Pak Suhardi, Bu Maya, dan Bela berkumpul di ruang tamu. Bela fokus pada layar ponsel Android-nya, sementara Pak Suhardi sibuk dengan kebiasaannya: membaca koran.

​"Lihatlah bapakmu, Bela. Entah sudah berapa kali koran itu dibaca berulang-ulang, seperti tidak ada koran baru saja," sindir Bu Maya, membuat Bela sedikit menoleh ke arah Pak Suhardi.

​"Iya, Bapak aneh banget. Padahal kalau memang suka membaca, Bela bisa belikan koran baru. Kebetulan di dekat sekolah ada yang jual berita terbaru," sahut Bela.

​Pak Suhardi menurunkan koran dari pandangannya, menoleh pada istri dan anaknya itu bergantian. "Siapa yang bilang Bapak mencari berita baru? Bapak cuma mencari cara menanam padi agar tidak gagal panen."

​Bu Maya dan Bela seketika saling pandang sekilas, menahan tawa. "Humph... Pantas saja korannya itu-itu saja," dengus Bela, kembali memandangi layar ponselnya.

​"Lho, mending Bapak baca koran sambil belajar. Daripada kamu? Bilangnya sama Bapak beli ponsel untuk belajar, tapi yang Bapak lihat kamu malah menggunakannya sekadar untuk hiburan," ujar Pak Suhardi.

​"Aku... aku menggunakannya untuk belajar, kok," jawab Bela cepat.

​"Belajar apa? Belajar menonton video?" ucap Pak Suhardi. Ketika Bela hendak membalas, Bu Maya menimpali, "Bela, kamu kunci pintu luar, Nak. Sudah malam, kamu juga harus tidur untuk sekolah besok."

​"Baru juga pukul 22.00, lagipula besok kan libur, Bu. Sebentar lagi, ya, Bela sedang—" ucap Bela terpotong.

​"Kunci dulu pintunya, Bela," desak Bu Maya, meskipun nadanya lembut, tetapi tidak dapat dibantah.

​"Iya-iya, Ibu yang cantik," Bela beranjak dari duduknya dengan malas.

​"Gadis itu..." lirih Bu Maya.

​"Dia sudah semakin besar. Kita sudah tak bisa lagi mengaturnya sesuai kemauan kita. Dia sudah punya pendiriannya sendiri," ucap Pak Suhardi.

​Di luar pintu, Bela terkejut. Tepat ketika ia hendak mengunci, seseorang mengetuk. Tentu saja Bela langsung membukanya.

​"K-Kak Rama..."

​Rama tersenyum pada gadis itu. "Kamu belum tidur?" sapanya.

​"Kak, kenapa malam-malam begini baru kembali? Aku baru saja mau mengunci pintu." Bela menatap Rama dengan seksama, seolah mencari tahu apakah pemuda itu baik-baik saja atau terluka.

​"Maaf. Tadi aku mengunjungi makam Ayah dan Ibuku dulu, jadi pulangnya agak telat," jawab Rama.

​"Bela, kamu bicara dengan siapa, Nak? Cepat kunci pintunya!" Suara Bu Maya terdengar dari ruang tamu.

​"I-Iya, Bu, sebentar!" sahut Bela. Ia lalu berbisik pada Rama, "Kak, ayo masuk. Bapak sama Ibu masih di ruang tamu."

​Di Ruang Tamu

​Pak Suhardi baru saja hendak bangkit dari duduknya, ketika suara Bela membuatnya menoleh. "Kak Rama pulang!"

​"Lho, Rama... kok pulangnya malam, Nak?" Bu Maya segera memperhatikan pemuda itu dari atas sampai bawah, lega karena Rama terlihat baik-baik saja.

​"Itu, Bu. Katanya Kak Rama tadi sempat pergi ke pemakaman, jadi dia kemalaman," jawab Bela.

​"Kamu baik-baik saja, Ram? Terus, bagaimana dengan urusanmu? Apa semuanya sudah beres?" Pak Suhardi ikut bertanya.

​"Sudah, Pak," jawab Rama.

​"Ya sudah kalau begitu. Kamu pasti belum makan, kan? Sana pergi makan dulu sebelum beristirahat. Ibu sama Bapak mau ke kamar duluan," kata Bu Maya penuh kehangatan.

​"Iya, Bu," jawab Rama sembari mengangguk pelan.

​Setelah memastikan Rama baik-baik saja, Bu Maya dan Pak Suhardi tidak bertanya lagi dan langsung memasuki kamar. Bela kembali memandangi Rama. "Kak... jadi kapan kak Rama pergi ke kota?"

​Rama mengusap kepala gadis itu pelan. "Mungkin dua hari lagi," jawabnya.

​"Kak—" Bela hendak mengatakan sesuatu, tapi Rama kembali berkata, "Tidurlah. Besok aku akan mengajakmu ke pasar."

​Bela langsung mendongak menatap wajah Rama. "Ke-ke pasar...?"

​"Ya, bukankah aku sudah berjanji setelah aku kembali akan mengajakmu ke pasar?" ucap Rama. Bela menatapnya dengan bola mata bulat, mencari tahu keseriusannya.

​Melihat tak ada ketidakseriusan di wajah Rama, Bela hanya bisa mengangguk pelan.

"O-oke, kalau begitu Bela tinggal ya, Kak. Selamat beristirahat."

​Rama mengangguk. "Selamat beristirahat."

Setelah Bela masuk ke kamar, Rama menghela napas berat, bergumam dalam hati, "Gadis itu... sepertinya merasa berat aku tinggalkan." Sejak resmi menjadi seorang kultivator, ia lebih sensitif terhadap hal di sekitarnya, termasuk adanya ketidaknyamanan di hati seseorang yang sedang berdekatan dengannya,

1
Andira Rahmawati
cerita yg menarik...👍👍👍
Cihuk Abatasa (Santrigabut)
Nice Thor
Santoso
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
shookiebu👽
Keren abis! 😎
Odalis Pérez
Gokil banget thor, bikin ngakak sampe pagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!