Lima tahun lalu, Liliane Lakovelli kehilangan segalanya ketika Kian Marchetti—pria yang dicintainya—menembak mati ayahnya. Dikhianati, ia melarikan diri ke Jepang, mengganti identitas, dan diam-diam membesarkan putra mereka, Kin.
Kini, takdir mempertemukan mereka kembali. Kian tak menyadari bahwa wanita di balik restoran Italia yang menarik perhatiannya adalah Liliane. Namun, pertemuan mereka bukan hanya tentang cinta yang tersisa, tetapi juga dendam dan rahasia kelam yang belum terungkap.
Saat kebenaran terkuak, masa lalu menuntut balas. Di antara cinta dan bahaya, Kian dan Liliane harus memilih: saling menghancurkan atau bertahan bersama dalam permainan yang bisa membinasakan mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caesarikai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pilihan
Kian meninggalkan rumah sakit setelah Adam menghubunginya dan mengatakan bahwa ada hal serius yang terjadi di Italia. Sebenarnya Kian harus segera pergi ke sana, karena markas klan II Fero yang berada di Sisilia mendapat serangan dari sekelompok mafia Amerika.
Hidup dalam dunia gelap memang selalu penuh dengan tantangan. Mereka tidak bisa beristirahat total barang sehari saja. Kian sendiri tidak bisa lengah, banyak tanggungjawab yang dia emban pada pundaknya. Otaknya dipaksa bekerja lebih keras dalam melebarkan sayap bisnis legalnya dan tetap menjalankan tugas sebagai Don pada klan II Fero. Beberapa kali tentu saja ada serangan dari musuh-musuh Kian. Entah itu bentrok karena perebutan wilayah, persaingan dalam bisnis ilegal, pengkhianatan dan segala macam hal lainnya.
Saat ini Kian sudah berada di bandara internasional Haneda. Dia sedang menunggu jet pribadi yang akan membawanya kembali ke Italia. Dia berjanji akan kembali secepatnya setelah masalah ini berakhir, karena para anak buahnya di sana sedang membutuhkannya. Klan II Fero memiliki banyak markas rahasia yang tersebar di Italia. Di Jepang sendiri klan II Fero juga memilikinya, oleh karena itu selalu ada yang melindungi Kian kemanapun ia pergi, kecuali pada serangan dini hari kala itu yang membuatnya ditolong oleh Takeshi.
"Ya, akan kusampaikan pada Signore Marchetti."
"Tidak perlu. Kami akan menghubungimu lagi nanti."
"Baiklah, secepatnya. Terimakasih."
Ashley mendatangi Kian setelah selesai menerima telepon.
Sejak tadi Kian sedang bersama dengan Adam, membicarakan rencana dalam mengevakuasi korban dalam penyerangan tersebut dan berniat akan melakukan serangan balasan. Ia tak boleh kalah begitu saja.
Gawai Adam berbunyi di tengah-tengah perbincangan mereka. Salah satu anak buah Kian yang ada di Sisilia menghubunginya untuk melaporkan kondisi di sana. Saat itu, Ashley mencoba mengambil atensi Kian dengan berhati-hati, takut tuannya itu akan mengamuk karena pikirannya bercabang.
"Signore ..." panggil Ashley dengan pelan.
Kian menoleh, matanya memicing tajam pada Ashley. Benar tebakannya, Kian sedang tidak ingin diganggu. Namun, ia harus menyampaikan informasi ini untuk keberlangsungan hidup Kian selanjutnya.
"Maaf jika aku mengganggumu dan Adam. Namun, aku harus menyampaikan informasi yang diberikan Goku. Dia menghubungiku dan mengatakan bahwa tuan muda Kin tidak ingin makan jika tidak disuapi oleh Signore. Saat ini kondisinya melemah karena demam tinggi dan terkadang mengigau memanggil nama Signore." Dengan cepat Ashley berterus terang agar tidak mendapat caci maki dari Kian.
Dapat dilihat Kian yang terdiam. Pikirannya berkelana, memecah segala fokus yang telah dia pusatkan pada klan II Fero di Sisilia.
Kian belum membuat keputusan, hingga Adam kembali dan melaporkan situasi di Sisilia. "Untuk sementara kondisi sudah aman, Signore. Hampir seluruh anak buah mafia Amerika itu telah terbunuh, hanya tersisa tiga yang dijadikan tawanan sementara agar Signore bisa melihatnya." Jelas Adam.
Kian menatap tajam sorot mata Adam yang juga sedang menatapnya. Kemudian dia memegang kedua pundak Adam. "Ada hal yang harus aku lakukan di sini untuk sementara, Adam. Sepertinya aku tidak bisa kembali ke Italia. Aku serahkan semuanya padamu untuk sementara dan kembalilah ke Sisilia sendirian." Ucap Kian dengan tegas. Perkataannya tak terbantahkan, oleh karena itu Adam hanya bisa mengangguk dan segera memasuki jet pribadi Kian.
Lalu, Kian dan Ashley pun segera pergi dari bandara Haneda untuk menemui Kin yang masih berada di rumah sakit.
...****************...
Ryuu datang lebih dulu dibanding Kian. Dia membawakan masakannya yang menjadi favorit Kin.
"Halo, Kin! Ayah Ryuu membawakan pasta favoritmu. Maukah kau memakannya?" tanya Ryuu seraya mendatangi Kin. Dia mengelus rambut Kin yang terasa panas di telapak tangannya.
Tatapan mata Kin terlihat lemah. Suhu badannya sudah mencapai 40°C. Dokter juga sudah memberikan obat pereda demam, agar suhu badan Kin bisa menurun. Namun, semua itu juga sia-sia apabila tak ada makanan yang masuk ke dalam perut Kin.
"Mau makan dengan Ayah Ryuu?" tanya Ryuu lagi dan disambut gelengan kepala oleh Kin.
Melihat itu, Liliane hanya bisa mengigit bibir bawahnya karena merasa cemas. Kedua tangannya saling bertautan di depan dada. Tatapan matanya kian sayu.
Goku datang dari luar kamar dan berbisik pada Takeshi. Hal itu tak luput dari pandangan Liliane yang sejak tadi menantikan kabar dan kedatangan Kian. Ya, setidaknya hanya itu yang dapat menyelamatkan Kin dari aksi mogok makannya.
Setelah Goku pergi, Takeshi terlihat menghela napasnya. Liliane mendekat pada kakeknya untuk menanyakan soal Kian.
"Bagaimana dengan Kian, Jiisan? Apakah sudah bisa dihubungi?" tanya Liliane dengan harap-harap cemas.
Takeshi menggeleng. "Bisa, Goku memang berhasil menghubungi sekretarisnya, namun Kian sudah berada di Haneda untuk kembali ke Italia."
Mendengar itu, darah Liliane terasa mendidih. "Mengapa bisa begitu? Katanya dia akan menjadi ayah untuk Kin, tapi saat kondisi Kin seperti ini saja dia sudah menyerah." Gerutu Liliane yang merasa sebal dengan sikap Kian yang seenaknya.
Takeshi mengelus punggung Liliane agar cucunya itu dapat bersabar. "Markasnya diserang dini hari tadi, Yuri. Banyak anak buahnya yang menjadi korban. Sebagai Don dalam klan-nya, mau tidak mau Kian harus segera pergi ke sana. Banyak nyawa yang berlindung di bawahnya."
Liliane terdiam. Benar yang dikatakan oleh Takeshi. Dan itu juga berarti keselamatan Kian sendiri sudah terancam sejak awal keberangkatannya. Apakah kali ini Kian akan memenangkan pertarungannya dengan musuhnya lagi?
Rasa cemas semakin merasuki hatinya. Kali ini entah mengapa ia juga mencemaskan keadaan Kian. Tapi ... Kin juga membutuhkan Kian.
Tanpa sadar, Liliane kembali mengigit bibir bawahnya sampai-sampai mengeluarkan darah karena terlalu dalam. Ia terlalu mencemaskan semuanya.
Dan tiba-tiba pintu kamar dibuka lebar. Terlihat Kian yang datang bersama dengan Ashley membuat semua orang di sana terkejut, termasuk Takeshi dan Liliane yang sudah tidak berharap Kian akan datang.
"Hai, Piccolo ..."[]
...****************...
klo Golda ayah O dan ibu O, maka anaknya pasti O
seruny......
nyesel klo g baca karya ini