NovelToon NovelToon
Dia Datang Dari Langit

Dia Datang Dari Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Duniahiburan / Romansa Fantasi / Beda Usia / Cinta Beda Dunia / Identitas Tersembunyi
Popularitas:387
Nilai: 5
Nama Author: MZI

Sinopsis "Alien Dari Langit"

Zack adalah makhluk luar angkasa yang telah hidup selama ratusan tahun. Ia telah berkali-kali mengganti identitasnya untuk beradaptasi dengan dunia manusia. Kini, ia menjalani kehidupan sebagai seorang dokter muda berbakat berusia 28 tahun di sebuah rumah sakit ternama.

Namun, kehidupannya yang tenang berubah ketika ia bertemu dengan seorang pasien—seorang gadis kelas 3 SMA yang ceria dan penuh rasa ingin tahu. Gadis itu, yang awalnya hanya pasien biasa, mulai tertarik pada Zack. Dengan caranya sendiri, ia berusaha mendekati dokter misterius itu, tanpa mengetahui rahasia besar yang tersembunyi di balik sosok pria tampan tersebut.

Sementara itu, Zack mulai merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya—ketertarikan yang berbeda terhadap manusia. Di antara batas identitasnya sebagai makhluk luar angkasa dan kehidupan fana di bumi, Zack dihadapkan pada pilihan sulit: tetap menjalani perannya sebagai manusia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25: Zack yang Gelisah

Hari ini, suasana kelas terasa berbeda. Ada sesuatu yang… kurang.

Zack menyadari itu sejak ia memasuki ruangan. Biasanya, begitu ia duduk, ada suara ceria yang selalu mengganggu ketenangannya. Biasanya, ada seseorang yang sibuk mencari cara untuk mengganggunya dengan berbagai ide aneh. Biasanya, ada seseorang yang tidak bisa diam dan selalu membuat keributan kecil.

Namun, hari ini… tidak ada Elly.

Zack duduk di kursinya dan melirik bangku di sampingnya yang kosong.

Diam.

Ia mencoba mengabaikannya, tapi setelah beberapa menit, tanpa sadar, ia terus melirik kursi kosong itu.

“Kau mencari seseorang?”

Zack menoleh dan melihat Rina, sahabat Elly, sedang menatapnya dengan senyum geli.

“Tidak,” jawab Zack singkat, kembali membuka bukunya.

Rina menyipitkan mata. “Ohh? Benarkah? Tapi sejak tadi, aku melihatmu terus melirik ke samping.”

Zack tetap diam.

Rina menyilangkan tangan. “Elly tidak masuk hari ini.”

Zack mengangkat alis, pura-pura tidak peduli. “Kenapa?”

Rina menghela napas. “Dia sakit. Sepertinya demam sejak semalam.”

Zack berhenti membaca. Matanya menatap kosong halaman bukunya.

Sakit?

Kenapa dia bisa sakit? Bukankah kemarin dia baik-baik saja?

Tiba-tiba, sesuatu di dalam dirinya terasa aneh.

Biasanya, ia tidak pernah memikirkan hal seperti ini. Kalau ada teman sekelasnya yang tidak hadir, itu bukan urusannya. Tapi kali ini…

Kenapa ia merasa tidak nyaman?

---

Sepanjang hari, Zack merasa ada yang mengganggu pikirannya. Ia tidak bisa fokus membaca, tidak bisa menikmati waktu istirahat, dan bahkan tidak memperhatikan pelajaran dengan baik.

Ketika bel pulang berbunyi, ia segera berdiri.

Ia harus mencari tahu.

“Elly tinggal di mana?” tanyanya tiba-tiba.

Rina, yang baru saja ingin memasukkan bukunya ke tas, menatap Zack dengan mata membesar. “Eh?”

“Rumahnya,” ulang Zack. “Kau tahu di mana?”

Rina berkedip beberapa kali, lalu menyeringai. “Ohhh… Zack, sejak kapan kau jadi perhatian seperti ini?”

Zack menghela napas, menatapnya dengan ekspresi datar. “Aku hanya ingin tahu.”

Rina tidak langsung menjawab. Ia malah memasang ekspresi berpikir, seakan menikmati momen ini.

“Hm~ Aku tidak yakin apakah aku harus memberitahumu atau tidak,” katanya dengan nada menggoda.

Zack menatapnya tajam. “Rina.”

Rina terkikik. “Baik, baik! Aku akan memberitahumu. Tapi hanya karena aku ingin melihat bagaimana ekspresimu kalau kau bertemu Elly yang sedang sakit.”

Zack tidak menanggapi ucapannya dan hanya menunggu alamatnya.

Rina menuliskan sesuatu di secarik kertas dan menyerahkannya pada Zack. “Ini alamatnya. Tapi jangan lupa beli sesuatu untuknya di jalan, ya?”

Zack mengambil kertas itu dan berjalan pergi tanpa menjawab.

Namun, saat Rina melihat punggungnya, senyumnya semakin lebar.

---

Kunjungan Tak Terduga

Zack berdiri di depan rumah kecil yang disebut Rina sebagai tempat tinggal Elly.

Rumahnya sederhana, tidak besar, tetapi terlihat nyaman. Ia menatap pintu rumah itu selama beberapa detik, ragu apakah ia harus mengetuk atau tidak.

Kenapa ia ada di sini?

Kenapa ia repot-repot datang?

Bukankah ia hanya ingin tahu?

Namun, tanpa sadar, tangannya sudah mengetuk pintu.

Beberapa detik kemudian, terdengar suara langkah kaki yang pelan, diikuti dengan suara serak yang familiar.

“…Siapa?”

Pintu terbuka sedikit, dan kepala Elly muncul dari baliknya.

Rambutnya berantakan, wajahnya sedikit pucat, dan matanya terlihat mengantuk.

Zack mengernyit. “Kau terlihat mengerikan.”

Elly menatapnya kosong selama beberapa detik sebelum akhirnya matanya membesar. “Z-ZACK?!”

Ia hampir menutup pintunya secara refleks, tapi Zack menahannya.

“Kenapa kau di sini?!” Elly bertanya dengan panik.

Zack mengangkat kantong plastik di tangannya. “Membawakan sesuatu untukmu.”

Elly menatap kantong itu dengan bingung. “Apa itu?”

“Obat dan bubur.”

Elly terdiam.

Zack mendesah. “Kau akan terus berdiri di pintu atau membiarkanku masuk?”

Elly masih terkejut, tetapi akhirnya mundur dan membiarkannya masuk.

Setelah masuk, Zack melihat keadaan rumah Elly. Rumahnya sederhana tetapi bersih. Ada beberapa foto tua di meja, mungkin foto keluarganya.

Elly duduk di sofa dengan selimut tebal membungkus tubuhnya. Zack menyerahkan kantong plastik itu padanya.

“Terima kasih…” gumam Elly pelan, masih tidak percaya Zack benar-benar ada di sini.

Zack duduk di kursi di dekatnya dan menatapnya.

“Kau benar-benar terlihat menyedihkan.”

Elly mendelik. “Aku sakit! Wajar kalau aku terlihat buruk!”

Zack tidak berkata apa-apa, tetapi ia mengambil bungkus bubur dan mulai membukanya.

Elly menatapnya curiga. “Apa yang kau lakukan?”

“Memberimu makan.”

Elly hampir tersedak air liurnya sendiri. “APA?!”

Zack menatapnya dengan tenang. “Kau terlalu lemah untuk memasak sendiri, kan?”

Elly menggembungkan pipinya, tetapi tidak bisa membantah. Ia memang lelah, bahkan untuk sekadar berdiri.

Zack menyendok bubur itu dan menawarkannya padanya.

“Ayo, makan.”

Elly menatap sendok itu, lalu menatap Zack. “Kau serius?”

“Menurutmu?”

Elly ragu-ragu. Ini memalukan! Ia tidak pernah membayangkan Zack akan menyuapinya seperti ini.

Tapi… ia juga terlalu malas untuk berdebat.

Dengan wajah memerah, ia membuka mulutnya dan menerima suapan pertama.

Zack tetap diam, hanya memastikan ia makan dengan baik.

Setelah beberapa suapan, Elly akhirnya berkata pelan, “Zack…”

“Hm?”

“…Kenapa kau repot-repot datang?”

Zack tidak langsung menjawab. Ia menatapnya sebentar, lalu mengangkat bahu.

“Entahlah. Aku hanya merasa aneh saat kau tidak ada.”

Elly membeku.

Dadanya tiba-tiba terasa hangat.

Mungkinkah… mungkinkah Zack benar-benar… peduli padanya?

Elly tidak tahu harus berkata apa, tetapi satu hal yang pasti—hari ini, meskipun ia sakit, hatinya terasa lebih ringan.

Dan Zack… Zack yang biasanya dingin, kini terasa lebih dekat dari sebelumnya.

---

Setelah memastikan Elly sudah makan dan minum obat, Zack memutuskan untuk pergi sebelum ada yang datang. Ia bukan tipe orang yang suka berlama-lama di rumah orang lain, apalagi tanpa izin dari pemilik rumah.

"Kalau ada yang perlu, kirim pesan saja," katanya sambil mengambil tasnya.

Elly, yang masih berselimut di sofa, menatapnya dengan mata mengantuk. "Iya, iya… Terima kasih, ya?"

Zack meliriknya sebentar sebelum mengangguk. "Jangan lupa istirahat."

Tanpa menunggu jawaban, ia berjalan ke pintu depan dan keluar, menutupnya dengan pelan.

Namun, baru saja Zack melangkah menjauh dari rumah Elly, sebuah mobil berhenti di depan rumah. Ia menoleh sekilas sebelum melanjutkan langkahnya, tak terlalu memikirkan siapa yang baru saja datang.

---

Ketika Ayah dan Ibu Elly masuk ke rumah, mereka segera menyadari ada sesuatu yang berbeda. Mereka tahu sejak pagi Elly sakit, tapi karena pekerjaan yang mendesak, mereka terpaksa meninggalkannya sendirian di rumah.

Namun, kini mereka melihat bekas wadah bubur di meja, sendok yang sudah dicuci, serta selimut yang tampak baru saja digunakan.

Ibu Elly melangkah mendekat dan mengerutkan kening. "Elly?" panggilnya lembut.

Dari dalam kamar, terdengar suara lirih. "Hmm?"

Ayahnya meletakkan tas kerja di sofa dan berjalan ke arah pintu kamar Elly yang sedikit terbuka. "Kau sudah makan?" tanyanya.

Elly, yang masih merasa lemas, mengangguk pelan dari tempat tidurnya. "Sudah, Bu. Sudah, Yah."

Ibu Elly duduk di tepi tempat tidur, menyentuh kening putrinya dengan lembut. "Demammu sudah turun sedikit."

"Tadi ada yang datang?" tanya Ayah Elly tiba-tiba.

Elly yang awalnya setengah mengantuk langsung tersentak. "E-eh?"

"Kami tidak sempat membelikan bubur untukmu, dan pembantu kita sedang pulang kampung," jelas ibunya. "Jadi siapa yang membelikannya?"

Elly berkedip beberapa kali, lalu buru-buru mengalihkan pandangannya. "Uhm… i-iya… aku pesan sendiri, kok!"

Ayah dan ibunya saling bertukar pandang, jelas tidak sepenuhnya percaya.

"Kau pesan sendiri? Tapi ponselmu kan mati saat pagi tadi," ujar Ayahnya, mengingat bahwa putrinya mengeluh ponselnya kehabisan baterai sebelum mereka pergi kerja.

Elly tersenyum kaku. "Eh… a-aku… umm… ahaha?"

Ibu Elly mempersempit matanya, memperhatikan wajah putrinya yang mulai memerah. "Elly?"

"T-tidak apa-apa! Pokoknya aku sudah makan, sudah minum obat, dan sekarang aku merasa lebih baik!" serunya buru-buru sambil menarik selimut sampai ke atas kepala.

Ayah Elly menghela napas, lalu melirik meja samping tempat tidur. Ada segelas air dan bungkus obat yang tampak baru dibuka.

"Kalau kau memesan makanan, lalu siapa yang menyiapkan obat ini?" tanyanya lagi.

Elly semakin panik. "A-aku juga pesan obat sekalian!"

Ibu Elly menghela napas, lalu tersenyum kecil. "Elly, jangan berbohong pada ibu. Siapa yang datang?"

Elly diam.

Ia menggigit bibir, menimbang-nimbang apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya atau tetap menyangkal.

Tapi mengingat betapa detektifnya kedua orang tuanya, kemungkinan besar kebohongannya akan terbongkar dalam hitungan menit.

Akhirnya, dengan suara kecil, ia bergumam, "Z-Zack…"

Ibu Elly mengangkat alis. "Zack?"

Ayah Elly juga tampak terkejut. "Teman sekolahmu?"

Elly, yang masih bersembunyi di balik selimut, hanya mengangguk pelan.

Sejenak, keheningan memenuhi ruangan.

Lalu, Ibu Elly tersenyum tipis. "Hmm… jadi Zack yang membawakanmu bubur dan obat?"

Elly tetap diam, tapi rona merah di pipinya semakin jelas.

Ayah Elly terkekeh. "Anak itu perhatian juga, ya?"

"Tidak seperti putri kita yang keras kepala," timpal ibunya.

Elly mengerang pelan di balik selimut. "Hentikaan~ Aku mau tidur!"

Ayah dan ibunya hanya saling tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan kamar Elly.

Namun, sebelum keluar, Ibu Elly bergumam pelan, "Sepertinya, aku harus mengenal Zack lebih jauh nanti."

Elly yang mendengar itu langsung mendesah dalam hati.

Masalah baru akan segera datang.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!