NovelToon NovelToon
Ketika Malaikat Maut Jatuh Cinta

Ketika Malaikat Maut Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Terlarang / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:317
Nilai: 5
Nama Author: Irnu R

Alya tidak pernah menyangka hidupnya yang biasa akan berubah selamanya saat ia bertemu dengan Rheyan, sosok pria misterius dengan tatapan kelam dan aura yang terlalu menggoda. Ia datang di saat-saat antara hidup dan mati, membawa takdir yang tak bisa dihindari. Tapi yang tak ia duga, sang malaikat maut justru terpikat oleh kelembutan dan keberaniannya.

Di sisi lain, ada Davin, dokter penuh kasih yang selalu ada untuk Alya. Ia menawarkan dunia yang nyata, cinta yang hangat, dan perlindungan dari kegelapan yang perlahan menyelimuti kehidupan Alya.

Namun, cinta di antara mereka bukanlah hal yang sederhana. Rheyan terikat oleh aturan surgawi—malaikat maut tak boleh mencintai manusia. Sementara Alya harus memilih: menyerahkan hatinya pada keabadian yang penuh bahaya atau tetap berpijak pada dunia fana dengan seseorang yang bisa menjanjikan masa depan.

Ketika batas antara surga dan bumi kabur, bisakah cinta mengubah takdir? Atau justru cinta itu sendiri yang akan menghancurkan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irnu R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Batas Antara Hidup dan Mati

Sejak kecelakaan itu, ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Sesuatu yang tak terlihat, tetapi selalu terasa. Malam-malamnya dipenuhi mimpi aneh yang tak pernah bisa ia ingat sepenuhnya. Ketika terbangun, selalu ada jejak dingin di kulitnya, seolah dia baru saja keluar dari tempat yang tidak seharusnya ia masuki.

Dan sekarang, di depan cermin, perasaan itu kembali menghantuinya.

Seperti malam ini.

Dia berdiri di depan cermin, mengamati bayangannya sendiri. Tidak ada yang aneh pada awalnya, hanya wajahnya yang terlihat lebih pucat dari biasanya. Namun, semakin lama dia menatap, semakin jelas perasaan itu muncul. Ada sesuatu yang... salah.

Jantungnya berdetak lebih cepat. Perlahan, ia mengangkat tangannya. Bayangannya mengikuti. Ia mengerutkan kening, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini hanya perasaan berlebihan. Namun, ketika ia berbalik, sesuatu yang tak masuk akal terjadi.

Bayangannya yang seharusnya bergerak bersamaan dengannya tetap diam.

Alya membeku. Napasnya tercekat di tenggorokan, jantungnya berdebar begitu kencang hingga terasa menyakitkan. Dalam sepersekian detik, sesuatu yang tidak seharusnya terjadi... terjadi.

Bayangannya tersenyum.

Bibirnya tertarik lebih lebar dari yang seharusnya, terlalu kelam, seolah menikmati sesuatu yang Alya sendiri tidak mengerti. Mata refleksi itu hitam pekat, kosong, tidak mencerminkan apa pun. Tubuh Alya gemetar, tetapi refleksi itu tetap diam, seolah sedang mengamatinya dari balik kaca.

"Tidak mungkin…" bisiknya tanpa sadar.

Darah Alya terasa membeku. Ia mundur selangkah, tetapi suaranya tercekat di tenggorokan. Suhu ruangan tiba-tiba turun drastis, membuat bulu kuduknya berdiri.

Lalu, suara itu datang.

"Seharusnya kamu sudah mati…"

Sebuah bisikan dingin menyusup ke telinganya, membuat lututnya hampir lemas. Itu bukan suaranya. Bukan suara siapa pun yang dikenalnya. Itu suara yang datang dari... dalam cermin.

Alya terengah, tangannya mencengkeram meja untuk menahan tubuhnya yang mulai gemetar. Napasnya tersengal, pikirannya berputar mencari jawaban. Apakah dia sedang berhalusinasi? Atau ini nyata?

Suhu ruangan turun drastis, menusuk hingga ke tulang. Cermin mulai berembun, padahal tak ada celah angin yang masuk.

"Alya."

Alya tersentak. Suara itu dalam, tenang, tetapi mengandung sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Seperti gema dari tempat yang jauh. Dia berbalik, dan di sana, berdiri seseorang yang tidak asing baginya.

Rheyan.

Dia berdiri di ambang pintu, wajahnya lebih pucat dari biasanya. Cahaya redup dari lampu kamar menerpa kulitnya yang nyaris tak berwarna, matanya tajam namun dipenuhi sesuatu yang sulit diartikan.

Tanpa berpikir panjang, Alya berlari ke arahnya. "Apa yang terjadi? Apa yang barusan aku lihat?"

Rheyan tidak langsung menjawab. Sebaliknya, ia memandang cermin itu lama sebelum akhirnya berkata, "Kau tidak seharusnya ada di sini."

Rheyan terdengar lebih berat, nyaris seperti bisikan. Mata tajamnya menatap cermin yang kini kembali normal, seolah tak terjadi apa-apa.

"Keberadaanmu seharusnya sudah berakhir, tapi sekarang… ada yang menyadarinya."

Alya menelan ludah. "Mereka?"

"Mereka yang menunggu di batas antara hidup dan mati," jawab Rheyan pelan. "Dan jika mereka sadar bahwa seseorang telah mengusik keseimbangan…"

Dia tidak melanjutkan kalimatnya, tetapi Alya bisa merasakan maksudnya. Punggungnya meremang.

Rheyan menatapnya dalam, seolah ragu harus mengatakan ini atau tidak. "Ada batasan yang tak seharusnya dilanggar, dan kamu… kamu adalah pengecualian yang tidak boleh ada."

Kata-kata itu menusuknya lebih dalam dari yang seharusnya. "Apa maksudmu?"

"Kamu harusnya mati malam itu," jawab Rheyan lirih. "Tapi aku menyelamatkanmu."

Alya terdiam.

Dia tahu sejak awal ada yang aneh dengan kecelakaannya. Dia tahu bahwa dia seharusnya tidak selamat. Tapi mendengar pengakuan itu langsung dari mulut seseorang yang mengaku sebagai malaikat maut… itu terlalu nyata. Terlalu menakutkan.

"Aku tidak mengerti…" suaranya bergetar. "Kenapa kamu menyelamatkanku?"

Rheyan menatapnya lama sebelum akhirnya menjawab, "Aku tidak tahu."

Jawaban itu tidak membuatnya tenang. Justru sebaliknya, membuat semua lebih rumit. Jika bahkan Rheyan sendiri tidak tahu kenapa dia melanggar aturan, apa artinya ini semua?

Alya menggigit bibirnya, mencoba menenangkan napasnya yang tersengal. "Jadi, apa yang terjadi sekarang? Apa yang akan terjadi padaku?"

Rheyan menghela napas, ekspresinya semakin tegang. "Keberadaanmu yang masih hidup mengganggu keseimbangan dunia. Itu sebabnya… mereka mulai memperhatikanmu."

"Siapa mereka?"

Rheyan terdiam sesaat sebelum akhirnya berkata, "Makhluk-makhluk yang seharusnya tidak bisa kamu lihat. Mereka yang menunggu di batas antara hidup dan mati. Dan jika mereka menyadari keberadaanmu… mereka akan berusaha menarikmu kembali ke tempat yang seharusnya."

Alya merasakan gelombang ketakutan menyelimutinya. "Jadi… aku masih dalam bahaya?"

Rheyan mengangguk. "Dan ini baru permulaan."

Alya merasakan sesuatu dalam dirinya runtuh. Sejak kecelakaan itu, dia sudah merasa bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Tetapi mendengar langsung dari Rheyan bahwa dia hidup di batas antara dunia manusia dan sesuatu yang lebih gelap… itu adalah kenyataan yang lebih berat dari yang bisa dia terima.

Ponsel Alya bergetar, menggetarkan meja kecil di samping tempat tidurnya.

Davin.

"Alya, kamu baik-baik saja? Aku bisa mampir kalau kamu butuh teman bicara."

Alya melirik pesan itu. Rheyan, yang sebelumnya hanya diam, tiba-tiba menggerakkan kepalanya ke arah ponsel, matanya menyipit. Ada ketegangan di wajahnya, sesuatu yang nyaris seperti... ketakutan?

"Siapa itu?" tanyanya datar, tapi Alya bisa merasakan nada berbeda dalam suaranya.

"Davin," jawabnya pelan.

Ekspresi Rheyan berubah. Bukan kemarahan, tetapi sesuatu yang lebih gelap. Udara di ruangan seakan mengeruh.

"Jika kamu jatuh cinta pada orang lain, aku akan lenyap."

Alya membeku.

Alya menatap pesan itu lama, pikirannya melayang. Davin selalu ada untuknya, terutama sejak kecelakaan itu. Bersamanya, dia merasa aman. Tapi sekarang… ada sesuatu yang menghalanginya.

Saat ia melirik ke samping, ia melihat ekspresi Rheyan berubah. Ada ketegangan di matanya, seperti sesuatu yang disembunyikannya.

Alya mengerutkan kening. "Kenapa kamu melihatku seperti itu?"

Rheyan tidak menjawab. Ia hanya menatap layar ponsel Alya sebelum akhirnya berkata, "Jika kamu jatuh cinta pada orang lain, aku akan lenyap."

Dunia Alya terasa berhenti.

"Apa?" suaranya nyaris berbisik.

Rheyan mengalihkan pandangan, ekspresinya lebih dingin dari sebelumnya. "Kamu hidup karena aku menyelamatkanmu. Tapi itu berarti keberadaanku kini terikat padamu."

Alya menggeleng, menolak percaya. "Itu tidak masuk akal."

"Tapi itulah kenyataannya," suara Rheyan terdengar lebih pelan. "Jika kamu memilih orang lain… aku akan hilang."

Alya merasa kepalanya berputar. Ini bukan hanya tentang hidup dan mati. Ini bukan hanya tentang dirinya. Sekarang, ada konsekuensi lain. Konsekuensi yang tak pernah dia bayangkan.

Dia menatap layar ponselnya sekali lagi, pikirannya penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab.

Alya menggigit bibirnya, pikirannya kacau. Apakah ini sebuah ancaman? Atau peringatan?

Jantungnya berdegup kencang. Pikirannya melayang di antara dua nama Rheyan dan Davin. Pilihan yang tidak seharusnya ada, tapi kini menghantuinya.

Di sudut kamar, cermin kembali berembun. Namun kali ini, bukan hanya bayangannya yang terlihat di sana."

"Ada sosok lain. Berdiri tepat di belakangnya."

Dan kali ini, bayangan di dalamnya… tidak sendiri.

1
Ngực lép
Aku suka banget sama karakter di dalam cerita ini, author jangan berhenti yaa!
Legato Bluesummers
Keren! 😍
°·`.Elliot.'·°
Bikin susah move-on, semoga cepat update lagi ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!