Andara adalah gadis yang cantik pemilik kios bunga .Suatu hari dia harus menelan pil pahit sebuah penghianatan dari sahabat dan kekasihnya yang dipacarinya selama hampir 6 tahun. Tapi takdir berkata lain dan membawanya pada seorang pemuda dingin yang lumpuh putra seorang konglomerat.
Entah bagaimana mereka bisa bertemu di atas menara setinggi 50 kaki. Dan dari sanalah cinta mereka bersemi .
Nah untuk mengetahui cerita lebih lanjut, yuk simak di novel terbaruku.
Novel kali ini bergenre remaja labil yang mudah mudahan bisa menginspirasi para kaula muda untuk tidak putus asa dan tidak pernah menyerah.
Tetap semangat dan selamat membaca 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAM: 20
Buks
Buks
Laki laki itu terus memberikan pukulan kepada Bayu hingga wajahnya lebam.
" Cukup! " Teriak Andara yang tidak tega melihat Bayu sudah lebam lebam tak berdaya.
Laki laki itu mengusap bajunya dengan tangannya kemudian menepuk pipi Bayu
" Hei, kamu pikir sudah hebat bisa menyakiti perempuan? tuan seharusnya anda malu karena kamu terlahir dari perempuan".
Andara menahan perasaannya dengan tubuh gemetar tapi enggan untuk mendekati Bayu, dia menatap laki-laki yang tidak kalah tampan dari Devan dengan tubuh tegap dengan rahang tegas " Te terimakasih tuan " .
Laki laki itu tak menjawab selain senyuman dingin kemudian melangkah meninggalkan cafe dengan kaca mata hitam yang kembali dipakainya sebelum akhirnya memasuki mobil mewahnya yang terparkir di halaman.
"Au, Andara maafkan aku" Ucap Bayu sambil meringis kesakitan.
Andara masih gemetar dan merasakan kakinya juga masih lemas, jadi dia putuskan untuk duduk sebentar kemudian menatap ke arah Bayu yang perlahan duduk di depannya.
"Mas Bayu, sebaiknya kamu tidak memaksaku"
"Tapi Ra aku sungguh mencintaimu"
"Cukup! Aku tidak mau mendengar itu mas.
Seandainya dulu kamu tidak menghianatiku, aku akan tetap menunggumu meminangku meskipun sebenarnya kamu tidak pernah memiliki niat ke arah sana. Tapi apa mas? kamu bermain di belakangku seakan aku gadis bodoh yang tidak tahu apa apa. Hhh memang aku yang bodoh, aku terlalu dibutakan oleh cinta hingga aku tidak bisa melihat kebenarannya ".
Bayu menggenggam tangan Andara tapi Andara menepisnya.
" Bay! "
Terdengar suara seseorang memanggilnya yang membuat keduanya menoleh bersamaan.
"Siska, aku aku " Bayu mengusap sudut bibirnya yang berdarah dan meraih tangan Siska.
"Siapa dia Bay? " Tanya Siska.
Andara beranjak dan tersenyum tipis " Oh saya Andara, teman lama mas Bayu".
"Saya pacarnya Bayu" Ucap Siska.
Andara mengangguk kemudian berbisik pada Bayu " Mas, jadi kamu lebih memilih dia daripada Vania yang saat ini sedang mengandung anak kamu, tega kamu, ingat karma pasti akan berlaku. o iya jadi masih mau menikahiku terus pacar kamu mau dikemanakan? ".
Jleg
Bayu menatap tajam Andara.
" Baiklah aku pergi dulu" Ucap Andara kemudian melangkah meninggalkan tempat itu.
###
Devan mulai gelisah sehari tidak bertemu dengan Andara.
"Devan, kamu kenapa? " Tanya oma.
"Ehm gak tahu oma, Devan khawatir sama Andara. Biasanya jam segini dia sudah tutup kios dan pulang ke rumah. Apa aku susul saja dia ya oma"
"Eh kamu mau susul dia pakai apa? Aldo gak ada siapa yang akan bantu kamu naik ke mobil terus siapa yang akan bawa mobilnya, pak sopir juga sudah oma suruh istirahat kasihan sudah malam"
"Terus bagaimana kalau terjadi apa apa dengan Andara oma, cewek malam malam di luar sendirian, aduh ngapain sih tadi aku ijinin dia pergi"
"Oma juga khawatir Dev, besok kan? ".
Devan mengernyitkan keningnya " Besok kenapa oma? ".
" Besok "
Devan semakin penasaran dan menatap tajam oma " Oma jawab besok ada apa? ".
" Besok kamu dan Andara akan menikah, oma dan Aldo sudah mengaturnya " Jawab oma tak bisa lagi mengelak.
jleg
"Apa menikah! " Sahut Devan dan Andara bersamaan yang tiba tiba muncul dari balik pintu.
Devan menatap Andara yang baru pulang kemudian beralih kembali pada oma " oma, serius oma apa maksud oma? ".
" Oma, serius tau besok semua sudah diatur kamu dan Andara harus menikah, kalau tidak, ach aduh aduh jantung oma ach " Oma tersungkur sambil memegangi dadanya.
" Oma! " Andara panik dan bergegas menangkap tubuh oma.
"Dev oma kenapa, tolong Dev cepat bawa oma ke rumah sakit" Teriak Andara dengan tangan gemetar dan menepuk nepuk pipi oma.
Oma menghela nafas karena dia tahu triknya oma " Tidak perlu Ra, baringkan saja oma di sofa kemudian ambil air hangat, oma sudah sering seperti ini kok".
"Benar oma gak kenapa kenapa? "
Devan mengangguk.
Andara bergegas ke dapur untuk mengambilkan air untuk oma.
" Oma, ngapain pakai akting segala? ih narsis tau" Ucap Devan sambil mendengus.
Oma membuka matanya sebelah dengan perlahan agar tidak ketahuan oleh Andara
" sudah diam kamu, ini demi kamu juga".
"Hahhh demi Devan" Devan tertawa kecil sambil menunjuk dirinya sendiri.
" Iya, hanya dengan cara ini Andara mau menikah sama kamu ".
" Tapi oma, Devan masih belum yakin dengan perasaan Devan dan perlu waktu untuk membuktikannya ".
" Halah kelamaan ntar diambil orang baru nyesel kamu, sudah yang penting nikah dulu masalah perasaan bisa nyusul"
Devan melotot tajam "Tap tapi"
" Tidak ada tapi tapian" Oma menutup matanya kembali karena Andara sudah berjalan ke arahnya.
Devan mengusap wajahnya dengan kasar dan semakin gugup ketika Andara menatapnya dengan penuh kecurigaan " Kamu kenapa Dev? " Tanya Andara yang semakin membuat Devan gelagapan.
"A aku aku ehm "
"Devan yang jelas dong ngomongnya sebenarnya apa yang terjadi, kenapa oma tiba tiba meminta kita menikah? "
Devan mengambil nafasnya dalam dalam dan menghembuskan perlahan untuk mengurangi rasa gugupnya " Andara, permintaan oma ehm apa tidak ada salahnya kita turuti? "
"Hahhh apa! yang jelas dong bicaranya! "
" Ba gai ma na kalau besok kita menikah"
Deg
Tentu saja Andara kaget dengan permintaan Devan, matanya membulat tajam " Apa! menikah! Yang benar saja kamu Dev "
Devan mendengus dan memegangi jidatnya
" Tuh kan, malah dianggap lelucon " gumamnya.
Andara tersenyum tipis sambil menunduk dan tidak habis pikir kalau sampai benar benar menikah dengan Devan, laki laki yang selalu membuatnya nyaman tidur di dalam pelukannya.
Kemudian keduanya saling menatap dengan lekat " Devan, kamu benar benar mau menjadikan aku istrimu? " tanya Andara tanpa melepaskan tatapan matanya.
Tanpa sadar Devan pun mengangguk kemudian meraih tangan Andara dan menciumnya perlahan.
Oma yang melihatnya hanya senyum senyum sendiri " Yes, berhasil. Akhirnya Devan memiliki wanita yang tepat" Batin oma sangat bahagia.
Andara pun tersenyum bahagia dan berjongkok di depan Devan yang duduk di kursi rodanya " Devan, sebenarnya aku tidak tahu dengan perasaanku. Tapi aku merasa sangat bahagia bila melihatmu dan berada di dekatmu".
"Ra, aku pun sama dengan mu. Sebenarnya aku juga masih ragu dengan perasaanku, aku takut perasaan ini hanyalah pelarian dari rasa sakit hati yang sama sama pernah kita rasakan"
"Tidak ada salahnya kita mencoba Dev"
Devan mengernyitkan keningnya " Anjir Ra ini menikah lo masa pakai dicoba? "
" Ya kalau kita hanya menebak nebak tanpa praktek mana bisa kita tahu yang sebenarnya"
Devan mendengus perlahan sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal
" Terserah aku ngikut aja".
Andara pun tersenyum dan tiba tiba mendaratkan ciumannya di bibir Devan yang membuatnya melotot tajam, begitu juga dengan oma yang kaget sekaget kagetnya ternyata Andara seberani itu.
Mata Devan membulat dan tangannya mencengkram gagang kursi rodanya, namun Andara terus menyesap bibir Devan agar Devan membuka mulutnya sedikit.
Dan lama kelamaan Devan pun terbawa suasana, dia mulai membuka mulutnya dan memberikan balasan yang lembut. Tangannya mulai tidak tegang dan meraih punggung Andara untuk membuatnya duduk di pangkuannya.
Sret sekali tarik, Andara berpindah posisi dan duduk di pangkuan Devan tanpa melepaskan pagutannya.
Oma menggeleng perlahan kemudian tertawa kecil, hingga suara oma menyadarkan mereka berdua dan seketika melepaskan pagutannya.
Andara turun dari pangkuan Devan dengan penuh rasa malu dan hanya bisa menunduk tanpa berani menatapnya " Aduh apa yang sudah aku lakukan? Maafkan aku Dev ".
Devan mengusap bibirnya seakan rasa manis itu tidak pernah hilang kemudian tersenyum dan menatap Andara yang sangat malu.