Cerita tentang Lisin yang mendapatkan sistem dan harus menyelesaikan setiap tugas yang di berikan sistem.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naga Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehidupan Dengan Sistem Kekayaan Episode 27
Di dalam gedung yang di tinggalkan Ningsih dapat melihat di sudut ruangan, itu ada seseorang gadis yang terikat, baik tangan atau kaki terikat kuat sedangkan wajahnya yang memiliki kemiripan dengan Ningsih sedikit kusam dengan bekas air mata di pipinya.
"Ayunda kamu tidak apa-apa?... "
Ningsih dengan tergesa-gesa mendekati adiknya dan berusaha untuk melepaskan ikatan yang ada di tangan beserta di kakinya.
"Kak Ningsih..." Tubuh mungilnya bergetar.
Ayunda yang saat itu tidak menghadiri kelas dia berniat bertemu dengan temannya dengan niat ingin menggunakan waktu mereka untuk persiapan mengunjungi Taman Odori saat Festival salju yang bertempat di Sopporo.
Saat dia ingin bertemu dengan temanya di stasiun Sopporo, dia ketakutan ketika dua orang tidak di kenal mendekati dirinya, Ayunda ingin melarikan diri namun terlambat karena kedua orang tersebut menangkapnya lalu membiusnya.
Saat terbangun dia yang merasa jika tangan dan kakinya terikat, itu membuat dirinya ketakutan. Ayunda berteriak meminta pertolongan namun bukan penolong yang datang melainkan orang gemuk yang datang beserta beberapa penjaganya.
Dari pembicaraan mereka Ayunda memahami sesuatu, Orang gendut yang menelpon kakaknya Ningsih adalah mantan atasan kakaknya, dan nampaknya telah terjadi konflik di antara mereka dan Dirinya sendiri di jadikan sandra agar kakaknya mau menemui mantan atasannya tersebut.
Ayunda menyalahkan dirinya sendiri, dia menyesal tidak menghadiri kelas, jika dia tau akan kejadian ini dia mungkin membatalkan niatnya untuk mengunjungi Taman Odori saat Festival salju Sopporo di adakan dan lebih memilih menghadiri kelas.
"Ayunda kamu tidak apa-apa... tenang saja kakak akan menyelamatkan mu" Ningsih memeluk adiknya tersebut dengan berusaha menenangkan adiknya.
"Maaf kak... jika Ayunda tidak bolos kelas mungkin ini tidak akan terjadi... " Ayunda yang dalam pelukan Ningsih mulai tenang kemudian menyalahkan diri sendiri.
"Tidak kamu tidak bersalah semua ini salah kakak..."
Ningsih mulai menghibur adiknya dengan menyalahkan dirinya karena telah menyeret adik perempuannya ke dalam masalah.
"Plok... Plok... Plok... Apakah reuni kalian berdua sudah selesai... " Angga wicaksono Bertepuk tangan kedatangannya mengejutkan keduanya.
"Bapak Angga Lepaskanlah adikku... Jangan bawa dia kedalam masalah kita... " Mata Ningsih sangat tajam jika dia bisa membunuh orang di depannya dia tidak akan menyesal berbuat dosa.
"Tenang saja aku akan menepati janjiku selama kamu menuruti semua perintahku" saat tatapan Angga melihat Ningsih dari kaki ke atas dia menjilat bibir jeleknya.
"Lepaskan adikku terlebih dahulu aku tidak masalah mengikuti perintah mu..." Ningsih meneteskan air mata, bayangan Lisin terngiang di ingtannya, Maaf Lisin... sepertinya malam ini aku akan di kotori oleh orang yang paling ku benci.
"Oh... tidak bisa... aku akan melepaskannya setelah kita bersama-sama membuat film... " Angga tertawa terbahak-bahak.
"Kakak jangan dengarkan dia... " Ayunda ingin menghentikan niat Ningsih. Namun Ningsih tidak lagi mendengarkannya dia mengikuti Angga dari belakang.
Ruangan itu cukup luas, berbeda dengan bagian luar gedung di dalam cukup bersih dangan beberapa properti, di bagian tengah ruangan ada ranjang bersih berwarna putih, sedangkan di sekitar ranjang tersebut ada banyak kamera.
Ningsih melihat ini berhenti, dia tidak menyangka jika dia akan di filmkan, walaupun dia sudah berusaha kuat namun dia masih memiliki rasa takut.
"Pak sutradara bagaimana persiapannya?"
"Beres Angga-San semuanya kru sudah siap segalanya, jika tidak ada gangguan maka semuanya akan berjalan dengan lancar, dan sesuai pesanan kualitas rekaman HD" Pak sutradara menyakinkan Angga Wicaksono.
"Angga-sama Apakah kita tidak bermain bertiga..." sebagai jawaban atas pertanyaan Migumi, Angga menggeleng.
"Dia belum berpengalaman seperti mu Migumi-Chan tapi tenang saja setelah aku selesai dengannya aku akan melakukannya juga denganmu" Angga berkata dengan bangga.
"Jika 10 menit di bagi dua itu berarti aku hanya kebagian 5 menit... ya tidak masalah"
"Migumi-Chan bantu dia mengganti pakaian aku ingin dia mengenakan gaun pengantin... " mendengar perintah dari Angga, Migumi yang tidak puas membawa Ningsih ke ruang ganti.
"Baang..." Suara keras mengejutkan semua Orang.
"Apa yang terjadi..." Angga bertanya kepada seseorang yang menggunakan radio komunitas.
"Bos... seseorang menghancurkan gerbang depan, juga melumpuhkan selusin penjaga yang di tempatkan di lantai bawah, Dan saat ini dia berada di lantai dua" bawahan tersebut menjelaskan dengan cepat dan keras, takut jika bosnya tidak mendengarkan perkataannya.
"Bedebah... Berani sekali... ada seseorang yang mengganggu kesenanganku" Angga jelas takut namun menjadi tenang ketika dia melihat Tanaka yang sedang bermain dengan ponselnya.
"Tanaka-San sepertinya aku harus mengandalkan mu untuk mengurus satu tikus... " Angga memohon dengan menundukkan kepala.
Tanaka adalah master kendo yang di segani di Jepang, Angga sangat takut dengan kematian jadi demi keamanan hidupnya dia menyewa beberapa penjaga dan salah satunya Tanaka dengan imbalan tertinggi 1Milyar.
"Bisa melumpuhkan selusin penjaga dengan kemampuan di atas rata-rata itu berarti dia tidak lebih lemah dariku... jadi aku ingin menaikan tagihan" Tanaka berbicara dengan malas.
Angga jelas mengerti apa yang di maksud dengan menaikan tagihan jadi dia mengangguk lalu berkata lagi, "Akan ku naikan menjadi 2Milyar"
Tanaka tidak menjawab namun mengangkat tangannya dan menunjukkan 5 jarinya. "5 Milyar... "
Angga Wicaksono terdiam ini adalah jumlah yang besar namun mengingat lagi jika hidupnya berakhir di sini, itu membuatnya takut maka dari itu mau tidak mau aku harus mengeluarkan sejumlah uang.
"Baiklah 5 Milyar... " Angga tidak tau siapa pihak yang akan datang, setidaknya lebih baik meminta bantuan Tanaka untuk menjamin hidupnya dari pada menyesal.
Sudut mulut Tanaka terangkat dia sangat senang memanfaatkan situasi untuk menaikan 5kali tagihan ini adalah langkah cerdas yang selalu Tanaka gunakan untuk memeras orang-orang kaya.
Sedangkan orang lain yang harus dia hadapi dia tidak terlalu peduli, selama di menggunakan katana tidak akan ada orang yang mampu bertahan melawannya.
Tanaka berdiri kemudian mengambil Katana yang ada di atas meja lalu berjalan dengan santai melewati anak tangga langsung turun ke bawah.
.....
Lisin yang di selimuti amarah terus berlari melewati anak tangga, menurut perhitungannya gedung yang di tinggalkan ini memiliki 5 lantai setiap lantai ada beberapa orang yang berniat menghentikannya namun berakhir dengan kemenangannya, Lisin tidak membiarkan orang lain melarikan diri dia akan dengan cepat melumpuhkan orang di depannya siapapun mereka.
"Sepertinya perjuangan mu akan berakhir di sini... "
Tepat di lantai ketiga langkah kaki Lisin berhenti setelah dia mendengar perkataan orang lain.
"Sepertinya ada orang berkemampuan di sini... "
Lisin melihat seorang pria paru baya dengan katana yang masih ter sarung kan berada di pelukannya sambil melihat dirinya dengan tatapan dingin, jelas orang ini terbiasa membunuh seseorang.
"Pak bisa minggir sebentar saya mengantarkan paket COD... " Lisin menyapa dengan Rama.
"Paket COD... " Tanaka sangat marah dia belum pernah di permainkan oleh orang lain seperti ini.
Kamu pikir aku percaya... kamu memukuli seseorang di rumahnya tampa penjelasan kemudian kamu mengaku sebagian pengantar barang, kamu pikir aku anak kecil umur berapa?...
"Kamu ingin mati cepat atau perlahan?... " Tanaka mendengus dingin.
Lisin sedikit terkejut dia hanya ingin cepat bertemu dengan Angga Wicaksono dengan berpura-pura sebagai tukang antar barang, kemudian memberinya pelajaran dengan begitu semuanya cepat teratasi, Tapi orang di depannya tidak mudah di bodohi, sepertinya dia harus melawan orang yang ada di depannya saat ini.
"Aku tidak tau apakah akan cepat mati atau mati perlahan... Apakah kamu seorang pejuang" Lisin bertanya dengan santai.
(DING...)
(Tugas sistem terpicu tuan rumah harus mengalahkan Master kendo dari Jepang)
Senangnya nya mendengar Suara sistem mengeluarkan tugas lagi, entah kenapa terasa lama sekali aku tidak mendapatkan tugas, bahkan saat aku mencari Ningsih tugas sistem tidak nongol sungguh sistem yang kejam dan tidak pengertian.
"Benar... aku master Kendo dari Jepang..." Tanaka mendengus tidak puas, dia ingin membunuh orang depannya namun tidak ingin terlalu cepat, jika itu terlalu mudah maka tidak sebanding dengan harga 5 Milyar.
Jika Lisin mendengar pemikiran Pria di depannya dia pasti akan tertawa sampai mati.
"Sebelum bertempur seorang pejuang harus mengenalkan namanya terlebih dahulu... Namaku Angga Wicaksono, siapa namamu?" Lisin berkata sambil tersenyum.
"Kamu... kenapa namamu mirip dengan majikan ku..." Tanaka bertanya dengan heran.
"Itu karena aku adalah bos mu..."
"Engga... " Tanaka tersedak, dia tidak bisa lagi menahan amarahnya. kemudian Tanaka mencabut katana dari sarungnya...
"Tunggu dulu aku salah ucap... Namaku Lisin bagaimana denganmu?"
Mendengar pertanyaan Lisin... Tanaka kembali tenang kemudian menjawabnya. "Tanaka... "
"Apa Nangka... " Lisin berpura-pura kurang pendengaran.
"Tanaka... " nanya lagi gue bacok lu... sabar-sabar...
Tanaka sangat menyesal tidak langsung membunuh Lisin.
"Nangka... kamu harus lebih dekat aku mengalami sakit panu menjalar jadi pendengaran ku sedikit terganggu" sial... panu jenis legenda baru terdengar.
Tanaka dengan tertekan menahan amarah melangkah kearah lisin dan meneriakkan namanya setelah cukup dekat dengan Lisin. "Tanaka... "
Lisin yang memang dengan sengaja memancing Tanaka langsung melancarkan tinjunya kearah mukanya.
"Aaaaa... " Seperti layang-layang yang terputus benangnya Tanaka terlempar kebelakang.
"Hidungku... Sial... hidungku patah... " Darah terus mengalir dari lubang hidung Tanaka.
"Kamu menggunakan katana untuk melawan orang lain yang tidak bersenjata dan berakhir seperti ini sungguh memalukan, sepertinya gelar master kendo mu hanya begitu-begitu saja... "
"Pertarungan belum di mulai kenapa kamu memukul ku... " Tanaka semakin tertekan dan darah yang keluar semakin banyak.
"Kamu pikir ini sepak bola harus menunggu peluit baru kita bertanding, juga ini bukan kompetisi jadi tidak ada peraturan, jangan salahkan aku karena kejam salahkan majikan yang mengerjakan mu, karena dia tidak seharusnya menyinggungku"
"Aa Aaaaa... Kakiku... tolong... jangan... tanganku juga... Aaaaa... "
Lisin mematahkan kedua kaki dan kedua tangan Tanaka, sangat mengerikan Lisin tidak memiliki belas kasihan terhadap lawannya.
"Pertarungan tidak harus di selesai dengan saling memukul, menusuk, ataupun menghindar, selama kamu bisa memenangkan pertarungan apapun caranya tidak masalah"
Mendengar nasehat dari orang lain Tanaka semakin tertekan kemudian batuk darah lalu jatuh pingsan karena kehabisan banyak darah.
Master kendo apanya... katana belum di ayunkan sudah kalah saja, jika kamu bertemu lisin lagi lebih baik tutup kedua telingamu karena silat lidah lebih tajam dari sebilah pedang.
(DING... selamat tuan rumah telah berhasil mengalahkan Master kendo dari Jepang)
(Mendapatkan 50 poin sistem)
(Mendapatkan kartu keahlian master pedang)
Senangnya Lisin mengangguk kemudian menatap Tanaka yang terkapar, Aku akan mengingat namamu Nangka. "Sistem gunakan kartu keterampilan Master pedang... "
(Kartu di gunakan)
(Keterampilan Master Pedang Di Kuasai)
Lisin mengambil katana yang ada di lantai beserta sarungnya kemudian naik ke lantai berikutnya.
Di lantai teratas di mana Angga dan beberapa kru menunggu Ningsih sedang berganti baju.
"Wow... kalian santai sekali apa tidak ada kerjaan..."
Suara Lisin mengejutkan semua orang... terutama Angga Wicaksono dia ketakutan, tatapan matanya menuju ke arah katana yang ada di tangan Lisin.
"Kamu... bagaimana kamu bisa sampai di sini?" Angga bertanya dengan tergagap sedangkan kru film beserta sutradara ketakutan di belakang Angga Wicaksono.
"Tuh... aku tadi lewat tangga apakah ada jalan lainnya?" Lisin berkata dengan santai namun di telinga Angga itu seperti ledakan petir di siang bolong.
"Kamu... bagiamana dengan Tanaka-san?" Angga menyadari jika orang di depannya pasti mengalahkan Tanaka namun dia tidak percaya.
"Oh... Nangka dia sepertinya tertidur di bawah"
"Tertidur... Bedebah itu aku sudah Mentransfer dia uang 5 Milyar tapi dia tertidur" bagaimana Angga tidak marah dia menghabiskan banyak uang namun orang lain hanya tidur-tiduran.
"Semuanya pak sutradara dan para kru habisi orang ini... " Krik... Krik... Krik... hanya suara jangkrik yang dapat terdengar.
"Bedebah kenapa kalian diam saja aku akan melipat gandakan jasa kalian selama kalian bisa menyingkirkan orang ini"
Mendengar ini semua orang bersukacita... tidak ada yang lebih bahagia dari pada mendapatkan uang. semua orang bersemangat tapi mereka semua tidak tau apa yang mereka hadapi.
Lisin tau jika orang-orang ini hanyalah orang biasa jadi dia hanya menggunakan beberapa pukulan ringan untuk membuat mereka semua jatuh pingsan.
"Lisin... ini kamu..." Ningsih yang mengenakan gaun pernikahan berlari memeluk Lisin, sedangkan Migumi yang melihat semuanya memilih untuk bersembunyi.
"Sayangku Ningsih kamu tidak apa-apa?" melihat Ningsih menangis di pelukannya Lisin bertanya dengan lembut.
"Aku... tidak apa-apa" Ningsih menggelengkan kepalanya.
"Jangan bergerak..." Angga wicaksono yang memegang pistol mengarahkan pistol tersebut ke arah Ningsih dan Lisin yang sedang berpelukan.
Bersambung...
manusia paling bodoh