NovelToon NovelToon
META

META

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Keluarga / Persahabatan / Romansa / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:452
Nilai: 5
Nama Author: hytrrahmi

Hidup dalam takdir yang sulit membuat Meta menyimpan tiga rahasia besar terhadap dunia. Rasa sakit yang ia terima sejak lahir ke dunia membuatnya sekokoh baja. Perlakuan tidak adil dunia padanya, diterima Meta dengan sukarela. Kehilangan sosok yang ia harap mampu melindunginya, membuat hati Meta kian mati rasa.

Berbagai upaya telah Meta lakukan untuk bertahan. Dia menahan diri untuk tak lagi jatuh cinta. Ia juga menahan hatinya untuk tidak menjerit dan terbunuh sia-sia. Namun kehadiran Aksel merubah segalanya. Merubah pandangan Meta terhadap semesta dan seisinya.

Jika sudah dibuat terlena, apakah Meta bisa bertahan dalam dunianya, atau justru membiarkan Aksel masuk lebih jauh untuk membuatnya bernyawa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hytrrahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Akan Hilang (b)

Sudah banyak orang yang tertinggal di belakang. Perjalanan yang ditempuh sudah menghabiskan waktu sekitar setengah jam, tapi belum ada tanda-tanda mereka akan sampai tujuan. Meta dongkol, tentu saja karena selain pergi karena terpaksa, alasannya bermuram muka adalah sosok yang saat ini memboncenginya, Aksel. Cowok tidak tahu malu yang selalu berhasil merusak suasana hati Meta.

Tapi sejujurnya perasaannya saat ini tak begitu buruk, justru ada rasa lega yang datang entah apa alasannya. Meta merasa semua akan baik-baik saja, apa karena Aksel ada di sisinya? Meta menggeleng, menghilangkan dugaan-dugaan bodoh di kepalanya. Namun jikalau bukan, lalu mengapa ia bisa setenang sekarang?

Hari kemarin membuatnya amat letih, tak ada yang berani mengulurkan tangannya termasuk Putra. Itulah mengapa Meta merasa kian sesak, ruangnya semakin mengecil, apalagi ketika Beni berada di rumah. Meta akan selalu dipukul atas hal-hal yang bukan kesalahannya, mulai dari yang kecil sampai yang besar. Kadang-kadang ia berpikir ingin lenyap, capek menjalankan kehidupan yang menghancurkan jiwanya.

Tapi semenjak kedatangan Aksel ke rumah waktu itu, semuanya berubah. Terasa jauh lebih ringan. Apalagi saat melihat Risa bisa tertawa, bersemangat, jarang sakit dan tak lagi stres memikirkan kelakuan Beni. Bahkan hebatnya lagi Risa berjualan, merintis usaha kecil-kecilan yang kemudian merangkak naik berkat bantuan Aksel.

Lagi-lagi Aksel. Cowok itu selalu saja terlibat dalam urusan pribadi Meta, membuatnya berpikir bahwa cowok itu memang memberikan segenap hatinya untuk Meta. Walau sebesar jagat raya pun, sebenarnya Meta tidak akan menerima. Alasannya karena Beni. Dan rahasia yang selalu Meta tutupi dari orang-orang mengenai aliran darahnya yang kotor.

Saat lamunan panjang itu membawa Meta berkelana menyusuri tiap ruang memori di kepalanya, aliran panas yang menyengat tangannya berhasil menarik Meta untuk segera sadar. Membuatnya terperanjat, gegas menarik tangan. Memasang tatap waspada, menyorot kepala Aksel yang ditutupi helm.

"Jangan salah paham, gue cuma takut lo kenapa-napa, Ta. Lagi banyak pikiran, ya?"

Meta menelan salivanya, perlahan tenang dari ketakutannya yang berlebihan itu. Kemudian menganggukkan kepala, Meta menyadari bahwa ia baru saja tersesat. "Iya. Gue banyak pikiran karena lo terus-terusan deketin keluarga gue!" bentaknya sarkastik.

"Sori untuk semua kekacauan yang terjadi karena gue. Gue lagi memperbaiki itu, Ta."

Entah apa yang ada di kepala Aksel detik ini, mengapa dia begitu berbeda dengan cowok kebanyakan? Mengapa dia tidak balik membentak? Kenapa malah minta maaf? Seharusnya Aksel ikut marah saat cewek yang dia dekati menjatuhkan harga dirinya. Apa yang Aksel rencanakan?

Meta menghela napasnya, lalu menghembuskannya perlahan. Mendadak lembut begini, Meta jadi luluh sendiri, tidak bisa memaki cowok itu. "Jangan maksain diri untuk menyukai orang yang justru menyakiti hati lo. Lo berhak untuk putar balik, bukannya malah mempertaruhkan nyawa kayak gini."

Aksel terkekeh di balik helmnya, Meta mendengar suara kekehan yang teredam itu. Tatapan mereka bertemu di kaca spion motor.

"Makanya terima gue, biar kita berjuang bareng-bareng."

"Nggak usah ngimpi! Gue nggak akan pernah nerima cowok kayak lo."

Benarkah? Aksel menaikkan kedua alisnya, pupil matanya ikut melebar diikuti dengan kedua sudut bibir yang ditarik ke bawah. Memperlihatkan sikap tidak peduli atas perkataan pedas cewek yang berada di belakangnya.

"Gue cowok yang kayak gimana, sih, Ta?"

Bertepatan dengan pertanyaan itu, motor Aksel berhenti di depan sebuah toko gitar. Meta yang amat menyukai alat musik itu seketika terhipnotis oleh keindahan tempat yang mereka datangi, juga dengan beragam koleksi gitar yang menggantung di dinding dan terpajang di dalam lemari kaca. Indah sekali.

"Harganya pasti mahal," gumam Meta tanpa sadar, mengabaikan pertanyaan Aksel.

Senyuman Aksel pun lolos, rasa kesalnya akan kebersamaan Meta dan Putra di kafe berhasil lenyap oleh wajah bahagia Meta yang ia pandangi lewat kaca kecil di motornya. Mereka masih dalam posisi yang sama, hanya mesin motor yang sudah mati serta para pelanggan toko yang datang dan pergi.

Melihat Meta senang, Aksel jauh lebih senang karena bisa melihat senyuman di wajah pujaan hatinya. Cowok itu membuka helm, kemudian melirik sedikit ke belakang.

"Biasa aja, dong, ekspresinya, nggak usah sampe mangap segala!" ejek Aksel saat Meta masih terperangah di belakang. "Tadi katanya nggak mau, sekarang malah sampe mau copot itu mata."

Meta mendelik kesal, ikut membuka helmnya dan turun dari motor Aksel. Cowok itu melakukan hal yang serupa, lalu menaruh helmnya di atas jok.

"Jangan terlalu baik sama orang, atau lo akan musnah. Dan perasaan lo itu nggak akan ada artinya lagi, selain meninggalkan bekas luka yang nggak pernah bisa sembuh."

Perih sekali. Banyak hal buruk yang merantai kepala Meta saat ini. Selain mengenai perasaan dan tindakan Aksel yang berbeda dari yang lain, sekarang membuat Meta cemas adalah hal gila yang akan Beni lakukan untuk menjauhkan Meta dari cowok itu. Hingga apapun yang coba Aksel lakukan, ketakutan tak pernah luput dari kepalanya.

Setelah menaruh helmnya, Meta berbalik untuk meninggalkan Aksel di tempat itu. Tetapi Aksel menahan pundak kanannya, memaksa Meta untuk tetap di pijakan.

"Lo takut gue sama kayak cowok lain?"

"Gue lebih takut lo hilang! Kita nggak bisa sama-sama karena hubungan ini akan membahayakan nyawa lo!"

"I love you, Ta! I love you! Gue harus bilang sebelum gue hilang."

Sial! Jantung Meta mulai berdetak tidak menentu, seolah bersorak heboh mendengar kalimat sialan itu keluar dari mulut Aksel. Meta menarik bahunya, menjauhkan tangan Aksel dari tubuhnya, Meta kehilangan cara untuk membuat Aksel mengerti maksudnya.

Tak tahan, Meta membalikkan tubuhnya menghadap Aksel. Menatap cowok yang sedang tersenyum lebar padanya, dengan harapan besar di balik matanya yang berkaca-kaca.

"Jangan deketin gue lagi!"

"Gue akan semakin dekat sama lo."

"Gue nggak suka!"

"Gue nggak perlu ijin lo, Ta."

"Lo akan nyakitin gue!"

Aksel terdiam cukup lama, menyadarkan dirinya sendiri untuk tidak terlalu mendesak Meta agar menerima perasaannya. Baiklah. Aksel tidak akan memaksanya, mungkin cara terbaiknya adalah terus berjuang. Siapa tahu takdir akan berpihak padanya, bukan pada Putra atau orang lain.

Melihat Meta hampir menangis, Aksel melangkah lebih dekat. Ia meraih sebelah tangan Meta dan menggenggamnya. Detik itu air mata Meta luruh, Aksel tau ada yang salah dengan kehidupan Meta sekarang. Karenanya ia bersikeras untuk terus di samping Meta, walau ia harus menerima sikap kejam Meta.

Aksel menatap mata Meta yang memerah, ia tersenyum lalu menggelengkan kepala. Meminta gadis di hadapannya agar tidak menangis. Sebelah tangan Aksel yang lain bergerak menghapus air mata di pipi Meta.

"Jangan hilang demi gue hama! Lo harus hidup untuk diri lo sendiri."

Isakan itu terdengar makin pilu, diikuti suara lirih Meta yang seakan merobek rongga perut Aksel. Rasanya menyakitkan melihat orang yang kita sayang menangis.

"Kalau gitu biarin gue masuk lebih dalam, Ta. Ijinin gue untuk ngebebasin jiwa lo yang terperangkap. Dengan begitu, gue nggak akan hilang. Gue akan selalu di pikiran lo. Gue selalu hidup dalam tiap tarikan napas lo. Bisa percaya sama gue?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!