~ REGANTARA, season 2 dari novel Dendam Atlana. Novel REGANTARA membahas banyak hal tentang Regan dan kehidupannya yang tak banyak diketahui Atlana ~....
Ditinggalkan begitu saja oleh Atlana tentu saja membuat Regan sangat kacau. Setahun lebih dia mencari gadisnya, namun nihil. Semua usahanya tak berbuah hasil. Tapi, takdir masih berpihak kepadanya. Setelah sekian lama, Regan menemukan titik terang keberadaan Atlana.
Disaat Regan merasakan bahagia, berbanding terbalik dengan Atlana yang menolak kehadiran Regan untuk kedua kalinya dihidupnya. Namun, penolakan Atlana bukan masalah. Regan memiliki banyak cara untuk membawa kembali Atlana dalam hidupnya, termasuk dengan cara memaksa.
Akan kah Regan berhasil? Atau malah dia akan kehilangan Atlana sekali lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balapan
Regan mengusap lembut rambut Atlana yang tengah tertidur dalam pelukannya. Tadi, gadis itu tak henti-hentinya menangis sambil menceritakan apa yang sebenarnya ia alami pada Regan. Kali ini tidak ada yang ia tutupi dari lelaki itu. Karena kelelahan menangis, Atlana tak sadar terlelap dalam pelukan Regan yang berusaha menenangkannya.
Regan terdiam dengan pandangan lurus. Rahangnya sesekali mengeras ketika mengingat apa yang sudah terjadi. Atlana nya mengalami kesulitan, dan dia tidak berada di sisi gadis itu.
"Maaf," gumam Regan, lalu mengecup puncak kepala Atlana.
Mereka akan membayarnya. Batin Regan.
Cowok itu sedikit menundukkan wajahnya, menatap wajah lelap Atlana yang terlihat nyaman dalam dekapannya. Tangannya terulur menyingkirkan anak rambut Atlana. Dia kemudian mendaratkan satu kecupan lagi di kening Atlana. Setelah itu, Regan beranjak sambil menggendong Atlana, membawanya menuju kamar.
Regan membaringkan Atlana dengan lembut ke atas ranjang, lalu menyelimuti nya. Dia duduk di pinggir ranjang sambil memperhatikan gadis itu.
"Gue gak akan biarin lo pergi lagi kali ini. Baik karena kemauan lo sendiri ataupun karena paksaan orang lain. Lo milik gue. Dan selamanya harus tetap bareng gue."
Regan menundukkan wajahnya, memberi satu kecupan pada kening Atlana, lalu satu kecupan lagi pada bibir gadis itu. Tak lama kemudian, dia keluar dari kamar tersebut, mengambil kunci mobilnya dari kamar sebelah lalu meninggalkan apartemen itu.
***
Regan menghentikan mobilnya saat tiba di markas. Suasana halaman depan markas terbilang sepi. Hanya ada tiga motor dan satu mobil yang pemiliknya tentu saja keempat sahabatnya.
Regan melangkah tenang memasuki markas. Namun, aura dingin mencekam yang dipancarkan lelaki itu sungguh membuat keempat sahabatnya menatapnya dengan kening mengerut heran. Aura-aura untuk membunuh orang terlihat jelas di mata Regan sekarang.
"Ada apa?"
Suara rendah milik Erteza terdengar. Jika sudah seperti ini, maka hanya Erteza lah yang berani bertanya.
"Balapan. Gue yang turun."
"Lah? Kata lo gak bisa ikut. Kita udah suruh Andi yang turun. Yohan juga udah di ganti sama anak buahnya. Kita juga baru mau berangkat liatin si Andi," ucap Jovan, menyebut nama salah satu anggota mereka yang diutus untuk ikut balapan.
"Gue ga peduli." Regan langsung meninggalkan keempat sahabatnya usai mengatakan hal tersebut. Dia berjalan menuju kamarnya di lantai atas, membersihkan diri sejenak, mengenakan pakaian, lalu kembali menemui keempat sahabatnya.
"Ayo!" ucapnya lalu berjalan mendahului sahabat-sahabatnya yang masih terdiam di sofa.
Keempat cowok itu hanya bisa menatap punggung lebar Regan yang berjalan menjauh. Sudah bisa mereka tebak, pasti ada masalah serius yang mengganggu pikiran Regan.
"Kayaknya masalahnya berat nih. Regan gak biasa kaya gini," celetuk Leo.
"Gue juga pikirnya gitu. Kayaknya ada yang usik dia," sahut Jovan.
"Siapa pun lo yang udah buat Regan begitu, siap-siap dah mampus di tangan Regan," ujar Yudha.
Keempat sahabat Regan itu lalu bersama menyusul Regan.
Tak butuh waktu yang lama untuk tiba di arena balapan. Regan sudah lebih dulu berada di sana. Keempat cowok itu langsung saja mendekati Regan. Beberapa anak buah Regan yang ada di arena tersebut langsung mendekat, berkumpul di sekitar Regan. Salah satu dari mereka adalah Andi, anak buah yang disuruh untuk menggantikan Regan untuk balapan.
"Gue pikir, lo takut balapan sama gue," celetuk seorang cowok yang merupakan musuh Regan, Yohan. Cowok itu mendekat sambil tersenyum remeh pada Regan.
Regan menatapnya dingin. Sorot tajamnya tak sedikit pun menunjukkan jika tengah meladeni ocehan tak jelas milik Yohan. Dan itu berhasil membuat Yohan berhenti menghentikan basa-basinya.
"Oke. Taruhannya apa?"
"Mobil."
"Oke. Kalau lo kalah, gue sendiri yang pilih mobilnya."
"Oke."
Yohan langsung bersorak senang. Mobil sport milik Regan banyak, entah dibeli atau memang dari menang balapan. Dan untuk kali ini, dia harus bisa menang.
Dia sudah membayangkan memiliki mobil sport milik Regan yang sudah lama ia incar. Tapi jika kalah, dia harus merelakan mobilnya untuk dibawa pulang Regan.
Sementara Regan, dia memasuki mobilnya dengan tenang dan menjalankannya hingga berada tepat di garis start. Tak lama, Yohan juga ikut memposisikan mobilnya di garis start bersama mobil Regan.
Seorang perempuan melangkah sambil melenggok dengan pakaian seksi yang dikenakannya, seolah tengah menggoda semua yang ada di tempat itu.
Tangannya memegang sebuah bendera dan mengangkatnya. Wanita itu mulai menghitung mundur. Dan tepat saat menyebut angka satu, bendera ia lepaskan dan Yohan melaju dengan cepat mendahului Regan.
Sementara Regan, dia menatap tajam mobil Yohan yang berada cukup jauh di depannya. Hingga beberapa detik kemudian, dia memaksimalkan kecepatan mobilnya dan melesat dengan cepat mengejar Yohan.
Tepat saat itu, sorak para penonton yang mendukung Regan menggema. Bahkan Leo, Yudha, juga Jovan sampai menggelengkan kepala. Dan Erteza, dia tersenyum tipis sambil bersandar santai. Hasil sudah bisa dipastikan, Regan lah pemenangnya.
Sedangkan di jalanan sana, Mobil Regan melaju mendahului Yohan. Cowok itu sampai terkejut melihat mobil Regan menjauh di depannya. Dengan perasaan kesal, Yohan menambah kecepatan mobilnya hingga berhasil menyusul Regan.
"Haha... Lo mending kalah aja!!" teriak Yohan percaya diri saat mobilnya sejajar dengan mobil Regan.
Regan tak membalas, hanya menatap sekilas dengan sorot tajamnya. Yohan sudah pasti semakin kesal melihat respon Regan. Regan sangat pandai mengontrol dirinya. Sangat susah ia untuk memprovokasi Regan.
"Ingat! Gue mau bugg— sialan!!"
Yohan mengumpat keras saat Regan menambah kecepatan mobil, melesat meninggalkannya yang tengah berbicara. Tak ingin ketinggalan, Yohan juga semakin menambah kecepatan mobilnya.
"Regan sialan!!"
"Gue pasti in bakal bikin lo kalah!!"
Yohan berteriak frustasi dalam mobilnya. Dia lagi-lagi menambah kecepatan laju mobilnya hingga mencapai kecepatan tertinggi. Namun begitu, dia harus menerima kekalahannya ketika mobil Regan menyentuh garis finish terlebih dahulu. Sorak gembira para pendukung Regan mengalun di arena balapan tersebut.
Regan turun dari mobilnya dan langsung disambut oleh keempat sahabatnya. Mereka melakukan tos khas yang sering mereka lakukan. Beberapa anak buah Regan yang ikut menyaksikan pun ikut dalam moment tersebut.
"Gila lo, Gan!" Yudha berdecak kagum sambil menggelengkan kepalanya.
"Gue bangga sama lo," ucap Jovan sambil menepuk-nepuk pelan punggung Regan.
"Woy, Yohan! Mobil, jangan lupa!" teriak Leo pada Yohan yang baru tiba dan turun dari mobilnya. Sontak teriakan Leo mendapat tatapan tajam tak suka dari cowok itu.
"Lain kali jangan Regan! Sekali-kali sama gue, atau yang lain. Kayaknya lo belum pantas saingan sama Regan!" lanjut Leo. Semua yang mendengar pun tertawa.
Hal itu membuat Yohan tersulut. Dengan langkah lebar cowok itu mendekati perkumpulan Regan.
"Diem, anjing!" umpat Yohan. Ketika tangannya hendak meraih Leo, tangannya dengan cepat dicekal Erteza.
Dia menatap kesal pada cowok yang tak begitu banyak bicara itu.
"Brengsek!" ucapnya kasar. Setelah itu, dia menepis tangan Erteza Lalu berbalik menjauh dari kerumunan itu.
Awas aja lo Regan. Gue bakal balas lo! Batin Yohan