Namanya Tegar, pemuda dengan pembawaan ceria tapi hatinya penuh dengan dendam.
Di depan kedua matanya, Tegar kecil harus menyaksikan kedua orang tua meregang nyawa dan kakaknya digilir di rumahnya sendiri, oleh sekelompok orang.
Yang lebih menyakitkan, para penegak hukum justru tunduk pada orang-orang tersebut, membuat dendam itu semakin dalam dan melebar.
Beruntung, Tegar mendapat keajaiban. Sebuah sistem dengan misi layaknya pesugihan, Tegar menemukan jalan yang bisa dia gunakan untuk melampiaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Awal
Hai, Josh," sapa seorang wanita kepada anak muda yang baru saja merespon panggilan video yang dilakukan wanita itu.
"Loli? Ini serius kamu?" Josh agak ragu dan dia memang harus memastikan.
"Menurut kamu?" Wanita yang dipanggil Loli malah balik pertanya. "Apa aku seperti wanita lain?"
"Bukan, bukan begitu," Josh agak tergagap. "Kamu ganti nomor ponsel apa gimana? Tadi aku sempat kaget, waktu ada nomer asing masuk?"
"Oh..." balas Loli. "Tidak, ini nomer aku yang lain. Aku kan punya ponsel lebih dari satu."
Josh tersenyum lebar. "Iya, aku tahu," balas Josh tanpa curiga. "Terus kenapa kamu nggak pakai pakaian sama sekali? Apa kamu sengaja ingin memamerkan semua aset pribadimu?" Pikiran Josh pun mulai nakal.
"Tidak, tadi aku habis mandi," kilah Loli. "Tapi kalau kamu mau? Kamu kesini aja," wanita itu malah menawarkan diri.
"Ke sini kemana? Emang kamu lagi nggak di rumah?" Josh mulai penasaran. Jiwa laki-lakinya juga mulai menggeliat.
"Kebetulan aku ada di hotel Abcd, semalam habis pesta dan lagi malas pulang," balas Loli. "Kalau kamu mau ke sini, datang aja. Temenin aku."
"Serius nih? Aku boleh kesitu?" Josh langsung memastikan dengan penuh harap.
"Kalau tidak serius ngapain aku telfon kamu?" balas Loli. "Tapi kamu ngajak Moko sama Dito juga ya? Biar ramai?"
"Hah! Kamu mau main ramai-ramai?" Josh agak terkejut.
"Bukankah kalau main rame-rame lebih seru ya? Daripada main berdua?" Loli malah semakin menantang.
"Wah, nggak beres nih cewek. Ya udah, nanti aku kabari Mereka berdua. Kamu tungguin aja. Sekitar tiga puluh menit. Kamu kirim, nomer kamar yang kamu, biar nanti aku bisa langsung masuk kalau sudah sampai hotel."
"Oke!" Panggilan video pun berakhir.
"Bagus!" Puji seorang pria muda kepada wanita yang baru saja melakukan panggilan video. Pria itu cukup puas karena apa yang dia rencanakan, berjalan dengan baik. "Akting kamu keren banget, Za. Benar-benar tidak mencurigakan."
Sosok wanita yang sebenarnya biasa dipanggil Fiza seketika tersenyum. "Semuanya berkat anda yang serius mengajari saya, Tuan."
Pria muda yang akrab dipanggil Tegar langsung terkekeh. "Tapi kamu juga sangat hebat. Padahal kamu hanya makhluk buatan, tapi sikap dan tingkah kamu benar-benar persis manusia."
Fiza masih setia dengan senyumnya. "Setelah ini, apa rencana anda selanjutnya?"
"Seperti yang aku katakan tadi, kamu tetap berpenampilan seperti ini, tarus nanti..." Tegar kembali menerangkan rencana selanjutnya secara terperinci.
"Baiklah, saya paham, Tuan."
"Oke," balas Tegar. "Kalau begitu aku keluar dulu. Nanti, jika dalam tiga jam kamu tak kunjung datang menemuiku, aku akan nonaktifkan tombol ready nya, oke?"
"Siap, Tuan."
Balasan Fiza membuat Tegar riang bukan main. Meski ada rasa kasihan dan tidak tega kepada Fiza karena harus menghadapi tiga pria muda. Semua itu terpaksa Tegar lakukan demi memberi pelajaran pada musuh-musuhnya.
Sesuai dengan ucapan yang dikatakan dalam sambungan telfon, Josh akhirnya sampai di hotel bersama dua pria lainnya yang diinginkan Loli palsu.
Awalnya kedua pria itu juga tidak percaya kalau Loli mengajak mereka main di hotel. Namun entah apa yang dikatakan Josh sehingga dua pria itu mau ikut bersamanya.
Tak jauh dari sana, nampak seorang anak muda tersenyum puas begitu melihat kedatangan tiga anak muda, yang merupakan anak dari musuh-musuhnya.
Usaha Tegar dalam merancang sebuah rencana, benar-benar teliti dan terbilang cukup brilian. Meski semua itu juga ada campur tangan dari sistem yang didapatkan Tegar, namun tidak bisa dipungkiri, kalau Tegar memanfaatkan keajaiban yang dia dapat, sebaik-baiknya.
Tegar menunggu di sebuah taman yang lokasinya tidak jauh dari hotel tempat Fiza menjalankan aksinya. Meski agak jenuh karena berada di taman sendirian, Tegar sebisa mungkin bertahan sesuai dengan waktu yang disepakati.
Untuk mengurangi rasa jenuh, Tegar memilih merancang rencana lain sekaligus menjalankan salah satu misi dari sistem. Tegar mencari orang-orang yang benar-benar membutuhkan pertolongan di sekitar tempat dia berada.
Hingga dua jam lebih beberapa menit kemudian.
"Tugas sudah saya laksanakan dengan baik, Tuan," tiba-tiba suara Fiza terdengar tepat di sebelah kiri Tegar, sembari menunjukan ponsel yang Fiza bawa.
"Benarkah?" Anak muda itu sontak terkejut. "Baguslah," tak lama setelah itu, senyum puat tercetak jelas pada bibirnya. "Sekarang kita pulang, kita tunggu, bagaimana hasilnya nanti."
"Baik, Tuan."
Tegar pun melangkah menuju tempat pemberhentian angkutan kota yang akan mengantar dia menuju daerah tempat tinggalnnya.
Beberapa belas menit kemudian, ketika Tegar telah sampai gang yang menuju rumahnya, sebuah pick up berhenti tepat di depan gang tersebut.
"Mencari rumahnya Tegar ya, Mas?" terka Tegar pada pria yang baru turun dari mobil tersebut.
"Oh, iya, Mas," pria itu nampak kaget.
"Kebetulan saya sendiri orangnya, Mas," balas Tegar sambil cengengesan.
"Owalah," pria itu pun ikut tertawa.
"Rumah aku yang itu, Mas, yang cat biru," tunjuk Tegar.
"Ya, oke!" Pria itu lantas mengajak rekannya untuk menurunkan motor yang mereka angkut.
"Wuih, motor baru nih," tiba-tiba ada suara lain menghampiri Tegar. "Kontan apa kredit, Gar?"
"Kontan, Ri," balas Tegar. "Kamu mau kemana?" tanya anak muda itu pada temannya.
"Ke rumah kamu lah, mau mengantar uang," jawab sang Teman, yang tak lain adalah Rio.
"Loh, emang jualannya udah habis?" Tegar malah terkejut karena ini masih sore.
"Yah, berkat bantuan promosi dari kamu juga, dagangan Bapak bisa habis lebih cepat."
"Ya syukurlah," Tegar senang mendengarnya. "Ya udah yok, kita ngomomg di rumah aja."
Rio mengangguk setuju.
Setelah urusan motor barunya selesai, kini Tegar tinggal menyelesaikan urusannya dengan Rio. Dari untung yang didapat sebesar enam ratus ribu, Tegar hanya mengambil dua ratus ribu saja. Awalnya Rio kaget dengan keputusan Tegar, tapi setelah diberi penjelasan, Rio jadi merasa terharu.
####
Sementara itu, di tempat lain, terlihat seorang gadis remaja sedang menangis dengan sorot mata, tersirat sebuah ketakutan yang luar biasa.
"Ampuni saya, Tuan, ampuni saya. Saya janji, saya tidak aka mencoba kabur lagi, Tuan, saya mohon, ampuni saya," rintih gadis itu sambil berlutut dan menangkup kedua tangannya.
"Ampun? Kamu mau saya ampuni?" ucap seorang pria. "Oke, kamu akan saya ampuni, tapi, kamu harus layani aku dulu, mengerti?"
Gadis itu langsung menggeleng. "Jangan, Tuan, aku mohon, jangan."
"Kamu pikir aku peduli? Cih! Justru penolakanmu membuatku semakin semangat." Pria itu langsung menarik rambut gadis itu.
"Aaaaa....." sang gadis semakin merintih ketakutan dan kesakitan, sedangkan pria berusia sekitar 45 tahun itu, manyeringai penuh kebahagiaan.
Di saat bersamaan, ponsel dalam saku pria itu berdering dan bergetar. Dengan kesal pria itu segera merogoh sakunya dan memeriksa pesan yang dia dapatkan.
Raut wajah pria itu seketika berubah begitu matanya menyaksikan sesuatu dari pesan yang dia terima.
lanjut thor