Fanya dipertemukan oleh dua laki-laki yang lebih muda darinya,benar-benar membuat hidupnya begitu berliku.Perjalanan asmara yang rumit tak lepas dari ketiganya.Bagaimana kisah selanjutnya?
Meski Lo mutusin buat pisah,satu hal yang harus Lo tau,gue kan tetap nunggu Lo.Sama seperti dulu,gue gak akan dengan mudah melepas Lo gitu aja,Fanya.Sekalipun nanti Lo bersama orang lain,gue akan pastiin pada akhirnya Lo akan tetap kembali bersama gue.Ingat ini Fanya,takdir Lo cuma buat gue,bukan untuk orang lain - Baskara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh
Setelah acara selesai Al mengantarkan Fanya pulang ke rumah.Bahkan Al juga membantunya berjalan menuju kamarnya.Setelah itu Al pamit karena ia memiliki janji dengan orang lain setengah jam lagi.
Ibunya yang melihat Fanya cedera langsung menghampirinya dengan wajah begitu khawatir.
"Aku gak apa-apa, Bu, "ucap Fanya menenangkan ibunya yang duduk di sampingnya.
"Kenapa bisa jatuh hah?" tanya Risa dengan nada tinggi namun masih terdengar khawatir.
Fanya menunjukkan deretan giginya. "Aku lagi gak fokus,terus pas mau ke toilet gak liat kalau ada lubang.Aku jatuh, tapi udah gak apa-apa.Kaki aku juga udah diurut sama temannya Al."
"Kenapa gak dibawa ke tukang urut aja?atau gak di bawah ake dokter? Ibu khawatir kalau temen Al itu cuma asal urut doang."
"Gak usah Bu,katanya tiga hari juga kaki aku udah sembuh.Kalau lebih dari tiga hari gak ada perubahan baru kita ke dokter,"ujar Fanya.
Risa menatap anaknya dalam diam.Fany sendiri terlihat gugup ditatap seperti itu oleh ibunya.
"Ibu kenapa?kok liatin aku sampai segitunya?" tanya Fanya.
"Pasti ini gara-gara kamu putus sama Baskara dan Sagita marah sama kamu ya?" tanya ibu sambil memicingkan matanya.
Fanya sangat terkejut, kenapa ibu bisa mengetahui hal itu
"Ibu tau dari mana?" tanya Fanya berusaha untuk tenang.
"Nak,aku ini ibu kamu.Ibu tau kapan kamu sedih,seneng dan marah.Kamu pikir ibu gak merhatiin kalau akhir-akhir ini kamus sering jalan sama Baskara.Awalnya ibu pikir kamu memang dekat dengan Baskara dari kecil,tapi liat wajah kamu yang cerah dan tatapan kamu yang terlihat berbeda dari biasanya membuat ibu menyimpulkan kalau ada sesuatu antara kamu dengan Baskara.Dan beberapa hari ini kamu juga keliatan murung dan selalu mengurung diri di dalam kamar, ibu juga tau pasti kamu sedang ada masalah,"jelas Risa.
Fanya menundukkan kepalanya."Maaf ya,Bu.Kau nyembunyiin ini semua sama ibu,"ujar Fanya merasa bersalah.
"Beberapa hari yang lalu juga Siska nelepon ibu.Dan dia menceritakan tentang Sagita yang marah karena kamu pacaran sama adiknya dan kalian sembunyikan hubungan itu dari dia.Kamu dan Baskara bertengkar lalu kalian putus.Siska juga bilang kalau Sagita dan Baskara sampai hari ini belum saling bicara,"ucap Risa.
Fanya menitikkan air mata dengan linangan kesedihan yang mendalam. Ibunya menatapnya dengan tatapan iba dan penuh kecintaan, lalu dengan lembut menghapus air mata yang mengalir di wajah putrinya. Seolah ingin menghilangkan beban duka yang menyesakkan dada anaknya itu.
"Aku harus gimana,Bu?"ujar Fanya terisak.
"Kamu udah coba bicara sama Sagita?"
"Udah,Bu.Tapi dia tetap marah sama kau.Makanya aku gak berani datangin dia lagi karena aku takut Sagita makin marah sama aku."
"Yang namanya sahabat itu,pasti ada masanya untuk bertengkar.Tapi ibu yakin,kamu sama Sagita akan segera berbaikan.Biasanya juga begitu kan?"ucap Siska.
"Tapi ini beda,Bu.Aku dan Sagita gak pernah marahan lebih dari dua hari.Sedangkan sekarang,kita bahkan udah gak saling bicara hampir satu Minggu,"ucap Fanya sambil cemberut.
"Terus Baskara gimana?"
Fanya menghela napas berat.
"Aku gak tau,Bu.Tapi kalau di pikir lagi,lebih baik aku gak berhubungan sama Baskara lagi" ucap Fanya lirih.Ibu menatapnya dengan lembut.
"Yasudah, Ibu yakin kamu tahu apa yang terbaik untuk dirimu sendiri. Mau kamu bersama Baskara atau tidak, yang penting kamu menerima keputusan itu dengan baik. Kamu tidak akan bisa menjalani hidup dengan baik jika kamu tidak menerima keputusanmu sendiri dengan lapang dada," pesan Ibunya.
"Iya Bu,"ucap Fanya dengan senyum terpaksa.
Fanya dan ibunya tersentak kaget saat seseorang mendorong pintu kamarnya dengan keras. Mata Fanya membulat melihat sosok Sagita berdiri di sana, dengan wajah basah oleh air mata. Dalam isak tangis yang pilu, Sagita menatap Fanya, kemudian berlari ke arahnya dan memeluknya erat-erat. Tak mengerti apa yang terjadi, Fanya menoleh pada ibunya yang tersenyum simpul, kemudian mengangguk seolah memberi isyarat bahwa ia mengerti situasi ini. Dengan lembut, ibunya pun meninggalkan kamar itu, membiarkan Fanya dan Sagita menyendiri.
Sagita masih menangis dengan keras di pelukannya,dengan wajah yang masih terlihat kebingungan ia membalas pelukan sahabatnya itu.Sedetik kemudian,Fanya ikut menangis dan mereka pun menangis sambil saling memeluk.
"Lo gak kerja,Git?"tanya Fanya ketika tangisannya sudah reda.
Sagita melepas pelukannya,ia menatap wajah Fanya lalu menggeleng."Gimana gue bisa fokus kerja pas dapet kabar kalau lo jatuh,"ujar Sagita masih setengah terisak.
Fanya terkekeh kecil. "Oh,jadi gue musti jatuh dulu baru Lo bersedia ketemu gue,"canda Fanya.
Sagita menggeleng dengan cepat."Gak gitu, ih,"ujar Sagita.
Fanya semakin terkekeh,Sagita ini lebih tua darinya tapi kenapa perlakuannya malah seperti dia yang lebih tua?
"Gue minta maaf ya,karena gue udah jahat sama Lo,"ujar Sagita kembali terisak.
Fanya mengusap pelan bahu Sagita,mencoba menenangkan gadis itu."Gue juga minta maaf karena gak mikirin perasaan Lo,"ujar Fanya.
Sagita mengangguk."Gue denger dari Al,Lo jatuh pas kemah kemarin.Makanya gue izin gak masuk kantor dan langsung ke sini."
"Iya,tapi gak apa-apa kok,"ujar Fanya.
"Dasar ceroboh,mana ada yang luka gak?" tanya Sagita.
Fanya menunjukkan telapak tangannya dan kakinya pada Sagita.Lagi-lagi Sagita terisak.
Fanya menatap Sagita yang lagi-lagi menangis.
"Pasti sakit ya?" tanya Sagita sembari mengusap perban di tangannya.
"Lebih sakit pas Lo marah sama gue,Git." ujar Fanya sambil tersenyum kecil.
Mendengar itu, Sagita malah semakin terisak. Fanya menghela napasnya,gadis itu memang benar-benar cengeng.
"Udah,jangan nangis terus.Lagipula gue gak apa-apa kok,"ujar Fanya.
"Maafin gue ya,Nya.Maaf karena gue udah marah sama Lo.Gue cuma gak terima saat tau Lo pacaran sama Baskara,padahal kita udah sama-sama janji untuk gak punya hubungan dengan saudara masing-masing.Terlebih Lo sama Baskara,usia kalian terlalu jauh buat pacaran." ujar Sagita .
"Iya gue tau.Gue juga minta maaf karena pacaran sama Baskara.Harusnya gue bisa menahan perasaan gue dan gak berhubungan sama dia.Tapi Lo tenang aja,gue udah putus sama dia."
"Lo putus sama Baskara?" tanya Sagita memastikan.
Fanya mengangguk memaksakan diri untuk tersenyum.Sagita juga menatapnya lalu balas tersenyum.
"Tapi Lo gak apa-apa kan kalau putus sama dia?",tanya Sagita.
"Gue gak apa-apa ,"dusta Fanya.
Tak bisa dipungkiri bahwa ia masih terluka karena perpisahan dengan Baskara. Bukan sekedar rasa sakit yang biasa, namun luka yang dalam, menusuk jauh ke inti hati. Tapi mau bagaiman lagi,ia tidak mau persahabatan yang sudah dibangun sejak kecil ini hancur hanya karena seorang laki-laki.Biarlah,jika memang Baskara sudah menjadi takdirnya,pasti nanti akan ada jalannya untuk mereka kembali bersama.
"Lo,serius?"tanya Sagita memastikan.
Fanya mengangguk,sambil menunjukkan senyuman palsunya.
"Lega gue dengernya."
"Cowok di dunia masih banyak dan gue bisa cari.Tapi nyari sahabat yang kayak Lo,gak akan semudah itu gue dapetin," ucapnya.
Sagita tersenyum lalu kembali memeluknya."Lo tenang aja gue bantu ceri cowok buat Lo."
Setelah itu semua ucapan Sagita hanya bagaikan angin lalu,ia tidak banyak menanggapi apa yang gadis itu ucapkan.Ia terlalu sibuk menahan hatinya yang sakit karena apa yang ia ucapkan tidak sesuai dengan apa yang ia rasakan.
Di lain tempat,,
"Gimana keadaan Fanya?Apa ada yang luka? Kenapa bisa sampai jatuh si?"tanya Baskara pada orang di depannya.
"Santai,nanya nya satu-satu.Dia jatuh,kakinya terkilir tapi udah langsung diurut sama temen gue tadi malam,selain itu ada beberapa memar di kakinya dan ya tangannya juga sedikit terluka,tapi udah diobati semalam sama petugas kesehatan,"ucap orang itu.
"Kenapa bisa sampai jatuh si?!" desis Baskara.
"Gue denger dari Fanya langsung,dia lagi gak fokus.Tanpa gue kasih tau alasannya, Lo udah tau sendiri apa alasannya."
Baskara melirik sebal ke arah orang itu.
"Tapi Lo anterin dia pulang kan?" tanya Baskara lagi.
"Iya gue anterin dia pulang,sampai depan rumahnya.Bahkan gue yang bantu dia jalan ke kamarnya."
Baskara mendengus.
"Gue nitip Fanya lagi ya,"kata Baskara dengan terpaksa.
Baskara menghela napas berat.Rasanya ia begitu kesal.Bisa tidak si? Gadis itu tidak membuatnya khawatir? Dan yang lebih menyebalkan adalah dia tidak bisa mengabaikan Fanya,padahal gadis itu sudah memilih untuk berpisah dengannya dan lebih memilih Sagita.
Sejujurnya,ia tidak berniat untuk meminta tolong pada orang yang ada di depannya ini.Tapi mau bagaimana lagi,tak ada yang bisa ia mintai tolong selain dia.Baskara mengembuskan napas sambil menatap Al yang berada di depannya.
"Lo tenang aja,bahkan tanpa Lo suruh pun gue akan tetap jagain dia."