Seorang gadis mandiri yang bernama Permatasari Anindya atau biasa dipanggil Sari, selalu gagal dalam menjalin hubungan.
Namun saat, ia mantap dengan pilihannya, tiba-tiba malapetaka itu terjadi, persis di tengah keraguan pada kekasih pilihannya yang tertangkap basah tengah bersama wanita lain.
Malapetaka yang membawanya pada seorang pria brengsek, yang telah mengikatnya diam-diam. Pria brengsek yang mulai candu akan tubuh Sari.
Siapakah pria brengsek itu? Siapakah pria yang Sari pilih? dan apakah ia akan bahagia?
Simak lagi ya guys
"Istriku Canduku 2"
Part David Sari
sebelumnya "Istriku Canduku" Part Mario Inka.
Novel ini novel dewasa, mengandung unsur 21+
Mohon untuk bijak membacanya 🙏
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dia datang
Rama masih duduk di teras. Perasaannya campur aduk. Lalu Teguh dan Ratih menghampirinya.
“Maafkan puteri ibu ya, Nak.” Ucap Ratih yang sudah duduk bersama Rama.
Teguh pun duduk di sana.
“Kami tidak tahu apa yang terjadi pada kalian. Sari pun tidak pernah cerita. Tapi sepertinya Sari sudah tidak bisa di bujuk.”
Rama menengadahkan kepalanya, setelah lama tertunduk di meja itu.
“Maafkan, Rama bu, yah.” Ucap Rama pada Teguh dan Ratih.
Teguh menepuk pundak Rama. “Begitulah Allah mengatur jodoh. Walau kelihatannya sudah di depan mata, tapi kita masih tidak bisa memastikan itu jodoh kita.”
Rama terdiam. Seketika malam itu begitu sunyi, hanya hembusan angin dan suara jangkrik yang terdengar di sana.
“Nak, kamu menginap di sini? malam sudah semakin larut.” Ucap Ratih.
Tiba-tiba Ardi datang.
“Dia orang kaya, Bu. Dia bisa tidur di hotel.”
“Ardi.” Mata Teguh membulat karena ucapan lancang puteranya.
“Ardi, kamu ngga sopan.” Ratih membawa Ardi masuk ke dalam.
“Maaf ya, nak.” Ucap Teguh pada Rama. Rama hanya menatap Ardi tak percaya.
Ia yakin adik Sari ini mengetahui detail apa yang terjadi, karena sebelumnya Ardi adalah anak lelaki yang manis.
Setelah kepergian Rama, suasana rumah Sari semakin tegang. Semua anggota keluarga diam di kamarnya masing-masing. Teguh dan Ratih pun tak berani bertanya lebih jauh pada sang puteri, karena Sari lebih banyak diam.
****
“Hey.” Ardi mengagetkan Sari yang sekarang sering malamun.
“Eh, kamu ngga sekolah?”
“Sekarag hari Minggu, mba.”
“Eh emang iya?” Elak Sari
“Yang udah pengangguran, sampe lupa hari.”
Sari memukul lengan sang adik.
“Jalan yuk, mba.” Ardi menarik lengan sari.
“Kemana?”
“Ya, jalan-jalan aja.”
Ardi sudah siap di atas motor matic nya. Ia pun memakaikan sang kakak helm.
“Kamu so sweet banget sih, Dek. Sama pacarmu juga seperti ini?” Tanya Sari mellihat perhatian sang adik, saat memakaikannya helm.
Ardi mengangguk. “Iya donk.”
“Ih kecil-kecil udah punya pacar. Belum punya KTP.”
“Udah ya, mba. Ardi kan udah 18 tahun.” Mereka bercengkrama di atas motor.
Ardi menepikan motornya di sebuah minimarket.
“Kita beli minum dulu ya, mba. Haus nih.”
Sari mengangguk. “Okeh.’
Ardi memilih minuman yang ia mau, begitu pun Sari. David pun sudah berada di kota itu, sesuai janjinya kemarin yang akan datang ke tempat ini. Ia menagkap sosok Sari bersama seorang laki-laki yang memang ia tahu adalah adiknya.
“Mba, masih punya uang kan walaupun udah pengangguran?” Tanya Ardi meledek saat ia berdiri di depan kasir, ingin membayarkan barang yang tadi ia ambil.
“Berapa?” Tiba-tiba seorang pria mengulurkan uang ratusan ribu pada kasir itu.
Sari dan Ardi menoleh. Sari terkejut melihat sosok David yang berdiri persis di sampingnya. Pria berwajah tampan dengan badan tinggi tegap.
“Ayo pergi. Dek.” Sari menarik lengan Ardi.
“Tungga, mba. Minuman aku.”
“Eh iya, mas. Makasih ya.” Ardi mengangkat minuman yang tadi ia ambil dan di bayarkan David.
David tersenyum.
“Kamu ngapain sih, senyum sama dia.” Ucap Sari ketus saat mereka sudah berada di luar.
“Aku terkesima, mba. Tuh cowok ganteng banget ya. Aku sebagai laki-laki aja kagum, badannya juga oke banget.” Kata Ardi.
“Apaan sih. Ya udah pulang.”
“Eh mba, tuh cowok masih ngeliatin kita.” Kata Ardi lagi.
Ya, saat ini David tengah memperhatikan Sari dari jarak yang cukup dekat, sambil tersenyum licik, berdiri di depan mobilnya.
“Orang gila.” Ucap Sari dan menyuruh Ardi untuk berjalan lagi.
Setelah berkeliling bersama Ardi, Sari pun pulang kerumah. Ia membuka gerbang rumahnya.
“Mba ini bukannya mobil cowok bule yang di minimarket itu?” Tanya Ardi, membuat Sari ikut mengeryitkan dahinya.
Ardi dan Sari masuk ke dalam rumahnya.
“Assalamuala..” Ucapan Sari tertahan karena melihat sosok pria yang telah merenggut kehormatannya duduk bersama sang ayah.
“Eh, Sar. Kamu sudah pulang.” Sapa Ratih.
“Eh, mas kan yang di..” Ucap Ardi terpotong.
“Iya, saya pacarnya Sari.” Sari semakin mengeryitkan dahinya, mendengar David memperkenalkan diri pada keluarganya.
Sari menatap tajam David, begitupun dengannya. Sehingga mereka saling bertatapan.
“Ekehm.” Teguh membuyarkan tatapan kedua lawan jenis itu, tapi Ratih malah senyum-senyum sendiri.
“Yuk, bantu ibu buatin minum untuk nak David.”
“Dia pacarmu, mba?” Tanya Ardi berbisik.
Sari masih diam, karena di sana ada sang ibu.
“Walah ternyata, kamu menolak nak Rama, karena memilih lelaki ini. Pantas saja nak Rama di tinggal, lah wong nak David ganteng banget.” Ratih menyenggol lengan Sari.
“Apaan sih, bu.”
“Udah sekarang ngga ada rahasia-rahasiaan. Cerita sama ibu. Karena tadi nak David meminta pada ayahmu untuk segera menikahkan kalian.”
Prank
Sari sangat terkejut hingga menjatuhkan piring yang ia pegang. Untung saja piring itu terbuat dari melamin yang tak mudah pecah.
Saat Ratih tidak berada di dapur, Sari memberi kode pada Ardi.
“itu dia orangnya, Dek.”
“Apa, mba?”
“Itu orang yang memaksa mba di hotel, yang...” Lidah Sari enggan untuk mengucap yang ia maksud.
“Apa? Jadi dia orangnya?”
“Iya, katanya kamu mau pukul orang yang udah nyakitin mba.”
“Iya, tapi badannya lebih gede dari aku, mba. Aku takut yo mba. sama pintu rumah kita aja, masih tinggian dia mba.”
“Halah kamu, katanya mau jagain mba, mau lindungin mba.”
“Lagian ganteng begitu mba, kalau dia mau bertanggung jawab, ya udah sih mba, nikah aja sama dia.”
“Ngga mau, enak aja. Mending aku pergi dari sini.” Ucap Sari tak terima. Ia jijik dengan wajah David.
“Nduk, kok masih di sini. Ayo ke depan!” Tiba-tiba suara Ratih terdengar lagi dan menarik lengan Sari untuk bersama ke ruang tamu.
Sari duduk di depan David, ia duduk persis di samping sang ayah.
“Nak, David meminta ayah untuk menikahkan kalian. Jadi kalian sudah kenal lama? Apa kamu selingkuh dari nak Rama?”
Sari menggeleng. “Tidak ayah, aku dan Rama memang sudah tidak cocok.”
“Ayah bingung, ini Sar. Masalahnya kamu dan Rama baru bertunangan bulan kemarin. Ini masa mau nikah sama pria yang lain.”
David terus saja memandangi Sari. Sari pun membalas tatapan itu dengan tajam. Namun, David kembali mengulas senyum.
“Ayah, jangan dengerin dia! Sari ngga kenal dia yah.”
“Lah ini bagaimana sih? Ayah bingung.”
“Apalagi ibu, yah.”
Lalu, Sari menarik paksa lengan David dan membawanya keluar.
"Aww.." David meringis saat kepalanya terbentur rangka atas pintu rumah itu, saat Sari menggiring paksa tubuhnya.
"Uuhh.." Sontak Teguh, Ratih, dan Ardi ikut meringis bersamaan, melihat pria bule itu terbentur.
David masih mengelus dahinya, hingga ia sampai di luar dan berhadapan dekat dengan Sari.
“Mau apa kamu? Hah? Jangan ganggu aku!” Ucapan Sari penuh penekanan. Wajahnya memerah karena marah.
David tersenyum. “Kamu semakin cantik kalau marah.”
“Pria gila.” Sari melepas tangannya yang masih menempel pada lengan David, tapi David malah sengaja agar tangan Sari tetap menempel pada lengannya.
“Kok ngga di tarik lagi.” Ucap David, sambil melihat ke arah lengannya.
Sari semakin malas. Ia benar-benar tak habis pikir.
“Kalau kamu masih ganggu aku, akan aku perkarakan kejadian malam itu.”
“Kamu ngga akan berani.” Jawab David santai.
“Ish.” Sari mengepalkan tangannya ke atas, ingin sekali ia memukul pria ini.
“Apa salah aku padamu, pak. Mengapa kamu lakukan ini, hah?” Sari masih memanggil David ‘pak’ karena dahulu ia adalah kliennya.
“Salah kamu, sudah membuatku tertarik.”
“Aku?” Sari menunjuk pada dirinya sendiri. Ia tak percaya seorang David bisa tertarik padanya yang hanya gadis biasa.
“Bulshit.” Sari memalingkan tubuhnya.
Lalu, David mendekati Sari dan berkata persis di belakang telinganya. “Aku rindu tubuhmu.”
jd lah orang yg bisa menghargai pemberian orang lain, e tah itu ber harga (mahal) atau nggak (murah)