Dia yang memberiku kehidupan.. tapi justru dia sendiri yang menghancurkan hidupku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Aprinsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 20
Pagi ini Bagas dan juga Sinta bersama-sama mengantarkan anak semata wayang mereka ke sekolah. Sungguh pemandangan yang sangat harmonis.
“Ingat ya, jadi anak yang baik. Belajar yang rajin dan jangan lupa habiskan bekalnya oke.”
Perintah Sinta kepada jagoan kecilnya sembari mencium kening sang anak saat berpamitan untuk masuk ke dalam lingkungan sekolah.
“Oke mommy!”
“Papa belum di cium, sini cium Papa dulu!”
“Mmmuuaah. Bye bye mommy, Papa!”
Setelah sang anak masuk, merekapun meninggalkan lingkungan sekolah dan menuju kantor tempat sang istri bekerja. Karena Sejak kejadian semalam Bagas mengalami ketakutan jikalau sang istri, mengalami kejadian serupa saat di toilet restoran. Ia ingin menjaga sang istri dan memastikan bahwa tidak ada orang yang bisa mencelakainya selama dia berada di sampingnya.
“Sayang, nanti kita makan siang bersama ya. Mas yang jemput.”
“Apa tidak repot mas? Kenapa kita tidak janjian saja datang masing-masing ke tempat yang di sepakati.”
“Mas tidak merasa repot sama sekali. Masak jemput istri sendiri repot si,bkecuali kamu yang gak mau mas jemput?”
“Ih,mas gitu. Tentu saja mau,mau sekali. Hehe.”
“Mas benar-benar ingin menjaga kamu. Mas tidak ingin kejadian semalam terulang lagi.”
“Terima kasih ya mas. Aku sangat beruntung punya suami seperti mas.”
“Yang bener? Kalau begitu kiss dong!” Goda Bagas sambil menunjuk bibirnya meminta untuk di cium.
“Ihh mas gitu, fokus nyetir tu. Liat jalan jangan sampe nabrak mobil di depan.”
“Yey, mas sudah mahir nyetirnya. Sambil ciuman juga bakalan aman.”
“Ih apaan sih dasar!”
“Mana?”
“Apanya?”
“Kiss.”
“Emuah,” balas Sinta dengan memberikan kecupan kecil di pipi sang suami.
“Kok pipi? Mana cuma dikit lagi. Yang banyak dong.”
“gak mau!”
“Ayolah sayang”
“Gak mau!“
“Ahahaha….”
Sementara mereka berdua sedang bercanda gurau layaknya pasangan muda yang sedang jatuh cinta. Di waktu yang sama dan di tempat yang berbeda Sofi sedang meringkuk kedinginan di bilik toilet sambil menunggu pertolongan. Tubuhnya lemas karena energinya terkuras entah berapa kali ia mencoba untuk membebaskan diri keluar namun tak berhasil, serta suaranya yang kini serak setelah berulang kali berteriak selama semalaman.
Hingga pertolongan pun akhirnya tiba.
Lampu menyala tanda ada seseorang yang datang. Petugas kebersihan bersiap untuk membersihkan toilet. Namun di kejutkan oleh teriakan seorang wanita dari dalam bilik toilet.
“Toloong! toloong! Keluarkan aku dari sini!”
Sang petugas kebersihanpun langsung membuka dan membantu wanita yang bernama Sofi itu keluar.
“Mbak, apa yang terjadi? Jangan-jangan, mbak ini terkurung disini dari semalam!”
Alih-alih menjawab Sofi justru sibuk mencari handphonenya. Dan berhasil menemukan nya di lantai.
“Handphoneku!”
“Mbak, apa perlu saya antar kerumah sakit? Ucap sang perugas kebersihan itu.
“Kamu! Kamu harus menolongku! Cepat telephone mas Bagas dan bilang padanya aku pingsan disini. Suruh dia menjemputku!” Perintah Sofi pada perugas kebersihan itu.
“Pingsan? Tapi mbak kan nggak pingsan.”
“Sudah jangan banyak bicara, cepat telephone atau aku buat restoran ini tercemar!”
“Ba-baik.”
Sang petugas kebersihan mencoba menghubungi telephone Bagas berkali-kali, namun tidak di angkat juga. Itu karena Bagas dan Sinta kini sedang mampir ke sebuah toko kue membelikan karyawan nya beberapa kue untuk persiapan acara meeting yang akan di laksanakan siang nanti. Dan Bagas tidak sengaja neninggalkan handphonenya di mobil.
Setelah usahanya menghubungi Bagas gagal, iapun kini terpaksa menghubungi Bibi Salamah agar datang menjemputnya. Bibi Salamah datang kerestoran itu untuk menjemput Sofi, namun dengan raut wajah tak senang karena menganggap itu sangat merepotkan.
“Dasar wanita bodoh! Bagaimana bisa kau terkurung di sini. Merepotkan!” Ucap Bibi Salamah kesal.
“Bi, aku berkata jujur! Tubuhnya kekar dan tinggi. Jadi aku pikir bukan Sinta melainkan seorang laki-laki. Aku yakin dia seorang penjahat.”
“Bukankah disini ada cctv, kita laporkan saja pada polisi. Kita bisa melihatnya melalui rekaman video dan jadikan itu sebagai barang bukti.”
“Bi jangan! Sebelumnya aku melakukan itu pada Sinta. Jika kita melapor, aku takut mas Bagas tau apa yang aku lakukan pada Sinta.”
“Lalu apa rencanamu?”
“Bibi tolong hubungi mas Bagas. Suruh dia menjemputku. Aku akan berpura-pura pingsan agar dia bersimpati kepadaku. Lalu pelan-pelan aku akan merebut hatinya untuk bisa menguasai mas Bagas sepenuhnya.”
Lantas Bibi Salamah pun menghubungi sang keponakan , tanda ia setuju dengan rencana Sofi. Bagas yang baru saja keluar dari toko kue dan kembali ke mobilnya, melihat ada beberapa panggilan dari Sofi yang tidak terjawab. Membuatnya merasa penasaran.
“Ini dia menghubungiku sampai berkali-kali ada apa sebenarnya?” Gumamnya, namun masih bisa di dengar oleh sang istri.
“Siapa mas?”
“Oh, tidak. Cuma nomor asing. Mungkin rekan kerja mas,” bohong Bagas agar sang istri tidak marah dan cemburu. Baru saja ia menyalakan mesin mobilnya bersiap untuk melanjutkan perjalanan, tiba-tiba handphonenya kembali berdering. Namun kali ini bukan dari Sofi melainkan dari sang bibi.
“Halo Bibi?”
“Bagas. Cepatlah! Cepat kau datang ke restoran Nirwana! Sofi pingsan! Semalaman dia terjurung di toilet. Cepat!”
Mendengar itu Bagas sangat panik. Ia buru-buru langsung memutar haluan menuju restoran nirwana, tempat semalam mereka makan malam bersama. Pikirannya tertuju pada kata-kata terkurung di toilet. Hal sama yang di alami oleh sang istri. Ia menyimpulkan bahwa sebenarnya semalam, ada orang yang berniat jahat kepada Sofi namun salah sasaran kepada sang istri. Itu sebabnya Sinta di bebaskan. Dan itu artinya orang tersebut ingin mencelakai Sofi.
“Ada apa mas? Pelan-pelan mas nyetirnya bahaya!”
“Diamlah! Sofi dalam bahaya.”
Seketika Sinta terdiam karena Bagas yang tiba-tiba membentaknya begitu saja.
“Kau tahu, semalam itu target penjahat yang sebenarnya bukanlah kamu tapi Sofi! Mereka salah sasaran, itu sebabnya mereka melepaskanmu. Sial! Aku lalai menjaga Sofi dengan baik.”
Sinta terdiam. Ia sangat terkejut mendengar ucapan sang suami. Tak terasa air matanya menetes begitu saja. Sungguh ucapan itu begitu menyakiti hatinya. Apakah itu artinya sang suami masih menyimpan perasaan terhadap Sofi, sampai-sampai ia tidak menghiraukan keselamatan dirinya dan juga sang istri. Dengan menyetir membabi buta hanya agar cepat bisa menyelamatkan sang mantan kekasih.
Bagas turun dengan terburu-buru, bahkan meninggalkan sang istri begitu saja. Raut wajah panik dan khawatir begitu terlihat di dirinya. Sementara Sinta hanya bisa mengikuti dari belakang. Sinta menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa sang suami begitu sangat khawatir dan langsung membopong Sofi ke mobilnya. Di susul dengan dirinya dan Bibi Salamah di belakangnya dan langsung menuju rumah sakit terdekat.
Setelah sampai di rumah sakit pun sang suami masih tak menghiraukan nya. Bagas sibuk mengurus administrasi serta mondar mandir mengkhawatirkan Sofi yang sedang di periksa oleh sang dokter. Sementara dirinya hanya bisa duduk dan menunggu bersama sang bibi di ruang tunggu.
“Kau sudah lihat kan, bagaimana khawatirnya Bagas pada Sofi,” ucap Bibi Salamah mencoba membuat Sinta terpengaruh. Namun Sinta hanya diam seribu bahasa. Tanpa Bibi Salamah bicarapun sebenarnya ia sudah mulai ragu. Bagaimana ia melihat dengan mata kepalanya sendiri sang suami yang begitu mengkhawatirkan mantan kekasihnya tersebut. Ia ragu apakah suaminya hanya mencintainya atau juga masih mencintai sang mantan kekasih.
“Seharusnya kau paham Sinta. Siapa yang sebenarnya suamimu cintai. Bersiaplah untuk segera berpisah dengan suamimu. Karena setelah ini bibi yakin, Bagas tidak akan membiarkan Sofi seorang diri.”
Deg!
Kata-kata Bibi Salamah sungguh sangat menusuk di hati Sofi.
Si shinta bloon, si bagas pilnplan
jangan lupa mampir juga di novel aku
" bertahan luka"
Terima kasih