NovelToon NovelToon
PANGERAN MY BAD BOYFRIEND

PANGERAN MY BAD BOYFRIEND

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintamanis / Playboy / Basket / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: cipaaiinee

Baru menginjak kelas 12, ada saja hal yang membuat Syanza harus menghadapi Pangeran, si ketua Savero.

Ketua apanya coba, tengil gitu.


"Lo pikir, lo kodok bisa berubah jadi pangeran beneran, hah??" Ketus Syanza.
"Emang gue pangeran," balas Pangeran angkuh.
"Nama doang, kelakuan kayak setan!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cipaaiinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

Station Savero.

Tempat kumpul seluruh anggota Savero. Di mana mereka selalu merancang strategi, pendapat, saran, kritik untuk kemajuan gengnya.

Tidak hanya untuk berkumpul membahas perihal balapan ataupun hal aoa yang akan dilakukan oleh Savero. Namun, bagi semua anggota bahkan inti Savero pun menganggapnya sebagai rumah kedua atau bahkan ketiga.

Jika dari salah satu mereka mempunyai permasalahan baik itu keluarga, ekonomi, dan sebagainya. Pangeran yang merupakan ketuanya tidak membiarkan begitu saja. Ia mempunyai cara agar anak-anaknya bisa saling tolong menolong, menghargai, dan juga bekerja sama.

Kini, mereka tengah berkumpul di station setelah tawuran yang tiba-tiba terjadi akibat kecurangan dari ketua Lenox.

Asap rokok menjadi polusi tersendiri di ruangan itu, sudah makanan mereka jika tengah berkumpul. Bahkan minuman kaleng berserakan di atas meja.

Syanza yang baru pertama kali ikut ke station Savero, tentunya sudah menduga akan hal ini. Tetapi, tetap saja jika dalam bayangan dan kenyataan sungguh berbeda. Ia tampak pengap melihat ruangan dipenuhi asap nikotin.

Setiap sudut yang dilihat Syanza, station ini cukup rapi dan furniture berdiri di posisi yang baik. Hanya saja, minusnya makanan dan minuman yang tidak pada tempatnya. Sayang sekali, ruangan serapi ini harus hancur oleh kebiasaan Savero.

Pangeran melirik Syanza yang berdiri di ambang pintu masuk. Gadis itu tampak ragu dan takut melihat suasana tempat berkumpulnya.

"Zer."

Zergan melirik dan bertanya, "Apa?"

"Urus dulu yang lain, bantuan obatin luka mereka," ujar Pangeran.

Zergan mengangguk. "Mereka udah pada gede. Lo sendiri obatin di lengan lo," lontar Zergan melihat luka yang menganga di lengan Pangeran. "Kaki lo perlu di urut, gue panggil mang Beni," sambungnya.

"Biar gue aja. Lo di sini aja," sahut Arjuna dengan rahang yang membiru.

Zergan menggeleng. Saat ini, hanya ia dan Jarrel yang tidak terluka sedikit pun. Yah, ada rasa nyeri sendiri karena menahan Pangeran yang tersulut emosi. "Mending lo kompres tuh luka," sarannya.

Arjuna berdecih. "Halah. Luka segini doang juga gak bakal buat gue gak bisa bawa motor. Gue aja, udah. Bye!"

"Biarin aja," timpal Pangeran. Matanya memerhatikan Syanza, sengaja ia tidak memanggil atau menyuruh gadis itu masuk. Karena ia takut Syanza kurang nyaman. Jadi, ia biarkan dulu Syanza melihatnya dari ambang pintu.

Akan tetapi, kelakuan Arjuna yang akan keluar station menyentil ketidaksukaannya.

Arjuna memang hendak keluar, namun berhubung ada Syanza yang celingak celinguk, ia mengerjainya.

"Dor!"

Syanza menatap datar orang yang tidak tahu situasi itu. Apakah Arjuna memang sebodoh ini sampai mengejutkan orang yang jelas-jelas melihatnya, apalagi muncul di hadapan bukan di belakang.

"Anak gila," ucap Syanza.

Arjuna terkekeh melihat respons yang terlampau datar itu. "Bu, ngapain berdiri di sini? Jadi, penunggu lawang Savero?" selorohnya.

"Berisik. Lo mau lewat 'kan, nggih silakan," kata Syanza memberi jalan untuk Arjuna lewati.

Lelaki itu bukannya pergi malah menatap Syanza dengan senyum anehnya. Tangannya ingin sekali mengacak-acak gemas rambut gadis itu, namun ia merasakan hawa mengancam di belakangnya.

"Kalau aja gue lebih dulu deketin lo, mungkin kita udah mesra-mesraan-"

DUG

"Oh shit. Tenanglah, ketua," seru Arjuna melihat Pangeran yang telah melemparkan balok kayu ukuran kecil, namun jika mengenai kepala rasanya sakit, untung saja tidak terlalu tajam sudut balok itu, bisa-bisa darah segar mengalir.

Syanza meringis melihat balok kayu yang ada di bawah kaki Arjuna, matanya melirik Pangeran yang tengah menajamkan tatapannya.

"Sya."

Deg

"I-iya?" Entah mengapa Syanza malah jadi gugup dan takut, padahal Pangeran marah pada Arjuna.

"Juna, pergi sekarang atau gue cincang di belakang?" ancam Pangeran dengan nada berat dan juga penuh penekanan membuat semua orang di sana merinding.

Arjuna mendengus dan kemudian melewati Syanza. Lelaki itu pergi tanpa sepatah kata pun, ia bisa mengira jika Pangeran tidak menerima jawaban dari ucapan.

"Sini," titah Pangeran pada Syanza.

Gadis itu melihat sekeliling, banyak sekali anggota Savero. Mereka sibuk pada kegiatan masing-masing, namun tetap saja Syanza merasa diperhatikan.

"Kemarilah, sayangku." Suaranya terdengar pelan nan lembut dengan nada yang sedikit bergetar.

Hening~

Syanza menganga tidak percaya dengan kalimat formal dari seorang ketua Savero. Mimpi apa dirinya sampai bisa mendapatkan Pangeran yang benar-benar seperti seorsng Prince.

Tak

Dug

Prak

Semua yang dipegang anggota Savero berjatuhan. Mereka tidak salah mendengarkan? Pangeran? Ketuanya? Berkata demikian? Sungguh personality luar biasa.

Jarrel yang baru selesai mengecek motor Pangeran pun ikut bergeming. Baru kemarin ia membersihkan kotoran telinganya, jadi tidak mungkin salah tangkap.

Blush~

Rona merah pada pipi Syanza mulai terlihat. Gadis itu menutupi kedua pipinya, sangat memalukan dilihat para kaum adam lainnya.

Mereka tertawa melihat perubahan di mimik Syanza. Gadis itu benar-benar mudah berubah warna kulitnya.

Zergan melirik Pangeran dari ekor matanya, ia sedikit curiga. Namun, ungkapan Pangeran menjawabnya.

"Gue sehat, Zer."

Tidak heran, pikir Zergan.

"Sya, pake blush on-nya gak usah ketebelan," sahut Cakra yang sedari tadi diam karena tengah menahan sakit dari lukanya yang dibersihkan.

"Telinga lo juga sampai merah gitu," timpal Jarrel membuat Syanza terperanjat karena mendadak ada di sampingnya.

"Be quiet! Cewek gue nangis ntar," seru Pangeran.

Cakra sangat tidak percaya, dengan percaya dirinya Pangeran menyimpulkan seperti itu.

"Dia malu, ege. Yang sering buat nangis 'kan lo," papar Cakra.

Jarrel memegangi perutnya, puas sudah ia tertawa dengan kejahilan Pangeran. Tadi saja membuat Syanza terbsng, sekarang gadis iru malah terlihat ingin merebus Pangeran.

Lelaki di sebelah Pangeran malah membuang napas gusar. Memang sakit ketuanya ini.

"Kapan? Malah seringnya gue lihat tantrum kayak bayi rusa," celetuk Pangeran.

"Bayi rusa yang dimangsa predator kayak lo, maksudnya?" tanya Jarrel di sela tawanya.

"Seratus buat lo."

"ALASTAR!"

Muak rasanya Syanza dikerjai terus lelaki itu, bahkan dengan wajah yang penuh lebam, dan luka di tubuhnya tak bisa menghilangkan petakilannya.

Pangeran mendesah. Rasanya ia terlalu berlebihan, lihatlah bayi rusanya mulai tantrum.

"Udah, iya. Sini, lama banget berdiri si sananya," ujar Pangeran menyuruh Syanza dekat dengannya.

"Turutin aja. Yang ada lo kena lagi," bisik Jarrel.

"Ngomong apa lo sama cewek gue?"

"Diem lo!" ketus Syanza menatap horor Pangeran. Ia berjalan ke arah lelaki itu dan duduk di sofa yang kosong.

"Siapa yang nyuruh lo duduk di sana?"

Alis Syanza berkerut. Jadi, ia harus duduk di mana? Ada Zergan yang duduk di sebelah Pangeran, dan sofa itu muat dua orang saja.

"Ya terus di mana, Altar?" jengah Syanza.

Pangeran menepuk pahanya. "Di sini," ucapnya.

Apalagi ini ya Tuhan. Syanza sudah lelah dikerjai terus-terusan oleh cowok macam Pangeran yang jauh dari sifat Pangerannya.

"Waduh!" syok para anggota Savero.

"Pangku, gak tuh," sahut Jarrel.

Zergan hendak berdiri, ia akan memberi tempat untuk Syanza. Namun, perintah Pangeran tidak bisa dibantah.

"Tetap di posisi lo."

Baiklah, kali ini Zergan banyak diperintah.

"Gak mau," tukas Syanza. "Sempit, mending di sini, kosong juga," imbuhnya.

Senyuman mencurigakan Pangeran mulai terlihat, mereka semua bersiap-siap dengan apa yang akan diucapkan lelaki itu, kecuali Syanza yang belum mengerti maksudnya.

"Ruangan khusus udah lo bersihin, Jar?"

"Aman, bos. Udah bersih, malah bersih terus," jawab Jarrel. Mereka semua membuang napas lega, sepertinya bukan mereka yang akan mendapat titahan lagi, tetapi satu-satunya wanita yang tengah menatap bingung.

"Nice," ucap Pangeran. Kemudian ia bangun dari duduknya dan berdiri di hadapan Syanza. "Ikut gue," titahnya menarik pergelangan tangan Syanza.

Gadis itu menolak dan bertanya, "Mau ke mana?"

"Obatin luka gue."

"Di sini aja," balas Syanza.

"Banyak asap, nanti lo pengap."

Benar juga apa yang dikatakan Pangeran. Memang ia sedari tadi juga sudah merasakan sesak.

Pangeran menarik paksa gadis iru untuk bangun, dan kemudian membawanya ke sebuah kamar yang khusus dirinya istirahat.

"Awas kelepasan, bos," seru Cakra.

"Cewek gue ini," balas Pangeran.

Brak

Pintu kamar tertutup.

Mereka tershick shak shok mereka mendengarnya. Yah, tetapi mereka percaya kalau ketuanya tidak mungkin menjadi seberengsek itu.

1
Puji Lestari
bagus... ceritanya menarik
Puji Lestari
lanjut.... ceritanya bagus...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!