follow Ig mom_tree_17, tik tok Mommytree17 💕
Lara gadis cantik berusia delapan belas tahun, tak menyangka rencana sang Ibu untuk menjebak kakak tiri mereka yang bernama Edgar agar tak menguasai seluruh kekayaan keluarga Collins justru menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.
Dia terjebak satu malam panas bersama Edgar tanpa keduanya sadari, dan setelah kejadian malam itu keduanya berusaha untuk menutupi scandal tersebut, namun yang terjadi justru perasaan cinta mulai tumbuh dihati keduanya.
Hubungan yang tak seharusnya terjadi di antara keduanya, karena mereka bersaudara satu ayah walaupun beda ibu justru semakin rumit dengan benih yang mulai tumbuh di rahim Lara.
Lalu bagaimana akhirnya jika keluarga mereka mengetahui hubungan yang terjalin antara Edgar dan lara? Dan apa jadinya jika Scandal yang dilakukan Edgar dan Lara justru membongkar kisah masa lalu kedua orang tua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
Sementara itu di ruang tengah, kini Robert, Nela, dan Edgar terlibat perdebatan yang sengit. Dan kedua putri Miranda hanya menjadi penonton di keributan tersebut, karena Lara lebih memilih ikut beranjak dari tempat tersebut untuk menemani Mom Miranda.
Hampir lima belas menit Lara menemani Mom Miranda di dalam kamar, sampai akhirnya Robert datang masuk ke dalam dan mau tidak mau ia keluar dari kamar tersebut.
"Untuk apa kau kemari? Tidak takut jika Nela mencarimu." Sindir Miranda tanpa mau menatap pada Robert. Baginya pemandangan di jendela kamarnya lebih indah dari pada menatap suaminya.
"Miranda aku tahu saat ini kau marah, tapi percayalah keputusanku demi kebaikan Rose." Jelas Robert tanpa berani mendekat pada istri pertamanya, karena tahu Miranda saat ini begitu marah terhadapnya.
"Demi kebaikan Rose atau Edgar?" Miranda tersenyum sinis.
"Aku tahu kau tidak akan percaya pada keputusan yang ku buat, tapi yakinlah—"
"Mari kita bercerai!"
Deg.
"Kau ini bicara apa?" Robert sangat terkejut dengan apa yang didengarnya.
Ia tahu Miranda begitu marah dan kecewa bahkan tadi wanita itu berani menyentaknya. Padahal dulu Miranda tak pernah semarah itu, terutama saat ia menikah kembali dengan Nela. Tapi Robert tak menyangka istrinya akan meminta cerai setelah perjalanan pernikahan mereka bertahun-tahun lamanya, dan setelah kesakitan yang mereka rasakan karena tanpa sepengetahuan Miranda ia pun merasa sakit yang luar biasa.
"Kau tidak dengar? Mari kita bercerai." Miranda menatap Robert dengan penuh amarah sampai air mata menetes dikedua pipinya.
"Miranda..." Robert ingin mendekat, namun tangan Miranda membuat langkahnya terhenti.
"Cukup Robert! Aku hanya ingin kita bercerai setelah Rose menikah."
"Aku tidak mau." Tekan Robert dengan tegas.
Sontak Miranda tertawa dengan sinis. "Apa yang ingin kau pertahankan dari pernikahan kita? Aku dan anak-anak? Rasanya lucu sekali kau tidak ingin bercerai setelah apa yang terjadi."
"Miranda dengar, aku—"
"Aku tidak ingin mendengar apa pun lagi Robert! Sekarang kau yang harus mendengarkan aku. Sudah cukup sakit yang aku terima selama ini. Kau sudah mengkhianati cintaku dengan menikah lagi hanya karena aku tidak bisa memberikan anak laki-laki untukmu. Dan dengan bodohnya aku masih bertahan dengan kesakitan yang kau buat karena kau lebih memilih tinggal bersama ****** mu itu dan lebih mengutamakan putramu. Semua aku jalani hanya demi kebahagiaan putri-putriku agar mereka mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya. Tapi sekarang aku tidak peduli pada apa pun lagi, karena aku sadar sampai aku mati pun kau tidak akan berubah selalu menyakiti kami."
"Cukup Miranda!" Robert memeluk istrinya, sebuah pelukan yang ia berikan setelah bertahun-tahun lamanya tidak dilakukan pada Miranda.
Dan tanpa keduanya sadari sejak tadi Lara menguping pembicaraan kedua orang tuanya. Kini ia tahu dibalik sikap Mom Miranda yang selalu tertawa, berusaha tegar dan terlihat berambisi untuk mendapatkan harta keluarga Collins. Tenyata menyimpan rasa sakit yang begitu besar demi Rose, Lily dan dirinya.
Lara pun berjalan dengan gontai memasuki kamarnya, sembari terus memikirkan apa yang didengarnya tadi dengan perasaan campur aduk antara marah dan juga kecewa. Ingin marah tapi ia bingung marah pada siapa, dan ingin kecewa tapi dia juga bingung kecewa karena apa. Otak kecilnya tidak mampu untuk berpikir dengan hubungan sulit yang dijalani Mom Miranda dan Dad Robert. Tapi yang jelas perasaannya sedih melihat Mom Miranda terluka begitu dalam.
"Kenapa kehidupan orang dewasa sangat rumit, tidak bisakah mereka hidup demi kebahagiaanya sendiri tanpa memikirkan kebahagiaan orang lain." Celoteh Lara sembari menutup pintu kamarnya.
"Kehidupan siapa yang rumit?"
Deg.
Lara yang terkejut, menatap pada sosok pria yang sudah lancang masuk ke dalam kamarnya terlebih duduk di atas ranjangnya.
"Edgar..."
"Kehidupan siapa yang rumit?" Edgar mengulangi pertanyaannya.
"Kak keluar dari kamarku! Aku sedang tidak ingin berdebat." Lara berjalan mendekat pada Edgar lalu menarik tangan pria itu untuk menyeretnya keluar.
Namun betapa terkejutnya Lara saat Edgar justru menariknya lebih kencang, hingga ia terjatuh di atas tubuh kakaknya.
"Kau baik-baik saja?" Edgar memeluk Lara sembari menatap wajah cantik yang berada di atasnya.
Lara terdiam sembari menggelengkan kepalanya, dan tanpa sadar air mata menetes dikedua pipinya.
Edgar pun semakin mengeratkan pelukannya sembari mengusap punggung Lara dengan posisi mereka yang masih berbaring diatas rajang, lebih tepatnya tubuh Lara yang ada di atas tubuhnya.
"Aku sudah berjanji akan menjagamu Lara." Gumam Edgar dalam hati.
Melihat sosok Lara yang terluka karena kedua orang tua mereka, terutama karena Robert. Membuatnya teringat pada sosok Kaylin yang juga terluka karena Aunty Sofia yang pergi meninggalkan wanita itu demi harta.
"Apa karena Lara begitu mirip dengan Kaylin, membuatku merasa tertarik dan ingin selalu berada di dekatnya." Tanya Edgar dalam hati pada dirinya sendiri.