Sinopsis: Namaku Ebby Zahran. aku seorang OB di sebuah rumah sakit besar, aku selalu di salahkan oleh kakak tiriku, bahkan aku selalu di jadikan layak nya seorang babu. padahal aku putra kandung keluarga mamah. aku putra kedua dari mamah, papah ku sudah tiada, aku kira setelah mamah menikah lagi aku akan bahagia mempunyai kakak tiri . kakak tiriku putra kandung dari papah tiriku. mamah dan papah tiriku belum di karuniai anak.
aku juga belum pernah mendapatkan kebahagiaan dari kakak ku. dia selalu acuh, aku tak tau apa yg membuat nya seperti itu.
Ikuti kisah ku ini, semua tak mudah untukku.
hanya untuk hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 18" Cedera
Sore ini aku pulang lebih awal, aku berniat membeli makanan terlebih dahulu, aku mengayuh sepeda dengan senang hati, aku bersiul sepanjang jalan hingga sampai di dekat sebuah warung dengan makanan yg sederhana namun terlihat lezat.perut ku sudah berbunyi. Aku menghibur diri saja dengan bersiul , aku tak mau berlarut - larut dalam kesedihan , aku masih terbayang soal kemarin tetapi diri ini berusaha tegar dan ceria walau sakit nya hati tak bisa di bohongi.
Tin..!!" Suara klakson terdengar membuat fokus ku teralihkan hingga sepeda ku bergoyang kehilangan keseimbangan . dan akhirnya tubuhku terjatuh, kaki ini terkilir.
Rupanya bunyi klakson itu dari mobil Aufa teman kak Ryan.
" Im sorry, nggak papa kan?" Aufa segera turun karna aku cedera. Dia kira pemilik sepeda itu bukan lah aku .
" Nggak, kaki ku terkilir" aku mencoba untuk bangun ternyata sakit. Aku kembali duduk lagi, membuat Aufa merangkul pinggang ku, lalu aku di bawa masuk ke mobil nya. Sepeda ku di bawa oleh anak buah nya.
" Kau adik nya Ryan ya?"Aufa memecahkan keheningan di dalam mobil sambil melirik ku dari kaca. Aku menahan rasa sakit ku dengan sekuat tenaga.
" Iya, aku Ebby, kau Aufa kan? Aku tau waktu itu aku lihat di rumah saat kak Ryan mengundang mu untuk main band di belakang rumah." Aku menahan rasa sakit ku, mungkin ini salah ku juga yg tidak hati - hati ketika di jalan.
" Betul, kenapa kau nggak naik mobil? Kenapa juga kau kerja di dua tempat?" Aufa memarkirkan mobil nya di kafe dekat mini market.
" Aku cuma krikil di rumah, jadi nggak di beri mobil, aku hanya bayangan , tidak pernah di anggap ada oleh mamah, sedangkan kedua kakak ku di perlakukan bak berlian, beda dengan ku, aku selalu di jadikan babu, aku nggak mau menyusahkan mereka" Aku menutupi sebisa ku air mata ini, agar tidak jatuh.
" Kasian, aku baru tau kalo Ryan juga nggak nerima kehadiran mu, tapi tenang, aku nggak akan ember kok, aku bisa menjaga rahasia orang lain" Aufa menepuk pundak ku sambil tersenyum.
" Thank ya" Aku mengerakkan sedikit kaki ini ternyata masih sakit. membuat ku tidak bisa berjalan lancar.
Aufa turun lalu masuk ke dalam , untuk membeli sesuatu, aku tidak bisa ikut turun karna kaki ini sakit.
Singkat, aku sudah sampai di rumah , aku berusaha kuat untuk berjalan masuk ke dalam rumah. Di dalam ada kak Ryan sedang memakan pisang goreng dan segelas minuman dingin.
" Napa kaki nya? Kok pincang gitu" Kak Ryan melihat ku yg menyeret kaki ini , aku hanya tersenyum lalu menjawab nya singkat.
" Nggak papa" aku melangkah pelan sambil tersenyum, aku sudah sampai di tangga, kaki ini sangat sakit.
" Hati - hati sayang" Papah menahan tubuhku yg hampir tumbang, rasa sakit itu menjalar ke kepala ku, hingga aku pusing.
" Makasih pah, aku tadi hampir tertabrak mobil, tapi aku jatuh hingga terkilir" Aku melirik ke arah kak Ryan ingin tau saja reaksi nya.
"Tapi nggak papa kan? nggak ada yg luka?" Papah begitu cemas , melihat ke seluruh tubuh ku, kecemasan nya begitu terlihat jauh sekali dengan mamah yg tak peduli pada ku.
" Nggak kok, aku cuma terkilir aja, aku mau istirahat pah" aku melanjutkan lagi menaiki tangga, papah dengan cepat membantu ku, kak Ryan berlalu meninggalkan kami, dia tak peduli pada diri ini , mungkin kalau aku meninggal pun dia dan mamah senang karna tidak ada lagi krikil yg menganggu.
Aku sejujur nya ingin keluar dari rumah, tapi aku tidak mau membuat nenek sedih, apa lagi papah beliau sangat menyayangi ku.
Aku akan terus menunggu sampai mamah dan kak Ryan peduli pada ku.