Follow ig author yuk🙌🏻 @hhnsaaa_
___
Dijodohkan memang tidak enak, maka dari itu Bella memilih jalan nya sendiri, dan untung nya Gevano menerima kenyataan itu dan memilih membantu Bella untuk menikah dengan lelaki pilihan nya.
Saat usai menikahkan Bella dengan lelaki yang di mau nya, Gevano pun mendapat keberuntungan yang begitu berharga dan sangat bernilai. Andina Putri.
Wanita 22 tahun, yang menjadi pelampiasan lelaki pilihan Bella, memilih untuk pasrah dan menerima takdir nya yang ditinggal pergi.
Tetapi tak berselang lama, datang bak pangeran berkuda, Gevano melamar nya.
Akankah mereka hidup bahagia? Sanggup kah Gevano dengan tingkah laku Andin yang begitu di luar kepala?
___
Cerita ini berdasarkan khayalan author semata jadi jangan baca deskripsi, cukup baca tiap bab dan jangan lupa tinggalin jejak berupa like & komen.
Mohon pengertiannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Andin memasuki kamar yang menjadi kamar nya dan Gevano. Awalnya Grandma meminta kamar kedua nya di pisah.
Tetapi Gevano langsung menyela dan mengatakan mereka suami istri yang sah, tak akan dia biarkan Andin pisah ranjang dengan nya.
"Selamat datang di kamar penuh kehampaan ini, yang sebentar lagi akan ada kehangatan serta kebahagiaan" ujar Gevano sembari memeluk Andin dari belakang.
Andin membeku sejenak mendapat perlakuan seperti itu, tapi lama kelamaan ia mulai nyaman dan menyukai nya.
"Kau tak apa?" tanya Gevano langsung memutar tubuh Andin agar menghadap ke arah nya.
Andin mengangguk sembari menunduk menatap diri nya sendiri.
"Kau tak di apa-apa kan oleh Grandma dan Mama kan?" tanya Gevano di angguki Andin lagi.
"Tapi.. Kenapa ini semakin cantik" Gevano menarik tubuh Andin untuk menempel pada tubuh nya.
Deg
Pakaian yang ia pakai memang lah begitu sempurna, sesuai dengan harga nya menurut Andin.
"Apa Mama membawa mu ke salon sebelum kesini?" tanya Gevano di angguki Andin.
"Bicaralah, aku ingin mendengar suara mu" titah Gevano sembari mengecup leher Andin tanpa aba-aba.
"Emhh" gumam Andin menahan nafas merasa ada gelenyar aneh yang menerpa leher nya.
"Tubuh mu wangi sekali" puji Gevano dengan jujur, sesekali mengusap punggung Andin.
Andin semakin meremang, rasanya ada sengatan listrik yang membuat nya kaku tak bisa bergerak.
"Kamu menggoda banget hari ini" bisik Gevano di dekat daun telinga Andin dengan nada sensual.
Andin membiarkan Gevano melakukan apapun dengan nya kali ini, entah kenapa ia tak ingin berontak.
"Apa boleh?" tanya Gevano dengan tangan mulai menjelajah di area tubuh Andin.
"Ta-tapi aku lagi.." ucap Andin ia paham dengan maksud Gevano, tapi ia tak bisa sekarang.
"Apa?" desak Gevano tak menunggu Andin untuk menjawab atau sekedar menjelaskan.
Gevano terus memberi gelenyar aneh yang membuat Andin bergumam tak jelas.
Tanpa mengatakan apapun, Gevano mendorong tubuh Andin ke arah kasur.
"Aku nggak tahan lagi, Babe" ucap Gevano dengan lirih menindih Andin yang terdiam menatap Gevano sejak tadi.
"Ja-jangan.." lirih Andin sembari menahan dada Gevano yang hendak mencumbbu nya.
Gevano terdiam sejenak menatap netra mata Andin. "Kenapa? Kenapa jangan? Kamu masih belum siap?" tanya Gevano di jawab gelengan oleh Andin.
"Ak-aku.. Aku lagi.. Lagi haid.." lirih Andin menatap Gevano dengan mata yang memelas.
Deg
Gevano segera bangkit dan merapikan pakaian nya lebih dulu lalu membantu Andin untuk duduk.
"Maaf aku lancang" sesal Gevano, seketika kedua nya merasa canggung sekarang.
"Kamu berhak minta.. Cuma di waktu yang nggak tepat aja" sahut Andin dengan menundukkan kepala.
"Udah berapa lama?" tanya Gevano sembari menatap ke arah lain.
"Apanya?" Andin bertanya balik, ia tak paham apa yang di maksud oleh Gevano.
"Hari ke berapa sekarang?" tanya Gevano mencoba untuk tidak gugup atau salah tingkah.
Andin nampak berpikir sejenak. "Tiga hari" jawab nya singkat dan masih menunduk.
"Siklus haid mu berapa hari?" tanya Gevano mencoba untuk tenang di depan Andin.
"Enam atau tujuh hari" jawab Andin mendongak kepala menatap Gevano yang melirik-lirik nya sekilas.
Gevano menghela nafas. "Berarti aku harus sabar tunggu tiga hari lagi" ujar Gevano di angguki Andin pelan.
"Aku.. Ke kamar mandi dulu" ucap Gevano langsung melenggang pergi masuk ke dalam kamar mandi menghindari Andin.
Di dalam kamar mandi, Gevano memegangi bagian dada kiri nya yang berdetak kencang dan cepat.
"Sabar Gev.. Sabar" gumam nya, kemudian menyelesaikan panggilan alam yang tiba-tiba datang.
Berbeda dengan Andin yang merasa bersalah karena harus membuat Gevano harus lagi-lagi menahan sesuatu.
"Aku harus beri dia penghargaan atas kesabaran nya menunggu sampai selama ini" gumam Andin langsung bangkit dan mondar-mandir memikirkan nya.
"Apa aku tanya Mama aja ya? Tapi.. Aku belum akrab sama Mama, tapi kalau nggak tanya ke Mama tanya ke siapa lagi? Grandma? Ah terlalu tua" monolog Andin terus berpikir.
"Oke, malam ini kita tanya Mama setelah makan malam. Mama pasti berpengalaman soal itu" ucap Andin meyakinkan diri untuk akrab dengan Jasline.
"Berpengalaman soal apa?" Gevano bertanya karena dia hanya mendengar dari bagian itu.
Deg
"Eeee anuu.. Apa ya.. Pengalaman soal.. Soal.. Eee.. Soal pakaian! Ya! Mama kan fashionable jadi aku mau belajar ngatur style sama Mama" Andin benar-benar harus berpikir di waktu itu juga.
Gevano memicingkan mata tapi tak lama dia mengangguk santai.
"Iya sih, Mama memang selalu terbaik untuk memilihkan pakaian, seperti yang kamu pakai sekarang" Andin bernafas lega dan mengangguk setuju.
Jasline memang pandai mengatur style agar tidak terlihat kuno dan pasaran.
"Kamu habis ini mau kemana?" tanya Andin mengalihkan pembicaraan mereka.
"Rencana nya mau istirahat aja sih, kenapa? Mau ikut istirahat? Ayo sini" balas Gevano langsung berbaring di atas kasur.
Andin terkekeh dan mengikuti Gevano berbaring.
"Kalau cuma gini aja kayak nya bosan deh" cetus Andin sembari menatap langit-langit kamar, begitu juga Gevano.
Gevano melirik Andin dan mendekap nya secara tiba-tiba.
"Kalau gitu kita.." Gevano menggantung ucapan nya dan segera menyambar bibir manis milik sang istri kecil nya.
Andin tak menolak, ia memilih membalas gerakan bibir Gevano yang begitu lembut.
Di tambah aroma mint terasa di mulut Gevano yang menusuk rongga Andin.
Curang, dia mulut nya bau mint pasti sikat gigi tadi. Aku kan, belum sikat gigi, kok dia nggak mual ya?
Gevano menyudahi pergelutan bibir nya dengan bibir Andin dan menatap lekat sang istri.
"Mikirin apa kamu? Sampai sempat gigit bibir ku hm?" Gevano merasa kaget saat mendapat sengatan dari gigi Andin.
"Anu.. Aku mau sikat gigi dulu" Andin langsung bangkit dan berlari ke kamar mandi.
Gevano menatap dengan tatapan heran.
"Buat apa? Mulut mu masih wangi strawberry, manis" ucap Gevano tak di dengar oleh Andin karena pintu kamar mandi sudah tertutup.