NovelToon NovelToon
Pengkhianatan Di Malam Pertama

Pengkhianatan Di Malam Pertama

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama
Popularitas:46.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

Embun tak pernah menyangka bahwa kejutan makan malam romantis yang dipersembahkan oleh sang suami di malam pertama pernikahan, akan menjadi kejutan paling menyakitkan sepanjang hidupnya.

Di restoran mewah nan romantis itu, Aby mengutarakan keinginannya untuk bercerai sekaligus mengenalkan kekasih lamanya.

"Aku terpaksa menerima permintaan ayah menggantikan Kak Galang menikahi kamu demi menjaga nama baik keluarga." -Aby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 : ADA MASALAH APA?

"Ya udah, nggak apa-apa kalau nggak mau di depan. Tapi ... aku minta tolong hal ini jangan sampai diketahui ayah atau bunda."

"Kamu pikir aku tukang ngadu?" sindir Embun lagi.

Aby benar-benar kehilangan kata-kata menghadapi sikap Embun yang mendadak galak. Padahal, sepanjang resepsi sampai memasuki kamar tadi, ia menilai bahwa Embun adalah sosok gadis yang sedikit pemalu dan lembut.

"Maafin aku, Embun. Maksud aku bukan begitu. Hanya saja ... kamu tahu kan keadaan ayah sekarang."

Embun tak lagi menyahut. Baginya lebih baik diam dari pada harus banyak berdebat dengan Aby.

Akhirnya, mobil pun melaju meninggalkan rumah Vania. Sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan antara Embun dan Aby. Keduanya tenggelam dengan pikiran masing-masing. 

Hingga mobil memasuki halaman rumah setelah penjaga di pos membuka gerbang. Sebelum turun, Aby menoleh ke belakang.

"Embun, aku minta maaf. Aku juga nggak mau seperti ini," ucap Aby. Dengan raut wajah penuh sesal.

Embun masih tampak acuh tak acuh. Ia bahkan tampak malas untuk sekedar menatap suaminya.

"Kamu sama pacar kamu itu sama, Mas." 

"Maksudnya?" tanya Aby dengan kerutan tipis di dahi. 

"Kalian sama-sama senang minta maaf. Apa kalian merasa sebersalah itu sama aku?" 

Seketika Aby membungkam. Untuk ke sekian kali ia harus merasakan semburan halus dari istrinya itu. 

Embun segera turun dari mobil setelah berhasil membungkam suaminya. Begitu memasuki rumah, ayah dan bunda terlihat masih duduk di ruang televisi. Bunda sedang menikmati tayangan sinetron kesukaannya, sementara Ayah dengan majalah bisnis. 

"Assalamu Alaikum, Ayah, Bunda," sapa Embun sopan.

"Wa'alaikum salam, Nak. Kalian sudah pulang?" tanya Bunda ketika Embun mencium tangannya. 

"Iya, Bunda." 

Terlihat kerutan di dahi wanita paruh baya itu kala mendapati suram di wajah menantunya. Padahal sebelum pergi, Embun terlihat ceria. Namun, yang terlihat sekarang sangat jauh berbeda.

"Kamu kenapa mukanya lesu begitu?" 

Embun memulas senyum tipis. Teringat pesan Aby tadi yang meminta agar semua dirahasiakan dari orang tuanya. "Nggak apa-apa, Bunda. Lagi capek aja hari ini." 

Namun, jawaban Embun tak serta Merta memuaskan sang mertua. Apalagi melihat Aby yang masuk ke rumah begitu saja tanpa menyapa kedua orang tuanya terlebih dahulu.

"Kalian nggak ada lagi ada masalah, kan?" Bunda menatap Embun dan Aby bergantian.

"Nggak kok, Bunda. Mas Aby mungkin capek." Meskipun merasa sakit dengan pengkhianatan suaminya, namun Embun tak langsung membongkar di hadapan sang mertua.

"Ya sudah, kamu istirahat," ujar bunda kemudian.

"Iya, Bunda. Aku duluan." 

"Ya, Sayang." 

Keduanya lantas beranjak menuju kamar tanpa saling tegur. Tak seperti saat berpamitan untuk makan malam berdua, di mana Aby merangkul pinggang istrinya dengan mesra. Hal ini pun membuat bunda semakin curiga.

"Mereka kenapa, Yah? Apa habis bertengkar?" tanya bunda mulai kepo dengan urusan rumah tangga putranya.

"Itu urusan mereka, Bun. Biarkan mereka selesaikan sendiri," jawab ayah yang memilih tidak ingin ikut campur dengan masalah anak-anaknya.

"Bukan mau ikut campur. Mereka itu kan menikah mendadak. Takutnya Embun disakitin sama Aby."

Pria paruh baya itu masih tampak terfokus dengan bacaannya. "Aby bukan orang seperti itu, Bunda. Dia pasti memperlakukan Embun selayaknya istri."

"Semoga aja begitu. Aku tidak enak sama Embun. Dia harus kehilangan ayahnya karena kesalahan Galang. Sekarang Galang hilang dan dia harus menikah dengan Aby."

Ayah melipat koran di tangan dan meletakkan di bawah meja kaca. Ia pun merasakan hal yang sama dengan bunda. Keadaan membuat segalanya berada dalam posisi sulit.

"Galang belum ada kabar, Bun?" tanyanya.

Bahu bunda terangkat sebagai jawaban. Sudah tiga hari putra sulungnya menghilang tanpa kabar.

"Belum ada, Yah. Semoga Galang nggak kenapa-kenapa."

.

.

Sementara itu di kamar .... 

Embun memilih duduk di sofa setelah mengganti pakaiannya dengan piyama. Sementara Aby tak terlihat di kamar.

Pria itu sedang berada di balkon kamar. Sesaat setelah memasuki kamar, ponsel miliknya berdering. Embun yakin suaminya itu sedang menerima telepon dari kekasihnya. 

Perlahan Embun mendekat ke arah pintu yang setengah terbuka. Dari sana ia dapat mendengar suara sang suami.

"Iya, Van. Aku janji nggak akan menyentuh Embun. Aku akan tidur di sofa biar Embun di kasur." Entah sudah berapa kali Aby mencoba meyakinkan Vania. 

"Oke. Aku percaya sama kamu," ujarnya. "Aku cinta sama kamu, Aby." 

"Hemm ... aku juga," jawab Aby. 

Seperti disayat belati tajam, begitu lah perih yang dirasakan Embun sekarang. Ingin marah pun entah harus marah kepada siapa. Hidup seperti sedang mempermainkan dirinya.

Rasa lelah mulai menjalar ke seluruh tubuh. Kejutan menyedihkan yang diberikan Aby di malam pertama mereka benar-benar mengoyak hatinya.

Wanita itu melirik ke arah tempat tidur. Keraguan merasuk ke hati untuk membaringkan tubuhnya di sana, apa lagi setelah Aby sudah menolaknya secara terang-terangan. 

.

.

"Aku capek hari ini, Van. Mau istirahat," ucap Aby, berniat mengakhiri panggilan. Hampir setengah jam ia dan Vania berbicara di telepon.

"Ya udah kamu istirahat aja."

Panggilan pun terputus.

Aby menghabiskan waktu beberapa menit untuk merenung, sebelum akhirnya kembali ke kamar dengan tubuh yang sangat lelah. Ia membuka kemeja dan melemparkan ke keranjang pakaian kotor. Pandangannya lantas mengarah kepada Embun yang terbaring di sofa.

Perlahan Aby pun mendekat dan berdiri tepat di samping sofa. Selama beberapa saat ia begitu terpaku memandangi wajah teduh Embun yang terlelap. Rasa bersalah merasuk ke jiwa kala mendapati cairan bening yang mengalir di ujung mata istrinya.

"Maafin aku, Embun."

Tanpa sadar jemarinya mengusap sisa air mata. Tetapi, bayang-bayang Vania seketika terbesit dalam ingatan. 

"Embun ...." Aby mencoba membangunkan istrinya dengan mengguncang bahu pelan. Namun, Embun tak kunjung terbangun, bahkan hingga beberapa kali Aby mencoba.

Tak tega melihat Embun tidur sofa, Aby memilih mengangkat tubuhnya perlahan untuk memindahkan ke ranjang. Namun, belum mendarat sempurna, wanita itu sudah membuka mata saat merasakan tubuhnya mendapat guncangan. 

"Aaa!" jerit Embun, membuat Aby terlonjak. 

Ayah dan Bunda yang berada di lantai bawah pun dibuat terkejut dengan jeritan tengah malam menantunya. 

"Kenapa itu Embun teriak?" tanyanya khawatir. "Apa jangan-jangan bertengkar dengan Aby?" Ia menatap suaminya yang juga tampak khawatir. "Ayo kita lihat, Yah. Jangan sampai Aby berbuat kasar sama anak orang." 

"Iya, Bun."

Spontan sepasang suami istri itu berlomba-lomba menuju lantai atas. Kebetulan pintu kamar Aby tak tertutup rapat dan menyisakan sedikit celah, yang membuat keduanya yakin untuk mendorong pintu. Namun, apa yang mereka temukan di dalam sana sungguh mengejutkan. Posisi Aby tepat berada di atas Embun. 

"Oh ... maaf, hehehe ...," ujar sang bunda dengan senyum malu-malu.

Posisi keduanya yang terbilang intim sepertinya cukup untuk mematahkan kecurigaan ayah dan bunda. Apa lagi Aby dalam keadaan bertel@njang dada.

Aby yang syok dengan kedatangan kedua orang tuanya lantas bangkit, sementara ayah langsung keluar begitu saja. Hanya bunda yang masih terdiam di ambang pintu. 

"Pelan-pelan aja kamu, By. Kasihan anak perawan." Ucapan bunda yang mengandung ledekan itu menciptakan semburat merah di wajah Embun dan Aby.

"Iya, Bunda. Maaf," jawab Aby, seraya menggaruk kepala.

Bunda tersenyum menatap keduanya. Ia dapat bernapas lega setelah merasa kecurigaannya tidak benar adanya.

"Satu lagi, jangan lupa kunci pintunya. Takut ada yang nyelonong." 

............

1
Jetty Eva
🫣Dewaaaa...kejauhan mikir loo🤣🤣kasihan Aby..
Jetty Eva
indra pendengar, " i "memakai huruf kecil.....Indra, " i " memakai huruf besar menamdakan nam org...semoga bs lbh twliti..
Jetty Eva
Jarot + hooot../Awkward//Awkward//Awkward//Awkward//Grin//Grin//Grin//Grin//Grin//Grin/
Jetty Eva
byk bnr nmx Thooor😁😁😁😁..yg plg pas menurut aq : Johny Walker..sdh jls memabukan🤣🤣🤣🤣🤣
marti 123
Lumayan
marti 123
Kecewa
Muna Junaidi
Hadeh aby badan masih sakit di dajjal mata satu bangun
Nay Nayla
...
hani muklas
Kecewa
hani muklas
Buruk
Anna Wong
Luar biasa
Eti Alifa
klo q kok setujunya embun sama dewa.
Eti Alifa
visual galang ga ada thor.
Eti Alifa
habis ini ke sana thor.
Eti Alifa
berharap dewa sama embun tapi ga mungkin ya...
Eti Alifa
god job Embun, suka wanita tangguh ga lemah👍🏻
benar knp hrs nunggu 6 bln klo hrs cerai lebih baik skrng sama saja mlh buang2 wkt dan energi, bersyukur Embun ga oon🤭
Eti Alifa
si aby bloon apa goblok sihh.
Eti Alifa
untung embun cerdas jd ga merasa tertindas , klo terluka mah iya .
Eti Alifa
ga terasa air mata jatuh meleleh walau tak diundang, jadikan embun sama dewa aja thor biar aby kapok.
Eti Alifa
baru baca udah nyesek, kasihan bgt embun, semoga embun dpt jodoh yg lebih dr abi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!