NovelToon NovelToon
Kehidupan Ke Dua

Kehidupan Ke Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Akademi Sihir / Dunia Lain
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: NAYTHAN

— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.

Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?

Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 20 :

Satu Minggu berlalu...

Semua murid-murid berdiri di lapangan, mereka fokus mendengarkan arahan dari salah satu pengajar yang sedang memberi penjelasan arahan. Malam ini, mereka semua akan melakukan latihan gabungan dari keseluruhan seluruh kelas. Bukan di bentuk secara tim melainkan di khususkan untuk perseorangan, melatih kekuatan setiap murid sekaligus sebagai bentuk untuk evaluasi. Mereka akan berpencar masuk ke dalam hutan yang sudah di tentukan areanya ( masih dalam penjagaan) untuk mencari keberadaan bola kristal. Tetapi tidak semudah itu. Karena mereka akan melewati snomster yang sudah di kendalikan oleh para pengajar untuk mendapatkan sebuah bola kristal dan membawanya kembali ke sekolah.

"Xavier, apa kita akan terpisah?" Tanya Lanna berbisik kepada Xavier yang berdiri tepat di sebelahnya.

"Ya," jawab Xavier singkat tanpa memandang Lanna.

"Kau yakin? Ini pertama kalinya aku mengikuti latihan seperti ini," kata Lanna.

Gadis itu malah merasa khawatir dengan jawaban singkat Xavier.

Xavier melirik Lanna sekilas. "Jangan banyak bicara dan terus dengarkan arahan dari pengajar," jawab Xavier lagi.

Lanna lalu hanya bisa diam mendengar segelintir kalimat Xavier padanya. Dia menundukkan kepalanya sejenak, takut jika dirinya tidak bisa melakukan apa-apa saat di dalam hutan nanti, takut jika dirinya seperti anak hilang yang tidak tahu mau kemana. Lanna tahu dirinya cacat. Dia benar-benar tidak memiliki inti sihir dan pada akhirnya semua murid-murid di sekolah sudah mengetahuinya melihat bagaimana dirinya yang selalu gagal dalam berlatih bahkan beberapa minggu terakhir ini hanya Xavier saja yang menjalankan misi, sendirian. Dan parahnya lagi penyeimbang sihirnya saja masih suka tidak sinkron padanya. Lanna mengkhawatirkan dirinya sendiri.

Dia menegakkan kepalanya menatap ke arah guru Han yang tengah menatapnya juga lalu menganggukkan kepalanya sekali seolah meyakinkan diri Lanna. Dan Lanna pun hanya bisa membalasnya dengan senyuman sopan. Kemudian matanya bertemu dengan siswi menyebalkan, si rambut keriting itu menatapnya dengan tatapan sinis. Lanna tidak diam, dia juga balik menatap siswi itu dengan tatapan tajamnya.

"Xavier, siapa sih, si rambut keriting yang sudah menghinaku itu?" Tanya Lanna arah matanya masih menatap siswi tersebut.

"Lily Swan," jawab Xavier.

"Baiklah anak-anak, sepertinya sudah cukup. Sekarang bersiaplah! Dalam hitungan 3, 2, 1..."

Pengajar itu mengangkat tongkatnya ke atas udara bersamaan dengan itu, seluruh murid-murid berbalik badan. Lanna pun mengikuti.

Dor!!!

Muncullah sebuah kembang api di langit.

"MULAI!" Teriaknya.

Tentu saja, semua murid-murid di lapangan langsung menuju ke hutan bahkan sebagian dari mereka menggunakan kekuatan mereka masing-masing untuk sampai ke sana termasuk Xavier yang juga sudah menghilang dari tempat menggunakan teleportasi. Ada juga yang terbang menggunakan sapu terbang, sebenarnya Lanna mau tetapi lagi-lagi dia belum terlalu menguasai sapu terbang. Selalunya dia akan terjatuh, terpental atau juga ikut terperosok bersama sapu terbang yang di kendarainya. Meskipun begitu, dia juga melihat sebagian murid-murid lain memilih berlari seperti biasa.

Kini Lanna sudah memasuki hutan yang gelap benar-benar gelap dan sejak tadi dia hanya terus berlari dan berlari.

"Apa yang harus aku lakukan pertama-tama?" Katanya bingung.

Bukannya tidak dapat arahan. Mereka semua termasuk Lanna mendapatkan arahan terlebih dahulu sekaligus area-area mana saja yang sudah di tentukan. Hanya saja Lanna tidak tahu harus memulainya bagaimana sebab ini pertama kali baginya. Lalu Lanna melihat salah satu murid di ujung depan sana sedang melawan snomster, dia memutuskan untuk bersembunyi di balik salah satu pohon, kepalanya menyembul mengintip pemandangan yang tidak jauh dari tempatnya bersembunyi. Tidak lama kemudian, kekaguman nampak pada wajahnya melihat bagaimana murid itu mengalahkan snomster tersebut dan berubah menjadi sebuah bola kristal yang melayang di udara di hadapan murid itu.

"Jadi seperti itu caranya? Oke,"

Lanna kembali berlari ke arah lain. Pertama-tama yang di lakukannya ialah dia harus mencari keberadaan snomster terlebih dahulu sebab bola kristal itu terdapat di dalam tubuh makhluk tersebut. Tetapi sialnya, Lanna malah tersandung dahan pohon yang ukurannya cukup besar.

"Ya ampun, kenapa pakai tersandung segala, sih?" Celotehnya berusaha bangkit. Untungnya memang tidak terluka sama sekali dan ini karena gelapnya hutan semua jadi tidak terlihat terlalu jelas.

Baru saja Lanna bangkit berdiri seraya membersihkan seragamnya yang kotor terkena tanah tiba-tiba saja snomster sudah berdiri di belakangnya dengan erangannya yang keras. Dia terkejut hingga terjatuh lagi ke tanah menatap sang snomster yang tengah menatapnya penuh rasa lapar.

"Makanan... Makanan..."

Gadis itu masih terduduk di tanah lalu perlahan mundur. Bahunya naik turun, napasnya tersengal-sengal bahkan tangannya gemetaran. Lanna takut dengan sosok makhluk di hadapannya yang kini malah berjalan makin mendekat padanya. Dia pun teringat kalau bola kristal itu terdapat di dalam tubuh snomster itu. Akhirnya Lanna pun bangkit, berdiri mengarahkan satu tangannya ke depan.

"Fokus, pasti bisa!" katanya.

Namun nihil. Tidak ada hal apapun yang terjadi.

"Kenapa tidak bisa?" Dia menatap telapak tangannya cemas. "Ayolah Lanna, fokus!" Dia mengarahkan tangannya lagi ke depan.

Orang pertama yang di pikirkannya ialah Xavier. Dia berharap Xavier akan datang tetapi sepertinya itu sangatlah tidak mungkin. Kemudian Lanna menghindar, melemparkan dirinya ke tanah yang lain ketika snomster itu menyerangnya.

"Sial, aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi," Lanna meringis menahan rasa sakit pada punggungnya.

Dan tepat setelah itu snomster yang sedang mengincarnya itu sudah benar-benar berada di hadapannya hendak menyerang.

"TIDAK!" Teriak Lanna memejamkan mata serta kedua telinganya.

Beberapa bola api melayang di udara sekaligus tepat sasaran membakar snomster hingga snomster itu lenyap dan berubah menjadi bola kristal yang silau dalam sekejap di udara.

Lanna, gadis itu sudah merasa senang karena itu pasti adalah Xavier yang datang untuk menolongnya tetapi saat dia membuka matanya. Dugaannya salah. Itu bukan Xavier melainkan gadis yang menghinanya saat itu. Lilly Swan. Yang ternyata memiliki inti sihir yang sama seperti Xavier, api. Tentu saja kekecewaan pun tersirat jelas pada wajah Lanna.

"Apa-apaan, sih? Mengalahkan satu snomster saja tidak becus!" Bentak Lilly, dia mengambil bola kristal dan memasukkannya ke dalam tas selempang kantong tas khusus bola kristal.

Lilly kemudian berjalan ke depan Lanna dengan tatapan angkuhnya, mencondongkan tubuhnya ke hadapan Lanna yang masih terduduk di tanah.

"Sekarang kau betulan jadi payah begini, ya. Makanya jangan suka sombong jadi orang mentang-mentang suka unggul. Jujur saja ya, aku sejak dulu tidak suka padamu. Karena dirimu yang selalu unggul dalam menjalankan misi dan kau yang akan di bicarakan setelahnya. Hei, aku iri, tahu. Aku senang kau jadi payah sekarang dan aku sangat tidak senang jika kau jadi hebat lebih hebat daripadaku. Sampai jumpa lagi, kutu payah. Bola kristal ini milikku," Lilly pun pergi meninggalkan tempat itu serta Lanna seorang diri di sana.

Lanna menatap lurus ke depan, rahangnya mengeras kaku meremas ujung roknya keras-keras. Dia tidak terima dengan hinaan yang di lontarkan si gadis berambut keriting itu. Lanna merasa marah karena yang di perlakukan seperti itu bukanlah Serena tetapi dirinya.

"Dasar kau jelek!" Maki Lanna, mengingat di bandingkan Lilly sejujurnya memang wajah Serena lebih cantik.

Tepat setelah kepergian Lilly, Xavier datang menggunakan teleportasinya.

"Akhirnya ketemukan juga kau," ucap Xavier. Lelaki itu setengah berjongkok di hadapan Lanna yang sedang tertunduk bahkan rambut panjangnya menutup hampir seluruh wajahnya. "Aku datang mencarimu karena aku merasa khawatir sebab ini pertama kalinya bagimu—"

"Tidak perlu," potong Lanna masih mendudukkan kepala.

Xavier sempat diam dalam beberapa detik lalu hendak menyentuh rambut panjang Lanna bermaksud agar wajahnya bisa terlihat oleh Xavier.

"Kau—"

"Aku bilang tidak perlu! Kau tidak dengar, ya? Hah?!" Lanna menepis kasar tangan Xavier.

Lagi, Xavier melihat Lanna menangis untuk yang kedua kalinya.

Lanna mendorong bahu Xavier keras seraya menangis. "Seharusnya kau tidak memilihku, seharusnya tidak! Kau membuat hidupku jadi tambah lebih sulit, kau tahu? Aku sangat payah tentang semua ini. Kau tahu, Lilly Swan itu? Dia sangat menyebalkan! Aku jadi di hina terus-terusan! Aku sudah berusaha selama ini Xavier, aku sudah berusaha!"

"Lanna... "

"Cukup! Jangan ajak aku bicara!"

Lanna pergi meninggalkan Xavier, perasaan gadis itu benar-benar kacau, sangat marah. Padahal hubungan mereka sudah membaik dan kini jadi terulang lagi bahkan Xavier bisa merasakan kemarahan Lanna yang berbeda daripada sebelumnya.

"Seharusnya kau tidak memilihku, seharusnya tidak! Kau membuat hidupku jadi tambah lebih sulit, kau tahu? "

Belum lama sejak kepergian Lanna dari hadapannya tetapi segelintir kalimat itu langsung terngiang-ngiang di dalam isi kepalanya. Perasaan bersalah kian menguat, kedua tangannya mengepal keras menahan kekesalannya terhadap diri sendiri. Padahal Xavier datang karena merasa khawatir terhadap Lanna, melakukan kegiatan latihan bersama hal yang pertama bagi Lanna. Dan mencari keberadaan bola kristal sudah pasti tidak mudah maka dari itu Xavier sudah mengumpulkan banyak bola kristal untuk dia berikan kepada Lanna. Separuhnya.

Setelah latihan gabungan selesai, mereka semua kembali ke sekolah dengan tas mereka yang tidak kosong. Mereka berbaris seperti semula sesuai dengan kelas mereka masing-masing dan masing-masing dari mereka menyerahkan tas berisikan bola-bola kristal yang sudah mereka kumpulkan ke hadapan para pengajar, menaruhnya di atas meja yang sudah di sediakan. Sedangkan Lanna, isi tas gadis itu masih kosong melompong.

"Lanna," Xavier menahan tangan Lanna ketika gadis itu hendak maju ke depan. "Aku sudah mempersiapkannya untukmu, aku punya banyak dan tadinya aku—"

"Tidak perlu," Lanna menghentak tangan Xavier lalu berjalan ke depan. Di taruhnya tas kosong itu di atas meja.

Dan saat tas itu di buka nampak kosong. Biasanya ketika tas di buka, bola-bola kristal dengan sinarnya itu akan terbang ke udara kemudian berubah menjadi serbuk keemasan dan menghilang bersamaan dengan sinarnya. Sementara hal itu tidak ada untuk Lanna. Saat tas itu di buka, nampak kosong. Pengajar di hadapannya itu menatap Lanna dengan tatapan heran.

"Tumben sekali Serena? Biasanya kau dapat banyak bola kristal," ucap pengajar tersebut.

Karena memang biasanya Serena termasuk murid yang paling banyak mendapatkan bola kristal di kalangan murid perempuan lainnya.

Lanna tidak membalas perkataan pengajar itu sedikit pun. Dia hanya melirik sekilas ke arah sang pengajar lalu membungkuk hormat berjalan kembali ke tempat barisan. Bahkan dia langsung jadi bahan omongan semua kelas.

"Sepulang dari misi dia jadi payah, ya," bisik salah satu murid perempuan kepada temannya yang lain.

Lanna mendengarnya, dia melirik tajam ke arah murid perempuan tersebut dan membuat murid itu menundukkan kepalanya merasa takut.

Sepulang dari latihan, Lanna langsung melangkahkan kakinya dengan gerakannya yang cepat kembali ke asrama. Perasaan malu, marah, kesal dan semuanya bercampur menjadi satu.

"Guru?" Kata Lanna saat melihat guru Han sudah berdiri, bersandar di depan pintu kamar asramanya.

"Yo!" balas guru Han.

...----------------...

1
Retno Isma
jgn Hiatus ya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!