NovelToon NovelToon
Tobatnya Sang Ketua Mafia

Tobatnya Sang Ketua Mafia

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta setelah menikah
Popularitas:1M
Nilai: 4.9
Nama Author: chibichibi@

Max Stewart, yang merupakan ketua mafia tidak menyangka, jika niatnya bersembunyi dari kejaran musuh justru membuatnya dipaksa menikah dengan wanita asing malam itu juga.

"Saya cuma punya ini," kata Max, seraya melepaskan cincin dari jarinya yang besar. Kedua mata Arumi terbelalak ketika tau jenis perhiasan yang di jadikan mahar untuknya.

Akankah, Max meninggalkan dunia gelapnya setelah jatuh cinta pada Arumi yang selalu ia sebut wanita ninja itu?
Akankah, Arumi mempertahankan rumah tangganya setelah tau identitas, Max yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mafia 34

Arumi melompat menerjang tubuh, Max untuk menjauhkan suaminya dari reruntuhan atap kamar tersebut. Akan tetapi, lampu yang ikut jatuh ternyata mengenai kaki Max.

Brakkk!

Prangg!

"Argggh!"

"Astaghfirullah adzim, Mas!" Arumi memekik kencang lantaran lampu tersebut sampai pecah ketika menjatuhi kaki, Max. Cairan darah segar seketika merembes dari koyakan luka yang terdapat pada anggota tubuh yang tertimpa reruntuhan.

Sekuat tenaga Arumi menarik tubuh besar suaminya dan berusaha keluar dari kamar itu. "Mas, kakimu berdarah," tangis Arumi tak tega melihat luka itu menganga cukup besar. Max, menahan sakit dan mencoba bangkit. Dia menarik lengan Arumi kemudian menariknya mendekati brankas.

Tetapi, ledakan kembali terdengar. Bahkan seakan jatuh tak jauh dari atap bangunan itu.

Darrr!

Blammm!!

Lantai kembali bergetar dan atap runtuh menjatuhkan puing-puing, hingga Arumi kembali menarik suaminya untuk mundur menjauh dari lemari brangkas yang menempel pada dinding itu.

"Awas, Mas!" Keduanya terjatuh, Arumi mengaduh merasakan sakit pada sikunya. Dengan cepat, dia kembali membawa suaminya bangun untuk segera keluar dari kamar mereka.

"Jangan pikirkan harta, Mas. Kita harus segera keluar dari kamar ini. Lihatlah, atap kamar sudah hancur. Kalau ada ledakan lagi kita berdua bisa terkubur hidup-hidup di sini!" pekik Arumi menyadarkan suaminya yang masih bersikeras membawa harta simpanannya.

Max, menyeret kakinya, di saat itulah terdapat lagi ledakan hingga mereka berdua terpental ke dekat pintu.

"Uhukk!! Arumi batuk hingga mengeluarkan cairan darah segar dari mulutnya.

"Mas," panggilnya lirih sambil berusaha menggapai sosok di depannya. Tempat itu berabu sehingga Arumi tidak dapat melihat dengan jelas dimana suaminya berada. Belum lagi, rasa sakit yang ia rasakan di seluruh tulangnya akibat terpental tadi.

"Arumi," panggil Max juga. Ia berusaha bangkit kemudian menarik tangan istrinya. "Bantu aku, berdiri agar kita bisa keluar!"

Arumi sekuat tenaga bangkit hingga langkahnya tersandung sesuatu. Dia meraih kotak di bawah kakinya. Kemudian mengambil isinya sebagian dengan memasukkannya ke dalam saku gamis. "Aku hanya akan membawanya sedikit agar tidak memberatkan langkah kaki," batin Arumi. Kuasa Allah, hingga benda itu ikut terpental ke arahnya. Namun, Arumi tidak mau serakah dengan membawa semuanya.

Susah payah mereka menuruni tangga. Di lantai bawah keadaan juga sama kacaunya. Max, mengarahkan Arumi ke sebuah pintu yang menghubungkan mereka pada lorong bawah tanah.

Ketika itu, Arumi melihat Naima dan Azura yang terluka. "Mas, mereka--"

"Biarkan mereka berusaha menyelamatkan diri sendiri. Semakin banyak orang maka pergerakan kita akan lambat!" tolak Max, dengan angkuh. Pikirnya, sudah risiko pekerjaan jika para pelayannya harus mati di tempat ini. Toh semua sudah ada perjanjiannya dengan gaji yang luar biasa tinggi. Karena itulah, para pekerja maupun anak buahnya rela menyerahkan jiwa dan raga mereka.

"Tapi, Mas. Kita tidak boleh memikirkan diri sendiri." Arumi tetap bersikeras, kemudian melepas pegangannya pada, Max dan beralih mendekati Naima.

"Kalian ikut kami. Satu ledakan lagi maka tempat ini akan rubuh," ajak Arumi pada kedua pelayan yang menatapnya nanar itu.

"Kedua kaki Azura patah, Nyonya. Aku tidak kuat untuk menggendongnya karena tanganku juga terluka," kata Naima dengan raut sedih.

"Naima, kau pergilah. Jangan pedulikan aku di sini," kata Azura dengan napas tercekat.

Arumi melihat keadaan Azura dengan penuh simpati kemudian dia menoleh juga ke arah suaminya yang sedang menahan sakit pada kakinya.

"Maafkan aku, Azura. Suamiku juga terluka. Aku tidak sanggup membawamu," ucap Arumi penuh sesal sambil menarik tangan Naima.

"Tapi, Azura--" Naima menatap Azura dengan mata berkaca-kaca.

"Pergilah!"

Naima pun terpaksa meninggalkan Azura dan ikut dengan Arumi serta Max masuk ke dalam terowongan. Hingga sebuah ledakan kembali terjadi dan mengakibatkan bangunan mewah itu bergetar hebat.

"Astagfirullah!" Arumi memeluk tubuh Max dengan erat hingga mereka terpental bersamaan.

"Sedikit lagi, kita sampai keluar," ucap Max pelan. Seluruh tubuhnya sakit bukan main.

Arumi membuka matanya lalu bersyukur masih melihat suaminya hidup. Kemudian ia mencari keberadaan Naima. Dan ternyata, wanita muda itu berada tak jauh dari kakinya. Keadaan Naima sama mengenaskannya dengan dirinya dan juga Max. Sekujur tubuh mereka lebam, dan darah tak ayal mereka muntahkan dari dalam dada.

Ketiganya beringsut susah payah hingga mencapai cahaya, yang menandakan pintu keluar ujung dari terowongan ini. Max, menekan sisi batu pada terowongan hingga pintu batu itu bergeser.

"Dimana ini, Mas. Kenapa hutan?" tanya Arumi bingung.

"Ikut saja. Aku tau jalan ini menuju kemana," jawab Max. Di saat bersamaan. Mereka bertiga kembali mendengar ledakan keras sebanyak tiga kali. Mereka jatuh tersungkur akibat getarannya yang dahsyat. Entah apa yang terjadi pada bangunan mewah itu dan juga orang-orang Max di sana.

Max, menoleh. Dia melihat kobaran api yang tinggi. Menandakan bahwa apa yang ia miliki saat ini musnah seketika.

"Tidakkk! Ini semua tidak mungkin terjadi! Siapa orang berengsek yang berani melenyapkan milikku!!" teriak Max, kencang, hingga urat berwarna kebiruan mencuat di leher serta pelipisnya.

"Mas. Sabarlah!" ujar Arumi. Ia menarik suaminya serta mendudukkannya. Merobek bagian bawah gamisnya untuk membalut luka menganga di kaki, Max.

"Kita harus segera pergi dari sini. Aku harus selamat untuk membalas perlakuan mereka!" geram, Max dengan geraman menyeramkan seperti Tiger.

"Jangan pikirkan itu, Mas. Kita harus selamat dulu, itu yang terpenting. Ayo," ucap Arumi seraya kembali memapah suaminya walaupun dia harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk itu. Naima, mengekor di belakang. Hingga desingan peluru menghujani sisi tubuh mereka bertiga.

"Akhh! Kita di tembaki, Tuan!" teriak Naima. Untung saja, tak satupun peluru yang mengenainya. Hal tersebut membuat, Max semakin mempercepat jalannya.

"Benar-benar, sial!" umpat Max, geram. Dia memutar cincin berlian di jarinya. Namun, betapa kagetnya saat Max justru tidak menemukan benda itu.

"Dimana cincinnya!" pekik Max, terkejut.

"Sudahlah, Mas. Ayo kita lari lagi. Musuh sepertinya semakin mendekat," kata Arumi, mengingatkan Max bahwa situasi lebih gawat dari sekedar kehilangan cincin peninggalan nenek moyang.

Di tempat lain.

"Semua beres, Ketua Ma!" seru wanita cantik mendayu, dengan pakaian kurang bahannya. Hingga menampilkan setiap belahan serta lekuk tubuhnya yang molek menggoda.

Ia berjalan gemulai, menghampiri meja besar. Di mana ada seorang pria yang sedang menumpang kan kedua kakinya ke atas meja tersebut.

Tubuh pria yang berbalut kemeja berwarna biru dongker itu, terlihat rebah di atas kursi putar, dengan mata terpejam. Namun, terlihat senyum smirk tercetak dari kedua bibir tipisnya.

"Kau hebat, kucing liar ku. Aku cukup puas dengan hasil kerjamu," puji seorang pria paruh baya dengan wajah khas Asia. Kulitnya yang coklat, alis mata dan bibir yang sedikit tebal, hidung bangir, rambut hitam legam sepundak, serta postur tubuh yang masih terjaga di usianya yang sudah hampir kepala lima. Menandakan betapa gagahnya dia di usianya yang tidak lagi muda ini.

Pria ini terlihat telah berganti posisi, dengan menegakkan tubuhnya. Sedangkan wanita berbaju minim itu telah ia tarik untuk berada di atas pangkuannya.

"Aku telah menghancurkannya hingga ke akar. Anak haram kurang ajar itu tidak akan bertahan hidup dengan puluhan rudal yang ku kirim ke kediamannya," ucap wanita bermata sipit itu dengan senyum menggoda, seraya mengelus rahang pria di bawahnya.

1
Tika Rotika
aku suka cerita nya 🥰🥰🥰
Istri lipai:)
/Frown/
Ummu Faliha
Luar biasa
Vina Maudy
ada ga di dunia nyata yg tipe kayak gini ta rob....
Ari Randz
semoga mereka berdua juga mendapat hidayah seperti sang bos /Heart//Heart/
Ari Randz
gemessss dewe AQ Thor /Facepalm//Facepalm/
Ratna Wati
Jagan sekarang di asah max...tggu kering dlu,Bru bsa diasah .. sampai tajam....
Ari Randz
max darah tinggi Mulu /Grin//Grin/
Istri lipai:)
seru nih
Khusnul Khotimah
seru banget...
Shantyka Kusuma
ayo Thor cpt Adain audio nya please
Fauziah Yamien
/Good//Good/
Yuni Herwani
Luar biasa
Rahmaniar
seru cerita nya..bagus lagi
Rohma Wati Umam
Luar biasa
Shyfa Andira Rahmi
👍👍👍
Shyfa Andira Rahmi
masyaallah....
Shyfa Andira Rahmi
apa ini maksudnya thorrr....??
Shyfa Andira Rahmi
🤣🤣🤣🤣mantan mafia kena bentak....
Shyfa Andira Rahmi
haisss pasangan pengantin yg ANEHH🤦
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!