WANTED DILARANG JIPLAK !!! LIHAT TANGGAL TERBIT !!!
Karena ketidaksengajaan yang membuat Shania Cleoza Maheswari (siswi SMA) dan Arkala Mahesa (guru kimia) mengikat janji sehidup semati di hadapan Tuhan.
Shania adalah gadis dengan segudang kenakalan remaja terpaksa menikah muda dengan gurunya Arka, yang terkenal dingin, angkuh dan galak.
Tapi perjuangan cinta Shania tak sia sia, Arka dapat membuka hatinya untuk Shania, bahkan Arka sangat mencintai Shania, hanya saja perlakuan dingin Arka di awal pernikahan mereka membuat lubang menganga dalam hati Shania, bukan hanya itu saja cobaan rumah tangga yang mereka hadapi, Shania memiliki segudang cita cita dan asa di hidupnya, salah satunya menjadi atlit basket nasional, akankah Arka merelakan Shania, mengorbankan kehidupan rumah tangga impiannya ?
Bagaimana cara Arka menyikapi sifat kekanakan Shania.Dan bagaimana pula Arka membimbing Shania menjadi partner hidup untuk saling berbagi? ikuti yu asam manis kehidupan mereka disini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memberi jarak
Arka mempersilahkan ibu dan bapak Alya untuk duduk, keduanya tersenyum. Begitupun Alya, ia menduga jika hari ini adalah hari keberuntungannya, it's my lucky day.
Hari saja secerah siangnya bikini bot tom. Burung burung berterbangan dengan riangnya, bahkan ia sudah sempat memilih milih gaun kebaya pengantin di salah satu sosial media seorang desainer ternama.
Wajah Arka begitu tenang dan datar.
"Mas, bibir kamu kenapa ?" tanya Alya hendak mendekat, tapi Arka menepis tangan Alya, menolaknya. Bagaimana pun ia sudah memiliki istri, tidak seharusnya Alya menyentuh nyentuhnya.
"Gimana jalannya pak, macet ?" tanya Arka berbasa basi pada bapak Alya.
"Alhamdulillah nak, lancar.."
Arka berdehem, Lukman membawa senampan berisi 4 cangkir coffe. Tatapan Alya menunduk, saat berada dalam jangkauan pandangan Lukman, seperti tau kesalahannya.
"Makasih Luk, " Lukman mengangguk.
"Langsung saja pak, bu..." tak mau berbasa basi, Arka langsung membuka obrolan.
"Saya mengajak bertemu, bermaksud menjelaskan hal yang masih abu abu, maaf jika membuat Alya dan keluarga menunggu atau berharap harap. Dulu saya memang sempat mengajak Alya menikah, tapi tidak pernah ada jawaban dari Alya sendiri. Jika sekarang Alya, sudah siap...tidak dengan saya pak, bu..karena saya sudah tidak sendiri lagi, saya sudah menikah, " hatinya sekarang sedikit lega karena sudah memberitahukan statusnya sekarang.
Bapak dan ibu Alya sedikit terkejut dengan pengakuan Arka, mereka kira pertemuan mereka akan berakhir dengan Alya yang dibawa ke pelaminan oleh Arka. Tapi rupanya mereka harus menelan pil pahit merelakan calon menantu idaman mereka menikahi wanita lain. Lain halnya dengan Alya yang sudah menangis, ia menyesal kenapa dulu tidak langsung menerima ajakan Arka untuk menikah.
"Tapi mas tak pernah bilang jika mas sudah menikah, sejak kapan ?" tanya Alya berurai air mata.
"Sejak sebulan yang lalu, maaf...bukan bermaksud menutupi status saya, tapi lebih menjaga privasi identitas istri saya."
Lalu Alya ingat dengan kejadian kemarin, "apa Shania ?!" tanya Alya dengan wajah basah dan keruhnya.
Arka mengangguk, "kenapa harus Shania mas, Shania masih kecil ?!" tanya Alya.
"Kamu cukup tau saja kalau istri saya Shania tak perlu tau alasan kami menikah," jawab Arka tidak membicarakan masalah pribadi pada orang lain yang tidak berkepentingan, kecuali Dimas.
"Maaf nak Arka, meskipun memang bapak sedikit terkejut dan kecewa. Tapi mau bagaimana lagi, semoga pernikahanmu samawah !" jawab bapak Alya, sedangkan ibu Alya menenangkan anaknya.
"Shania masih sekolah mas, " ucap Alya histeris.
"Alya ! cukup !" jawab bapak dan ibunya.
"Tidak pak, bu ! sepertinya mas Arka terpaksa, iya kan mas ?!" tanya Alya.
"Mas jahat sama Alya, " jawabnya.
"Maaf sekali lagi, itu menjadi urusan saya dan Shania, " jawab Arka lagi.
"Kalau begitu kami permisi, nak !" ajak bapak Alya.
"Tapi pak, " Alya mendongak.
"Sudah Alya, mungkin belum jodohnya, " jawab bapaknya.
Arka tidak membuka aib Alya, terlebih di depan orangtuanya yang mungkin saja mereka tak tau aib anaknya sendiri, itu bukanlah urusan Arka lagi, lelaki itu tak mau ikut campur masalah orang lain, cukup tau saja sebenarnya Alya seperti apa. Yang sekarang ia harus pikirkan adalah Shania.
Tapi tidak menyerah sampai disitu, Alya yang sudah diparkiran malah berbalik masuk kembali ke dalam cafe meminta penjelasan pada Arka.
"Mas !!" ia bahkan sampai ikut ke dapur cafe, tak peduli tatapan para karyawan lain termasuk Dimas dan Lukman.
"Saya sudah menikah Al, apa yang kamu harapkan dari saya."
"Ceraikan Shania, mas. Alya yakin kamu dan Shania belum melakukan hal hal in tim !" pinta Alya. Arka mengangkat alisnya sebelah menepis tangan Alya.
"Pernikahan adalah janji terhadap Allah, saat saya mengucap ijab kabul terhadap Shania, maka saya sudah berjanji pada Allah jika saya akan bertanggung jawab terhadap Shania, baik lahir dan bathinnya, entah itu ada atau belumnya perasaan cinta. Janji yang bukan untuk dimainkan dan disepelekan !" Arka mulai geram dengan perempuan di depannya.
"Tapi kalau tidak saling cinta buat apa dipertahankan mas, perceraian memang dibenci Allah, tapi tidak dilarang, "
Dimas mulai ikut terpancing emosi, tapi Lukman menariknya untuk tak ikut campur, mereka bukan tim kevo atau tim hore, yang dengan sengaja ingin menyaksikan peristiwa bersejarah ini, tapi lebih ingin menjaga agar tidak menjadi fitnah jika hanya membiarkan Arka dan Alya berdua saja.
"Ekhem," Shania berdehem mengusir rasa tak nyaman di tenggorokannya.
"Saya masuk di waktu yang salah ya ?!" Shania membeo di ambang pintu dapur.
"Shania, "
"Kalo gitu saya tunggu selesai aja deh, " Shania menutup kembali pintu dan menunggu di luar pintu dapur.
"Sha, " Arka segera menyusul Shania keluar.
"Ada apa ?" tanya Arka.
"Emh, itu pak. Saya mau ijin..hari ini saya mau nginap di rumah bunda, soalnya ada kerja kelompok sama Inez, rumah bunda lebih deket sama Inez dibanding rumah bapak," ucap gadis itu. Dan benar...sekali lagi Arka merasakan orang lain di diri Shania. Ternyata ia kehilangan sosok periang Shania, sosok pecicilan yang biasa mengisi hari harinya.
Meskipun mulutnya sangat ingin melarangnya, tapi Arka tidak berhak mengekang Shania.
"Kalau begitu saya antar, " pinta Arka, Shania menggeleng, "saya bareng Inez, "
"Kalau begitu nanti saya jemput dari rumah bunda, "
"Saya bawa motor pak," tolak Shania.
Shania menolak Arka, itulah yang terjadi. Jika dulu Shania mohon mohon untuk ikut kemanalun Arka pergi, mengekor pada Arka, sampai ke toilet pun terkadang minta ikut saking takutnya kala di malam hari, lain halnya sekarang, seolah Shania sedang menjaga jaraknya, membentengi dirinya dari Arka.
"Saya tidak mau bercerai, " Shania menghentikan langkahnya saat akan berbalik pulang.
"Pernikahan bukan untuk dipermainkan, satu kali seumur hidup, apa yang akan ibu, bunda, ataupun ayah katakan nanti ? " lanjutnya.
"Beri saya kesempatan Sha, " Shania menatap nanar nan lelah, bukan jawaban yang ia berikan.
"Assalamualaikum, "
"Waalaikumsalam, " hatinya berdenyut sakit menerima penolakan Shania, karma untuknya yang selalu bersikap dingin pada Shania dulu berbalik padanya kini, ini yang dulu Shania rasakan, menyukai Arka tapi selalu disambut dingin oleh pria ini. Bahkan tak jarang Arka menyebutnya gadis ceroboh, tapi Shania tetap tersenyum dan selalu ceria.
Kenapa rasanya susah untuk tersenyum bahagia di saat hati sakit. Apa dia mulai menyukai Shania, ia mulai tergantung pada Shania. Shania yang selalu berusaha untuk lebih baik, Shania yang ngeyel menyiapkan sarapan, dan bekal untuknya, dan jangan lupakan kopi buatan gadis itu yang selalu tau kapan ia membutuhkannya.
Arka kembali ke dapur dan mengambil celemeknya. Dengan masih adanya Alya yang memohon.
"Sebaiknya kamu pergi, saya mau bekerja, " ucap Arka dingin.
"Mas, apa sih salah Alya. sampai mas kaya giniin Alya ?!" Arka diam hanya tersenyum miring.
Dimas meremas lap handuk yang ia pegang saking gemasnya.
"Kalo bukan cewek udah gue ajak duel !!!" ia menggertakan giginya ditertawai Arga dan Lukman. Alya pergi dari cafe.
"Ka, Shanianya gue kemana ?!" tanya Dimas.
"Dia minta ijin menginap di rumah bundanya, mau kerja kelompok di rumah temennya biar lebih deket !" jawab Arka mulai meroasting biji kopi.
"Ya Allah istri shalihah ! calon mamah Ori yang ga jadi !" seloroh Dimas.
"Muka loe !!!! mana mau mbak Shania jadi mamah tiri Ori, liat perwujudan ayahnya Ori aja kaya lemper isi daging fir'aun gini, " Arga mengusap wajah Dimas dengan lap meja, yang sontak ditertawai Lukman. Arka sedikit terhibur dengan celotehan mereka, ia kemudian meringis mrngingat hubungannya dengan Shania.
.
.
.
.