Ini Kisah Anak Loli
Lita kini yatim piatu, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya sementara ayah biologisnya hingga detik ini dirinya tidak tahu.
Kakek Neneknya juga telah meninggal dunia karena kecelakaan di hari perpisahan sekolah Lita di bangku SMP, harta warisan milik keluarganya habis tak bersisa untuk membayar hutang Kakek Nenek.
Dan akhirnya Lita menikah dengan seorang pria yang begitu meratukan dirinya dan membuatnya bahagia, namun ternyata semua kebahagiaan itu hanya sebentar.
Ikuti ceritanya yuk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Ehh kalian tau gak sih, Ambu baru saja bertengkar sama Bu Ningsih" ucap Erni berbisik dengan matanya berbinar
"Berantem kenapa? Pasti Bu Ningsih yang mulai duluan, mulutnya kan pedas wajar kalau kena tegur Ambu"
Damar menimpali dengan wajah santai seolah sudah jadi makanan sehari-hari mereka mendengar gimana julid-nya Bu Ningsih, Erni melirik ke arah Lita yang sibuk melayani pembeli.
"Bukan itu alasan sebenarnya, Ambu berantem gara-gara belain dia. Hebat ya? Baru kenal, tapi sudah meraih hati Ambu"
Vina yang mendengarkan pembicaraan itu, menoleh dengan ekspresi penuh minat lalu mengatakan jika wajar Ambu bantu Lita karena Lita orang baru di kota ini, mana janda lagi.
"Justru karena dia janda, itu yang mengkhawatirkan" potong Erni dengan nada sinis
Kemudian Erni berceloteh bahwa zaman sekarang janda lebih terdepan, bisa-bisa semua bujang di kampung mereka kepincut sama Lita. Apalagi menurut Erni selama ini, Lita sok ramah.
Kalau melayani pembeli sambil senyum-senyum gak jelas, semuanya menatap Lita dari kejauhan sambil terus mengomentari dengan berbagai pandangan dan prasangka masing-masing.
"Halah kamu bilang begitu karena syirik aja sama Lita" sindir Damar dengan nada sinis
Damar mencoba menenangkan suasana dengan mengingatkan jika Erni juga wanita, jangan sampai jadi janda gara-gara menghina janda lain, suaranya terdengar lebih seperti nasehat yang menusuk.
"Ingat, suamimu itu lagi kerja di luar kota. Hati-hati, nanti disana dia kecantol dengan wanita lain"
Damar melanjutkan ucapannya dengan mengangkat satu alis, menunjukkan rasa khawatir yang di buat-buat. Wajah Erni memucat, Erni menelan ludahnya dengan kasar.
Erni berusaha keras tidak mempercayai kata-kata Damar, Erni pun membentak Damar karena tak mungkin suaminya selingkuh. Baginya suaminya pria setia, jadi mana mungkin menduakannya.
"Kalau kamu terus membela Lita, hati-hati nanti aku bilangin sama istrimu kalau kamu suka dengan janda itu"
Erni mengancam dengan matanya tak lepas dari tatapan Damar yang terus menantang, bahkan tatapan Erni begitu tajam yang seolah bisa menembus kedua bola mata Damar.
"Bilang saja, mana mungkin Indah percaya sama kamu. Dia itu teman lamamu, dia tahu betul gimana mulutmu yang suka ngomong sembarangan"
Damar tak kalah takut menantang Erni kembali, di sisi lain Vina menarik napas panjang pandangannya mengambang ke pojok ruangan memperhatikan Lita sibuk dengan pekerjaannya.
"Kenapa sih kalian harus bertengkar begini? Kalau terdengar Ambu di marahi loh" tegur Vina menatap Damar dan Erni
"Lagi pula Teh Lita itu gak pernah macam-macam kok, dia cuma tersenyum saat melayani pembeli. Wajar dong seorang penjual tersenyum saat melayani, nanti kalau dia cemberut pasti malah di sangka sombong"
Vina satu-satunya karyawan Ambu yang belum menikah, sebenarnya usia mereka hampir sama tapi Damar dan Erni menikah muda. Dengan sinis Erni berkata, dengan tatapan penuh penghakiman.
Bahwa semua orang tertipu dengan akting Lita, Erni yakin berapa minggu ke depan sifat asli Lita akan terlihat dan pasti ada gosip Lita yang bermain serong dengan suami orang.
Vina menghela napas lelah lalu memuji Lita hebat gak ngapa-ngapain tapi pahalanya mengalir terus karena di gosipin semua orang, aneh juga dengan orang yang menilai Lita sebelah mata.
"Itu mah si Erni dan Bu Ningsih aja yang syirik, mereka iri karena Teh Lita bisa dekat dengan Ambu. Kita kan tahu, Erni suka mencari perhatian kalau ada Ambu datang" sahut Damar menimpali
Mendengar itu Vina hanya mengangguk-anggukan kepalanya, pikirannya melayang pada interaksi Erni di hadapan Ambu selama ini. Vina pun bergumam iya juga, kata-kata itu meluncur.
Sambil Vina terus mengamati gelagat Erni yang mencoba mencari perhatian Ambu, sementara itu Lita hanya bisa menarik napas dalam-dalam sembari menatap Leon dan Daniel.
Yang berlarian di halaman tak jauh dari warung, bibir Lita tetap melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman manis seolah dirinya tak pernah mendengar apapun.
.
.
.
Malam itu Lita merasa ada yang aneh pada kedua putranya, Leon dan Daniel. Mereka berdua terlihat murung, tak seceria biasanya. Lita pun mendekati keduanya, untuk bertanya ada apa.
"Leon, Daniel. Kalian kenapa, Nak? Kok kelihatan sedih begini? Apa kalian gak enak badan?"
Lita dengan lembut sembari memeriksa suhu tubuh kedua putranya secara bergantian, Daniel menatap sang mama dengan mata berkaca-kaca lalu memeluk sang mama.
"Aku kangen Papa, Ma" ucap Daniel
Dada Lita berdenyut, hatinya merasa sakit, karena kedua putranya tak bisa mendapatkan kasih sayang dari Papanya. Lita memaksakan bibirnya, untuk tetap tersenyum di depan kedua putranya.
"Sabar ya, Sayang. Kapan-kapan kita main ke rumah Papa"
Untung menenangkan hati putra bungsunya Lita berucap seperti itu sembari mengusap kepala Daniel dengan lembut, bibir Daniel langsung membentuk sebuah senyuman.
"Beneran, Ma? Kita akan bertemu Papa lagi?" tanya Daniel dengan mata berbinar
"Iya, Sayang. Tapi tunggu Mama sudah punya uang lagi untuk ongkos ya"
"Iya, Ma" jawab Daniel dengan wajah bahagia
Lita tersenyum sembari mengusap kepala Daniel dengan lembut, hatinya teriris. Andai tak ada pelakor, mungkin mereka akan mendapatkan kasih sayang dari Papanya.
Lita melirik ke arah Leon yang hanya diam menunduk saja, lalu Lita meminta Leon untuk mendekatinya. Leon menoleh, dengan langkah ragu Leon mendekati sang mama.
"Leon kangen juga sama Papa?" tanya Lita
Leon mengangguk, kedua matanya tampak memerah dan berkaca-kaca dengan bibir gemetar. Lita pun meminta Leon jangan menangis, dan bercerita mengapa Leon bersedih?.
"Kalau Leon memang kangen sama Papa, kapan-kapan kita ke rumah Papa tapi tunggu Mama sudah punya uang dulu jadi kalian sabar ya" ucap Lita dengan lemah lembut
Daniel mengangguk dengan sangat antusias, sementara Leon menggeleng dengan kepala tertunduk membuat Lita heran lalu bertanya mengapa Leon tak mau bertemu Papanya.
"Papa gak sayang sama aku" sahut Leon dengan lirih
Kedua bola mata Lita membulat mendengar jawaban Leon, lalu memberi pengertian pada Leon kata siapa Papanya tak sayang dan mengatakan kalau Papa mereka sayang dengan mereka.
"Gak!! Papa gak sayang sama aku, kalau Papa sayang sama aku. Papa gak mungkin buang aku"
Leon memekik dengan mata berkaca-kaca, Lita terdiam. Lita tak menyangka jika Leon sudah paham dengan situasi yang telah di alaminya, Lita berusaha menyembunyikan rasa pedihnya.
"Kamu salah, Nak. Papa sayang sama kalian kok"
"Kalau Papa sayang sama kita, kenapa dia tidak tinggal bersama kita? Kenapa Papa memilih tinggal bersama Tante Desi dan Azura?" tanya Leon dengan nada tinggi