Ini Kisah Anak Loli
Lita kini yatim piatu, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya sementara ayah biologisnya hingga detik ini dirinya tidak tahu.
Kakek Neneknya juga telah meninggal dunia karena kecelakaan di hari perpisahan sekolah Lita di bangku SMP, harta warisan milik keluarganya habis tak bersisa untuk membayar hutang Kakek Nenek.
Dan akhirnya Lita menikah dengan seorang pria yang begitu meratukan dirinya dan membuatnya bahagia, namun ternyata semua kebahagiaan itu hanya sebentar.
Ikuti ceritanya yuk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Keduanya belum Lita daftarkan sekolah, karena Lita merasa sudah terlambat mengingat kurikulum sudah berjalan hampir setengah tahun. Mungkin tahun depan, keduanya akan Lita sekolahkan.
Di sudut hatinya yang lain Lita merasakan kecemasan ketika melihat Ambu Aminah yang sedang asyik bermain bersama Leon dan Daniel, Lita merasakan beban untuk segera mandiri.
"Ambu, ada yang ingin aku bicarakan" ucap Lita dengan suara yang nyaris tak terdengar
Hati Lita berdebar menahan kekhawatiran masa depan, Lita berpikir harus segera mencari kontrakan dan pekerjaan yang memungkinkan untuk membawa kedua putranya.
Karena tak ingin meninggalkan keduanya sendirian di rumah, Lita takut terjadi apa-apa pada kedua putranya. Ambu Aminah berbalik, bibirnya selalu tersenyum lembut saat memandang Lita.
"Ada apa, Lita?" tanya Ambu sembari mengusap-usap punggung tangan Lita, Lita menelan ludah wajahnya tampak gelisah
"Ambu, maaf sebelumnya jika yang akan aku katakan ini menyinggung hati Ambu. Tapi aku merasa sudah terlalu lama menumpang di rumah ini, aku ingin mencoba mandiri. Aku ingin mencari kontrakan dekat sini sekaligus pekerjaan baru, agar bisa menghidupi Leon dan Daniel" jelas Lita dengan nada suara penuh keraguan
Ambu Aminah mengerutkan keningnya, bertanya mengapa Lita ingin pindah. Bukankah dirinya sudah bilang bahwa Lita dan anak-anaknya boleh tinggal disini, karena dirinya tak mau kesepian.
Soal pekerjaan, Lita bisa bekerja dengan Aisyah jadi Leon dan Daniel bisa di titipkan padanya. Ambu Aminah merayu Lita dengan suara yang masih tetap lembut, Lita mengigit bibir bawahnya.
"Maaf, Ambu. Aku tidak yakin bisa jadi admin, aku kurang paham jadi lebih baik aku cari pekerjaan lain saja" jawab Lita dengan hati-hati
Ambu Aminah menarik napas dalam-dalam, cemas bercampur kecewa. Kemudian Ambu Aminah kembali bertanya pada Lita mau kerja apa, dan juga ingin mengontrak dimana.
Suara Ambu terdengar pelan, penuh kelembutan namun tersembunyi kekhawatiran. Lita menatap Ambu dengan tatapan yang sedikit bimbang, Lita juga belum tahu mau cari pekerjaan apa.
"Tapi aku mau mencari pekerjaan dekat sini aja, biar bisa sering mengunjungi Ambu" kata Lita membuat Ambu Aminah tersenyum.
"Bagaimana kalau kamu kerja di warung sembako kami saja? Letaknya kan gak jauh dari sini, jadi kamu gak perlu mencari kontrakan segala"
Ambu Aminah menawarkan solusi sambil mengelus punggung tangan Lita dengan lembut, Lita terdiam merasa senang dapat pekerjaan tapi merasa sungkan jika masih tinggal di rumah ini.
Dengan suara yang tercekat Lita pun meminta pada Ambu untuk berpikir dahulu sebelum menyetujui tawaran Ambu, Ambu Aminah memperhatikan Lita dengan ekspresi khawatir.
"Lita, kamu kenapa? Apakah kamu merasa tidak nyaman tinggal di rumah ini? Apa perlakuan kami kurang mengenakan?" tanya Ambu dengan nada suara yang menggantung
"Kalau ada yang kurang, Ambu minta maaf. Nanti Ambu akan berusaha memperbaiki sikap kami lagi"
Lita menatap Ambu Aminah dengan mata berkaca-kaca, kemudian dengan cepat Lita menggelengkan kepalanya sembari menggenggam tangan Ambu Aminah.
"Bukan, Ambu. Kalian sudah sangat baik padaku dan juga anak-anakku, aku yang seharusnya minta maaf karena selalu merepotkan" kata Lita dengan suara bergetar
"Aku merasa malu kalau harus menumpang terus-terusan disini" lanjut Lita menundukkan kepala
Ambu mengelus kepala Lita yang terbungkus hijab sembari mengatakan mengapa Lita harus malu, Ambu dan Abah sudah menganggap Lita seperti anak sendiri bahkan Aisyah senang ada Lita disini.
Sehingga Aisyah ada teman mengobrol, Ambu Aminah pun menawarkan Lita untuk jalan-jalan dengan Aisyah jika bosan berada di rumah terus-menerus atau pergi ke toko Aisyah.
Kata yang keluar dari bibir Ambu dengan lembut, Lita menatap Ambu Aminah lalu menghela napas perlahan. Lita mengucapkan terima kasih pada Ambu, dengan suara yang lebih tenang.
Dan mengatakan bahwa dirinya tidak bosan, hanya saja Lita butuh pekerjaan untuk menyambung hidupnya dan anak-anaknya. Ambu tersenyum hangat, lalu memegang tangan Lita.
"Kalau begitu, bekerja saja di warung sembako kami. Nanti Ambu akan kasih gaji sama seperti karyawan yang lain, uang itu bisa kamu gunakan untuk kebutuhan kamu sendiri"
Lita menatap Leon dan Daniel sedang asyik bermain petak umpet di halaman rumah Ambu, Ambu Aminah melanjutkan ucapannya jika Lita bekerja, biarkan Leon dan Daniel bersamanya.
Biar dirinya saja yang mengasuh keduanya namun Lita menolak, malu rasanya dirinya terus merepotkan Ambu. Lagipula Ambu punya anak sendiri, lebih baik fokus pada mereka saja.
Mendengar itu membuat Ambu Aminah menghela napas, wajahnya menunjukkan guratan kekecewaan. Ambu menjelaskan dirinya memang mempunyai anak, tapi keduanya sudah dewasa.
Keduanya sudah bisa mencari uang sendiri, jadi tak ada yang perlu di khawatirkan lagi. Bahkan keduanya seringkali memberi Ambu uang, itu artinya keduanya sudah tak butuh uang lagi.
Lita hanya bisa mendengarkan, merasakan betapa pengertian Ambu Aminah. Ambu Aminah berkata andai saja kedua anaknya sudah menikah, mungkin keduanya sudah memiliki anak.
Yang seumuran Leon atau Daniel, senyum Ambu Aminah mengembang sejenak sebelum kembali murung karena teringat Aisyah belum bertemu jodoh, sementara Abian sibuk dengan karirnya.
"Entah masih berpikir untuk menikah atau tidak, si Ujang (anak kesayangan laki-laki, julukan Abian)"
Lita menahan senyum canggung di bibirnya, setiap tatapan dan kebaikan dari keluarga Ambu Aminah membuatnya merasa berhutang budi. Entah bagaimana dirinya membalas kebaikan keluarga Ambu, batin Lita.
Sementara itu Ambu Aminah dengan hening memperhatikan Lita yang di landa kegelisahan, Lita mungkin tidak memiliki kecantikan yang luar biasa. Kulitnya kuning langsat, hidungnya tidak terlalu mancung.
Pipinya sangat tirus, dan badannya juga kurus karena terlalu banyak beban pikiran. Namun saat Lita tersenyum, bibir kecilnya begitu mempesona dengan lesung pipi di pipi kirinya.
Dengan nada hati-hati Ambu Aminah memecahkan keheningan bertanya pada Lita apakah Lita ada keinginan untuk menikah lagi, tentu saja pertanyaan itu mengejutkan Lita.
Kedua matanya membulat tidak percaya seolah-olah di kejutan dengan sesuatu yang tak terduga, Lita menarik napas dalam-dalam lalu matanya memandang lantai yang berdebu.
"Maaf, Ambu. Aku.... Aku tidak bisa memastikan masa depan" kata Lita dengan suara yang lembut tapi penuh dengan ketegaran
"Saat ini aku hanya ingin fokus merawat Leon dan Daniel, mungkin untuk sekarang cukup sekali aku menikah. Bagiku pernikahan itu bukan segalanya, terutama jika berakhir dengan pengkhianatan"
Lita melanjutkan perkataannya sembari menggenggam tangan Ambu Aminah dengan mata berkaca-kaca, Lita mengingat kembali luka yang pernah di alaminya.
Ambu menyentuh tangan Lita, tatapannya penuh kecemasan. Bertanya pada Lita bagaimana jika ada pria baik yang ingin menikahi Lita? Lita menggeleng pandangannya lurus ke depan.
Lanjut thor