Pedang Pusaka menceritakan tentang seorang manusia pelarian yang di anggap manusia dewa berasal dari Tiongkok yang tiba di Nusantara untuk mencari kedamaian dan kehidupan yang baru bagi keturunannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Reuni Terselubung
Siang itu, didalam ruangan besar terlihat dua orang pemuda tampan dan tiga orang gadis cantik sedang melakukan semedi di bawah pengawasan seorang kakek tua yang duduk di tempat yang tinggi dihadapan mereka.
Sudah dari pagi kemarin mereka melatih semedi tanpa makan minum dan buang air.
Tiba tiba seorang gadis cantik khas wajah manchu bergerak bangun dari semedinya berlari keluar dari ruangan besar itu.
Tak lama Siaw Kim berlari keluar, Sie Liong pun keluar perlahan membuyarkan semedinya.
Kini tinggal tiga orang murid Xiansu yang bertahan dalam keadaan duduk semedi seperti itu.
Selang sejam kemudian, Siaw Gin yang paling tua diantara kelima murid itu juga bangun untuk buang air.
Kini yang tinggal hanya Meilan yang kini usianya sudah hampir 15 tahun dan Naya yang berusia 19 tahun.
Dalam semedinya, Xiansu terus memperhatikan kedua gadis yang masih tetap duduk diam tak bergeming sedikitpun.
Hingga sore keduanya masih tetap dalam posisi masing masing hingga Naya membuka matanya,
"Suhu, aku sudah tidak sanggup lagi". Seru Naya yang kini menjadi seorang gadis paling cantik dengan wajah khas India.
"Sudah cukup Meilan. Keluar dan istirahatlah kalian". Jawab Xiansu sambil tetap duduk bersemedi di tempatnya.
"Terimakasih suhu". Jawab keduanya sambil memberi hormat dan pamit keluar.
Xiansu tetap melanjutkan semedinya hingga setengah jam kemudian saat hari mulai berganti malam, datang lah Meilan dan Naya di ikuti oleh Sie Liong membawakan makanan dan minuman kepada suhu mereka.
"Suhu (guru), makan dulu. kami telah menyiapkannya". Seru Naya yang memang mengajak Meilan memasak untuk gurunya.
Xiansu yang larut dalam semedi itu membuka matanya. Dengan wajah tersenyum dia bertanya,
"Kalian sudah makan?"
"Kami sudah suhu. Hanya Naya dan adik Lan yang belum makan. Silakan suhu makan dulu". Jawab Sie Liong sambil pamit kembali keluar.
"Banyak sekali kalian memasak, ayo sini makan bersamaku". Ajak Xiansu yang melihat Meilan dan Naya tetap duduk menungguinya.
Mereka pun makan sambil mendengarkan wejangan wejangan dari Xiansu. Selepas mereka makan, Xiansu menyuruh mereka istirahat karena keesokan harinya mereka akan diuji oleh Xiansu.
***~###~***
Malam itu, cuaca sangatlah dingin karena memang diluar sedang hujan deras.
Sepasang ahli beladiri yang pernah menyerang Siaw Jin dan Losian serta Xiansu kemarin dulu terlihat sedang berlatih di bawah sinar rembulan yang kadang redup dan kadang timbul terhalang awan hitam di langit yang kelam.
Semakin lama, serangan kedua nya yang berlatih semakin dahsyat hingga ada suara yang keluar dari gua berjarak ratusan meter dari situ berkata,
"Hentikan latihan kalian. Cepat kemari".
Mendengar suara gurunya, kedua orang yang rambutnya mulai ditumbuhi uban itu segera berlari kencang ke arah gua.
"Hormat kepada guru". Seru salah satu yang lebih tua yang memiliki wajah yang asing.
"Twaba, Jiba, kalian telah selesai berlatih. Kini kalian boleh pergi. Namun ada dua tugas yang aku bebankan pada kalian anggap saja sebagai balas budi kalian kepadaku. Pertama, kalian harus berhasil membunuh musuh bebuyutan ku beserta keluarga mereka. Yang kedua, pergilah kalian ke daerah pegunungan mong li, carilah sebuah pedang pusaka dan bawa kemari. Selesaikan tugas tugas itu secepatnya". Seorang pria tua tanpa kaki berkata.
"Baik guru, akan kami laksanakan secepatnya. Besok kami mohon pamit kepada guru". Jawab Twaba yang segera bersujud di ikuti oleh adik seperguruannya.
Berangkatlah mereka berdua menuju ke sudut belakang gua untuk beristirahat. Sebentar saja mereka telah tertidur dalam keadaan pakaian masih basah.
Sungguh orang orang yang luar biasa. Jika ada yang mengenali mereka delapan atau sembilan tahun lalu, pasti tak akan menyangka bahwa kini mereka merupakan manusia yang sulit dicari tandingannya.
Keesokan harinya, mereka berdua berangkat menuju ke kota Cin An dimana terakhir kali mereka bertemu Losian dan Xiansu sembilan tahun yang lalu.
***~###~***
Setiap hari, kota Cin An ramai sekali pengunjung. Karena setiap pedagang yang lewat sana pasti singgah untuk sekedar melepaskan lelah dan makan minum.
Ada juga pelancong dari luar daerah yang datang liburan karena ditempat itu banyak sekali tempat tempat tamasya.
Seorang pembesar kerajaan Qing terlihat sedang berada di telaga Pok Yang yang berada di pinggir kota Cin An.
Gubernur Hou dikenal sebagai seorang yang pelit dan semena mena. Namun meskipun begitu, jarang ada orang yang berani menentangnya disebabkan banyaknya preman bayaran yang selalu menjaga nya.
Pernah ada beberapa pendekar yang ingin menentang kelaliman sang gubernur. Namun semua nya hilang tanpa jejak tewas karena kekejaman gubernur Hou.
Dengan kapal mewah yang sengaja disewanya selama seminggu, gubernur Hou bersenang senang dengan para pembantunya yang menyewa banyak sekali wanita penghibur dari kota.
Dikapal itu terjadilah apa yang disenangi mereka. Para wanita penghibur menari, menyanyi, merayu sambil berkejar kejaran dengan para preman dan sebagian besar berada di kamar melakukan kegiatan heemm nya masing masing.
Dari arah kota, terlihat seorang pemuda yang sangat tampan. Semua gadis yang melihatnya pasti tak akan berpaling karena ketampanannya memang sangat menonjol diantara pria pria lain.
Siaw Jin berjalan menuju ke arah telaga. Rencananya dari situ, dia akan menyewa perahu untuk mengunjungi tempat Losian mendirikan gubuk delapan tahun lebih yang lalu.
Ketika sedang berjalan melihat keramaian, Siaw Jin melihat dua orang asing memasuki rumah makan Hok Shun.
Memang dikota Cinan, rumah makan itu sangat terkenal. Selain tempatnya luas, makanan nya juga enak enak dan yang paling penting, harganya terjangkau.
Tanpa merasa diikuti, dua orang berwajah asing yang tidak lain adalah Twaba dan Jiba segera mengambil tempat duduk disebelah kanan dimana terdapat rombongan keluarga yang memiliki dua orang gadis kembar yang cantik cantik.
Tanpa membuat kegaduhan, kedua nya segera duduk menghadap ke arah mereka.
Siaw Jin yang baru saja masuk, mengambil tempat duduk di belakang kedua pria sakti itu.
Siaw Jin kini bukanlah bocah belasan tahun lagi. Pandangan yang tertarik kepadanya telah dapat dirasakannya.
Karena si gadis kembar menghadap kearah dua pria itu dan Siaw Jin, maka otomatis mereka melihat pemuda tampan yang menarik hati keduanya.
Tak lama kemudian, makanan mereka pun datang dan tanpa menghiraukan si gadis kembar yang cantik dan imut imut itu, Siaw Jin segera makan dengan lahap.
Kupingnya yang tajam mendengar bisik kedua pria. Paruh baya itu yang merencanakan sesuatu dengan bahasa menggumam.
Jika saja tidak begitu gaduh, pasti Siaw Jin mampu mendengar apa yang direncanakan keduanya.
Selesai makan, kedua pria asing itu beranjak pergi setelah mengetahui di penginapan mana gadis kembar itu menginap dengan keluarganya.
Siaw Jin yang mempunyai filing tidak enak tetap berada disitu sambil melihat sesekali ke arah keluarga gadis kembar itu.
Begitu melihat wajah kepala keluarga itu, Siaw Jin terlihat sedikit kaget dan tak percaya. Ternyata gadis kembar itu adalah putra saudagar shu yang dulu pernah di tolong Siaw Jin.
Jika Siaw Jin telah mengenal mereka, lain halnya dengan keluarga Shu, apalagi Meng Yao dan Meng Shi si gadis kembar yang kini telah menjelma menjadi sepasang bidadari cantik.
BERSAMBUNG. . .