Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.
Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.
Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.
Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.
Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
"Mas, Ayu belum pulang juga ya?" Dengan bibirnya yang pucat, Lara melemparkan pertanyaan pada Ibra yang barusan saja meletakkan mangkuk ke atas nakas sana.
"Belum, kalau dia sudah pulang kan pasti langsung datengin kamu." Benar juga apa yang Ibra katakan, bagaimana bisa Lara lupa kalau Ayuna sudah sangat dekat dengan dirinya?
"Mas nggak lagi berantem sama Ayu, kan?" Berbeda dengan yang sebelumnya, pertanyaan Lara kali ini berhasil membuat Ibra menoleh dengan gerakan yang sangat cepat.
"Ya nggak mungkin lah, ngapain juga berantem sama dia?" Ya mana Lara tahu, Lara kan hanya menebaknya saja.
"Habisnya Ayuna nggak pulang-pulang, seharusnya kan kemarin dia udah ada di rumah. Tapi sampe sekarang malah belum pulang anaknya." Jika ditanya apakah Lara merasa khawatir, tentu saja ia sangat khawatir.
"Sini minum obat dulu." Meskipun bibirnya berdecak dengan cukup keras, namun Lara tidak menolak sama sekali beberapa butir obat yang Ibra serahkan.
Kalau Lara tidak meminum obat ini, ia tidak akan bisa bertahan hidup lebih lama lagi. Lara kan masih punya mimpi lain, yaitu ingin melihat anak mereka ketika lahir nanti.
Fokus pasutri itu kini beralih pada daun pintu yang diketuk sebanyak tiga kali dari arah luar sana, sudah dipastikan kalau pelakunya tidak akan masuk jika tidak ada yang menyuruh.
"Masuk." Tepat setelah Ibra mengeluarkan suaranya, pintu kayu itu terbuka dan menampilkan sosok Ayuna yang sudah Lara tunggu kepulangannya sejak kemarin.
"Ayu!" Lara hanya terlalu bahagia sampai ia sempat lupa kalau tadi ia berdecak pada suaminya karena merasa kesal.
Gadis kecil berlesung pipi itu dengan perlahan mendekat sembari memasang wajah sedihnya. Di dalam kepalanya Ayuna sedang bertanya-tanya kenapa keadaan Lara semakin memburuk semenjak dirinya pergi.
Ya, tadi begitu dirinya memasuki rumah mewah ini, Ayuna bertemu dengan Farah di ruang tamu sana. Asisten pribadi Lara itu langsung memberitahukan bagaimana keadaan sang atasan dan Farah juga yang meminta agar Ayuna bertemu dengan Lara terlebih dahulu sebelum memasuki kamarnya sendiri.
"Mba Lara drop lagi ya?" Gelengan pelan Ayuna terima sebagai jawabannya dan hal itu tentu saja tak membuat Ayuna langsung percaya begitu saja.
"Aku cuma kecapean aja sih, soalnya lagi ada banyak dokumen yang harus aku periksa." Mata bulat milik Ayuna menyendu begitu saja ketika melihat Lara yang berusaha menampilkan senyuman dengan bibir pucatnya.
Ibra seolah mengerti kalau Lara membutuhkan waktu lebih banyak lagi bersama Ayuna, sehingga ia memilih untuk bangkit dan membiarkan Ayuna duduk di tempatnya tadi.
"Acara gatheringnya diperpanjang ya?" Ayuna memang tidak pandai berbohong sehingga ia sempat gelagapan selama beberapa waktu untuk bisa menjawab pertanyaan itu.
"Iya, Mba. Ditambah satu hari karena hujan terus kitanya nggak bisa pulang." Semoga saja Lara bisa mempercayai Ayuna kali ini. Karena jika tidak, Ayuna juga tak bisa mengatakan yang sebenarnya kalau ia jatuh sakit.
"Oh gitu, aku kira kamu lagi marahan sama Mas Ibra sampai nggak mau pulang lagi ke rumah." Setelah mendengar ini, Ayuna jadi merasa tidak enak sendiri dengan Ibra yang juga tertuduh. Tapi mau bagaimana lagi.
"Nggak lah Mba, aku sama Mas Ibra baik-baik aja kok. Udah temenan juga kitanya, iya kan Mas?" Sebagai orang yang hanya bisa memperhatikan dalam diam, Ibra lantas menganggukkan kepalanya dengan gerakan pelan untuk menunjukkan jika dirinya menyetujui ucapan Ayuna.
"Ayu, bulan ini gimana?" Sempat terjadi keheningan beberapa saat di antara ketiganya sebelum akhirnya pertanyaan yang mengejutkan itu meluncur dengan mudahnya dari mulut Lara.
Ibra mungkin saja tidak tahu tentang apa yang tengah dibahas oleh kedua perempuan yang ada di hadapannya saat ini. Jadi ia hanya bisa diam sembari memperhatikan.
"Belum, Mba." Senyuman Lara yang sempat terukir saat menunggu Ayuna menjawab pertanyaannya langsung lenyap begitu saja.
Yang barusan Lara tanyakan adalah apakah bulan ini Ayuna sudah kedatangan tamu atau belum. Kalau belum, itu artinya calon bayi mereka sedang bertumbuh di dalam tubuh Ayuna.
Namun sayangnya harapan Lara harus sirna begitu saja. Kalau boleh jujur, Lara sebenarnya sangat berharap kalau benih itu bisa tumbuh dalam waktu yang cepat.
Apalagi setelah mengetahui kalau keseluruhan tubuh Ayuna dalam keadaan sehat dan sangat siap untuk mengandung. Tapi apa yang salah di sini? Kenapa Ayuna sulit untuk mengandung?
"Maaf Mba Lara." Raut kekecewaan yang Lara tunjukkan tentu saja membuat Ayuna merasa tak enak hati, apalagi mengingat kalau keadaan Lara saat ini sedang tidak baik-baik saja.
"Mas, mulai malam ini sampai seterusnya kamu tidur di kamar Ayu aja." Bukan hanya Ayuna saja yang dibuat terkejut di sana, Ibra saja sampai menegakkan tubuhnya karena terlalu terkejut.
"Itu juga, kalian harus lebih intim loh. Aku selama ini ngelihatnya kalian kaya musuhan, gimana bisa jadi kalau kaliannya kaya gitu coba?" Tidak cukup kah Ayuna dipaksa harus tidur sekamar dengan Ibra saja?
Sekarang apalagi ini? Lara malah meminta pada mereka berdua agar lebih intim? Memangnya itu akan berpengaruh pada kehadiran bayi yang sangat Lara idamkan itu?
"Nggak bisa gitu dong sayang, nanti kamu nggak ada yang nemenin tidurnya." Tentu saja Ibra akan menjadi orang yang pertama kali menolak ide gila ini sama seperti yang sudah-sudah, ya meskipun pada akhirnya ia tetap kalah.
"Aku udah gede gini, nggak perlu ditemenin ih tidurnya." Astaga, bukan seperti itu yang Ibra maksud di sini. Sudahlah, memang sulit sekali untuk memberitahu pada orang keras kepala seperti Lara ini.
Apalagi Lara adalah tipikal orang yang tidak suka dibantah sama sekali, oleh kedua orang tuanya sekali pun Lara tidak mau dibantah.
Lantas yang bisa Ayuna lakukan saat ini hanyalah melemparkan pandangannya ke arah Ibra yang ternyata juga tengah menatap ke arahnya. Mereka berdua sudah seperti boneka bagi Lara.
Padahal selama ini Ayuna sedang berusaha untuk tetap menjaga hatinya saat ia berada dekat dengan Ibra. Ayuna hanya tidak ingin jatuh cinta pada seorang pria yang masih berstatus sebagai suami orang, apalagi orang itu adalah penyelamatnya sendiri.
Tapi bagaimana sekarang? Apa Ayuna masih bisa membatasi hatinya sendiri jika ia akan lebih sering lagi bertemu dengan Ibra setiap harinya? Ditambah lagi Ibra yang selalu bersikap lembut dan penuh hati-hati padanya.
Sepertinya Ayuna benar-benar harus menyiapkan hatinya dengan lebih ekstra lagi jika tidak ingin menjadi perusak di rumah tangga orang baik dan saling menyayangi satu sama lainnya seperti Lara dan juga Ibra ini. Ya, semoga Ayuna bisa melakukannya.
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/