Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 : Bukan tipe idaman Shakila
Shakila menujukkan senyuman terbaiknya di depannya Abian dengan mata yang masih berkaca-kaca, "aku tidak sedang menghadapi apapun, mas. Aku hanya menyesali setiap dosa yang aku lakukan di masa lalu."
Abian menyimak setiap kata demi kata yang keluar dari mulut Shakila. Ia tidak tahu dosa apa yang sudah istrinya itu lakukan, tapi Ia tidak menanyakannya karena bisa saja itu aib istrinya.
Dalam agama islam ada satu perkara yang tidak perlu diceritakan istri kepada suami, begitu juga sebaliknya. Dan perkara itu adalah aib mereka di masa lalu. Jadi akan lebih baik jika Shakila tidak menceritakan aibnya dan Abian pun tidak perlu menanyakan aib istrinya.
"Saat aku kecil, aku pernah membaca komik yang menceritakan tentang nabi Ayub. Aku sangat menyukai kisahnya dan mengagumi kesabaran nabi Ayub dalam menghadapi cobaan yang Allah berikan."
Abian bisa melihat kekaguman Shakila yang begitu besar terhadap laki-laki yang sedang diceritakannya dari binar di mata istrinya itu. Senyuman dibibirnya pun terlihat berbeda dari yang biasa Ia lihat.
Ternyata tipe idaman Shakila laki-laki sabar. Itu berarti Abian sudah ter blacklist oleh Shakila karena Abian sudah emosian terhadap Shakila. Abian bukan tipe idaman Shakila dan jauh dari tipe idaman Shakila.
"Karena aku membacanya dan aku juga mempercayai kisahnya, setiap aku menghadapi cobaan atau masalah aku selalu berkata pada Allah," Shakila menatap tepat pada mata Abian sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Ya Allah, sebenarnya apa yang sudah setan bisikan kepada engkau sampai engkau melakukan semua ini padaku? tapi tidak peduli apapun itu, aku akan tetap mempercayai kehadiranmu dan tidak akan pernah berpaling darimu, itu yang selalu aku katakan."
Abian masih terus menyimak apa yang Shakila ceritakan padanya, bahkan Ia berusaha menajamkan pendengarannya supaya tidak ada satupun hal yang Ia lewatkan dari cerita Shakila.
"Tapi setelah dewasa aku sepertinya melupakan kisah itu dan itulah alasan aku menangis setiap kali aku menghadap Allah," Shakila mengakhiri ceritanya dengan tetesan air matanya.
Abian yang melihatnya dengan sigap menghapus air mata Shakila supaya air mata itu tidak sampai merusak kecantikan istrinya.
"Entah berapa banyak dosa yang sudah aku lakukan setelah aku melupakan kisah nabi yang kesabarannya selalu aku kagumi," air mata Shakila semakin menetes dan bahkan Shakila terlihat sudah tidak sanggup lagi untuk melanjutkan ceritanya.
Tapi meskipun begitu Shakila masih berusaha untuk menyelesaikan apa yang ingin Ia katakan pada Abian supaya suaminya itu tidak perlu bertanya-tanya lagi jika nanti suaminya melihatnya menangis.
"Masalah dalam hidupku hanya dosa-dosaku, mas. Aku ingin berada dalam rombongan putri Rasulullah yang membuat para laki-laki menundukkan pandangan mereka dan aku juga ingin berada dalam rombongan Rasulullah yang masuk ke dalam surga, tapi aku merasa tidak pantas."
Abian langsung memeluk Shakila setelah istrinya itu menyelesaikan kalimatnya. Ternyata Zahra benar, perempuan ini, perempuan yang Abian nikahi, perempuan yang sekarang sudah resmi menjadi istrinya adalah perempuan baik.
"Setiap manusia pasti melakukan kesalahan, tapi Allah maha pemaaf. Cukup lakukan yang terbaik yang kamu bisa, InsyaAllah sebesar apapun kesalahanmu, Allah akan memaafkanmu," ucap Abian sambil mengusap pelan punggung Shakila untuk menenangkannya.
-
-
Paginya saat keluarga kecil Abian sarapan. Zahra diam-diam memperhatikan Shakila dan Abian yang matanya merah seperti habis menangis.
Entah apa yang terjadi dengan mereka selama tidur bersama. Zahra tidak bertanya karena masalah antara Abian dan Shakila bukan urusannya.
Zahra dan Shakila sama-sama istri Abian, tapi Zahra tidak berhak ikut campur dengan masalah antara Abian dan Shakila, begitu juga sebaliknya. Kecuali memang diperlukan untuk ikut campur.
"Mas, stok bulanan kita sudah mau habis," ucap Zahra memberitahu suaminya tentang kondisi yang terjadi di rumah mereka.
Abian membayar jasa asisten rumah tangga di rumah mereka. Tapi asisten rumah tangga mereka pulang pergi, alias tidak tinggal bersama mereka. Dan untuk urusan dapur biasanya mereka urus sendiri.
Asisten rumah tangga membantu memasak, tapi Zahra dan Abian yang belaja. Karena mereka yang paling tahu apa saja yang mereka butuhkan. Asisten rumah tangga mereka hanya perlu memberitahu jika bahan makanan di kulkas sudah mau habis.
"Nanti mas minta orang buat belanja, mas ada kerjaan hari ini," ucap Abian menatap Zahra selaku orang yang mengajaknya bicara.
Abian sedetail itu memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Ia akan memandangi orang yang mengajaknya bicara, kecuali orang tersebut perempuan yang bukan mahramnya yang bisa menimbulkan fitnah antar keduanya.
"Biar aku saja yang pergi," ucap Shakila menawarkan dirinya.
Shakila belum melakukan apa-apa selama tinggal di rumah itu, kecuali mengurus Khansa. Ia merasa harus melakukan sesuatu supaya kehadirannya sebagai istri Abian lebih berguna.
"Mas hari ini ada kerjaan," ucap Abian menekankan barangkali Shakila tidak mendengarnya.
Abian ada pekerjaan yang harus diurus hari ini di kantor dan itu artinya tidak akan ada yang belanja bulanan hari ini. Istri-istrinya tidak boleh pergi belanja tanpa didampingi olehnya.
"Iya, mas kerja saja. Aku bisa membeli bahan dapur sendiri. Nanti kasih tahu saja apa yang perlu dibeli."
"Mas Abian tidak akan membiarkan istrinya belanja sendiri," ucap Zahra memberitahu karena Shakila orang baru yang tidak tahu hal itu.
"Kenapa?" pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Shakila.
"Mas Abian takut terjadi sesuatu dengan istrinya jika belanja sendiri," Zahra membantu Abian menjelaskan karena tahu Abian tidak akan bisa melakukan itu.
"Aku sudah biasa belanja sendiri," ucap Shakila masih kukuh untuk pergi belanja karena merasa mampu menjaga dirinya sendiri.
"Maka mulai sekarang biasakan untuk tidak belanja sendiri. Mas tidak mengizinkan itu."
Shakila tidak tahu kenapa suaminya seketat itu hanya perkara belanja bahan makanan, tapi sebagai istri Ia hanya mengikuti perkataan suaminya.
"Iya baiklah, mas," ucap Shakila pasrah dan lanjut memakan sarapannya.
Abian hanya melirik sekilas kearah Shakila karena sedang sibuk menyuapi putri kecilnya yang mendadak minta disuapi makan.
"Oh ya, waktu itu kamu dan Khansa pergi ke rumah sakit tidak izin mas," ucap Abian masih dengan dirinya yang sibuk menyuapi Khansa.
Abian memiliki banyak pekerjaan hari ini, tapi Ia masih menyempatkan diri untuk menyuapi putrinya dan mengobrol dengan istri-istrinya.
"Kali ini mas maklumi karena situasinya kamu sedang panik, tapi lain kali jangan lupa izin kemanapun kamu akan pergi."
Shakila langsung mengiyakan karena tahu memang begitulah yang harus dilakukan istri kepada suaminya. Ia fakir ilmu agama, tapi hal seperti itu adalah pengetahuan umum yang sudah seharusnya diketahui wanita yang sudah menikah.
"Oh ya, aku lupa," Shakila menghentikan sarapannya dan berlari ke kamar untuk mengambil sesuatu.
"Hey, mau kemana? sarapan kamu belum habis!"
"Aku ambil obat untuk Khansa sebentar," jawab Shakila tanpa menghentikan langkahnya.
Shakila sampai melupakan obat Khansa karena pertengkarannya dengan Abian.
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk