Ayana Amalia seorang gadis berusia 19 tahun yang masih kuliah rela mengorbankan rahimnya untuk mengandung dan menjadi ibu surogasi anak dari seorang pasangan kaya raya untuk menebus hutang keluarganya dan mengobati penyakit ibunya,
namun kesalahan datang Proses ibu surogasinya gagal Ayana malah terikat cinta dengan tuannya hingga mengandung anak tuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nenahh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kisah ibu
di meja makan telah tersaji berbagai sarapan seperti biasanya, tuan dan nyonya dirumah ini sudah menempati tempatnya masing-masing, bersiap untuk makan.
"Bu asih, Ayana belum turun," tanya Marta kepada senior asisten rumah tangga di rumahnya.
"Nona ayana tadi pagi sekali sudah berangkat, katanya titip salam untuk nyonya dia mau mengunjungi ibunya," jawab Bu asih menundukkan kepala.
"Apaaa," Ilham meninggikan suaranya,
"kenapa mas, biarlah dia butuh refreshing, pasti dia merindukan ibunya, kenapa kamu terlihat sangat marah?"
"Dia sedang mengandung dia tidak bisa pergi sendiri,"
"sudah lah mas dia sudah dewasa, kalau kita mengekangnya layaknya tahanan, bukan kah akan menjadi tidak baik untuk kesehatan bayi kita.? Dia pasti tau apa yang harus dia lakukan," tuturnya lembut.
"Bu Asih apa dia sudah makan, sebelum berangkat?" tanya Marta.
"Belum nyonya, dia bilang mau sarapan di rumah ibunya,"
"Harusnya Bu asih tidak membiarkan Ayana pergi dengan perut kosong," dengan nada tegas.
"Maafkan saya tuan,"
"Sudah tidak apa-apa Bu, Bu Asih boleh ke dapur lagi."
pagi hari sekali Ayana sudah pergi, dia izin ke Bu asih untuk memberitahukan nyonya Marta dia pergi ke rumah ibunya.
Dia sengaja pergi pagi-pagi sebelum Ilham dan Ayana bangun, karna kalau tidak dia tidak akan mudah pergi begitu saja oleh Ilham.
setelah selesai sarapan Marta hendak berangkat ke kantornya ada pemotretan artis papan atas yang hendak menikah, dia di tujukan sebagai fotografer wedding.
"aku juga ke kantor ya"
"Loh, katanya semalam kamu ga enak badan mau di rumah aja?"
"sudah mendingan, tadi Andre kasih kabar ada meeting mendadak."
"Oke hati-hati baby, istirahat dirumah kalau ngerasa gak enak badan,"
"Oh ya, gimana kalau Ayana tinggal di apartemen kita aja, lagi pula sebentar lagi mama akan datang, mama gak akan suka ada orang asing tinggal bersama dia."
"Tapi kasihan mas dia sendirian, dia bisa jenuh"
"Justru kalau sendiri dia akan lebih nyaman di bandingkan tinggal dengan kita, nanti aku akan Carikan pembantu untuknya juga."
"Ya sudah, kamu atur aja, aku percaya sama kamu,"
Marta berpamitan dengan suaminya, tidak lupa menciumnya seperti biasa, Marta lebih dulu berangkat karna hari ini dia akan sibuk oleh kerjaannya.
Di kediaman Bu Dewi
Ayana dan ibunya sudah selesai sarapan bersama, hanya ibunya yng menjadi alasan dia tetap bertahan hidup.
di halaman belakang, ada sebuah gazebo sederhana tempat dulu Ayana dan Bu Dewi menghabiskan senja atau sekedar bersantai.
Hari ini dia hanya ingin menghabiskan waktu bersama ibunya, ia menaruh kepalanya dipangkuan Bu Dewi sesekali Bu Dewi menepuknya halus, dan memainkan rambut putrinya yang kini telah tumbuh sebagai tulang punggung keluarga.
Sembari bercerita kisah masa kecilnya, kisah sang ayah yang bagaikan super Hero keluarga bagaikan keluarga paling sempurna di bumi ini.
tetapi kini hanya tinggal dirinya dan Bu Dewi dan sekarang hanya sekedar bertemu pun sangat sulit karna keadaan.
"Bu" Ayana menciumi tangan ibunya, " apa melahirkan itu sakit?" seketika Ayana terbayang jikalau nanti dia melahirkan bayi kembarnya.
"Pertanyaan konyol apa?" Bu Dewi tertawa kecil, "tentu sakit dengan cara apapun ibu pernah merasakan."
"maksudnya" Ayana menatap lekat bidadari di hadapannya penuh tanda tanya, " bukankah aku anak tunggal, berarti ibu hanya melahirkan sekali dong?"
"Tidak nak, ibu memiliki dua putri, kamu memiliki saudara kembar"
"Apa" Ayana terkejut " kenapa selama ini ibu tidak pernah cerita sama aku Bu"
" sudahlah itu masa lampau tidak perlu di ceritakan itu pesan ayahmu, ibu akan selalu merasa bersalah jika bercerita tentang itu."
"Tapi Bu, aku mau tau ceritanya please ibu cantik aku sudah dewasa"
"Baiklah'' Bu Dewi menarik nafas lalu membuangnya perlahan, "dia adalah kembaran mu namanya annaya Amalia, dulu saat ibu hendak melahirkan nenek meminta untuk melahirkan normal, saat itu ibu benar-benar tidak tahu cara mengejan dan rasa sakit mules yang begitu dahsyat hingga ibu tidak fokus." tuturnya sambil meneguk teh hangat.
"ibu mengejan dan berhasil mengeluarkan bagian kepala kakak mu hingga batas leher, namun ibu pingsan kehabisan energi, dan akhirnya Kakak mu tiada karna badannya sulit di keluarkan, ibu merasa bersalah, ketika ibu sudah sadar kakakmu sudah tiada, lalu ibu dioper ke rumah sakit terbaik untuk tindakan operasi Caesar, untuk melahirkan mu."
"mangkanya ibu tidak mau kehilangan putri ibu ke dua kalinya akan ibu taruhkan nyawa ibu demi kamu, ibu selalu berdoa untuk setiap langkahmu penuh dengan kebahagiaan"
Ayana memeluk Bu Dewi, air matanya menetes, betapa hebat perjuangan seorang ibu untuk mendapatkan gelar ibu bahkan dia siap bertaruh nyawa untuk melahirkan bayi mungilnya.
ibu bagaikan malaikat yang di kirim tuhan untuk menjaga kita di muka bumi ini.
Aku menghianati ibu, aku harus bagai mana ibu pasti akan kecewa denganku, putri kebanggaannya kini hamil anak tuannya, batinnya menangis sejadi-jadinya tidak bisa diucapkan dengan kata-kata, dia hanya memendamnya sendirian.
"Ayana tidak perlu takut, jika suatu saat nanti kamu hamil, Ayana harus kuat, bagaimana pun jalan melahirkan kamu akan menjadi ibu terbaik untuk anak-anak mu,"
"Ibu punya foto kakak?"
"ibu hanya punya satu fotonya, itupun waktu kakakmu sudah tiada untuk kenang-kenangan"
"dimana Bu makam kakak,"
"Di samping makam ayahmu nak, kamu inget kan ada makam bayi yang ibu sentuh waktu pemakaman ayah"
Ayana memeluk erat ibunya, namun kini pandangannya teralihkan karna ada seseorang yang berdiri tak jauh dari tempat mereka duduk.
"mas Ilham" Ayana terkejut kenapa pagi-pagi dia kesini.
"Bu, bagaimana kabar ibu?" Ilham tidak menjawab Ayana bahkan di tidak meliriknya.
"Ibu sehat, nak Ilham sehat?"
"Sangat sehat Bu, saya kesini hanya untuk memastikan Ayana benar kesini, sebab dia tidak izin kepada kami." terukir senyum menyeringai di bibir Ilham, dia tidak akan membiarkan gadis itu menang.
"Loh nak, kenapa kamu tidak izin dulu, tidak baik seperti itu" Bu Dewi memukul bahu Ayana lembut.
"Aku sudah izin ke Bu asih"
Ayana mengepalkan tangannya jengkel dengan kelakuan sang majikan.
"memangnya Bu asih tuanmu" Ilham mengejek Ayana dengan menjulurkan lidahnya saat Bu Dewi sedang menatap Ayana.
"Atas nama Ayana ibu mohon maaf ya nak Ilham," lalu berbalik ke arah Ayana memukulnya lagi dengan lembut " lain kali jangan seperti ini lagi"
"akhirnya mereka menghabiskan waktu nya dirumah Bu Dewi sampai sore hari, ayana menghindar dari Ilham sebab tidak mau melihatnya tapi Ilham tiba-tiba datang mau tidak mau harus seperti biasa di hadapan ibunya.
...****************...
Haiii!!!! Pembaca setia noveltoon dan pembaca setia hamil kontrak, terimakasih banyak atas dukungan yang kalian berikan, mohon Dukungannya terus untuk novel karyaku ini dengan like and komen novel hamil kontrak.
harap di maklumi apabila ada kesalahan kata dan tanda baca, mohon maaf juga bila terjadi persamaan nama atau tempat, kisah ini hanya fiktif belaka.
kami seorang pemula dan masih belajar dalam menyajikan novel yang terbaik, semoga temen-temen gak bosan ya dalam kisah ini.
Salam hangat dari kami untuk temen-temen di mana pun kalian berada, semoga selalu dalam lindungan Tuhan yang maha esa, semoga selalu dalam hati yang tenang dan bahagia.
"aamiin 🤲🏻"