Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Meninggalkan Kota
Setelah kejadian malam itu, Kinanti terlihat murung. Hatinya merasa tak tenang, dirinya merasa takut kalau dirinya sampai hamil. Dia takut kalau nantinya sang ayah tahu, dia yakin sang ayah akan marah besar.
"Siapa sebenarnya laki-laki yang merenggut kehormatan aku? Aku takut dia meninggalkan benih di rahimku. Sedangkan aku tak tahu siapa laki-laki itu," ucap Kinanti lirih.
Tiba-tiba saja Kinanti merasa perutnya diaduk-aduk, membuat dirinya merasa mual, hingga akhirnya dia berlari untuk memuntahkan isi perutnya. Kepalanya juga terasa pusing. Keringat dingin bercucuran membasahi wajahnya, dengan tertatih Kinanti berjalan menuju ranjangnya.
Kinanti mencoba membaringkan tubuhnya di ranjang. Namun, baru saja dia membaringkan tubuhnya. Dia merasakan mual kembali, hingga akhirnya dia berlari kembali ke kamar mandi kembali untuk memuntahkan isi perutnya. Tubuh Kinanti terasa lemas, bahannya dirinya berjalan sempoyongan.
"Mengapa tiba-tiba saja aku terasa mual dan pusing? Apa yang sebenarnya terjadi kepadaku? Apa mungkin karena akhir-akhir ini aku merasa stres?" Kinanti bermonolog dengan pemikirannya sendiri.
Tiba-tiba saja dia teringat akan kejadian lima minggu lalu. Mungkinkah kejadian malam itu, telah meninggalkan benih di rahimnya? Kinanti terlihat semakin stres. Hingga akhirnya dia memilih untuk membeli testpack untuk meyakinkan hatinya.
Dengan menggunakan sepeda motor matic dia pergi ke mini market yang letaknya tak jauh dari perumahan dia tinggal. Dengan perasaan malu, Kinanti membeli dua buah testpack dengan merk yang berbeda. Setelah membelinya, Kinanti kembali ke rumah untuk segera melakukan tes.
Untungnya saat itu di rumah tampak sepi. Mami Cindy dan juga Emeli sedang pergi ke salon. Hingga dirinya bisa bernapas lega. Tangan Kinanti terlihat gemetar membuka bungkus testpack yang akan dia gunakan. Dia berharap, apa yang dia rasa saat ini hanya ketakutan dirinya saja.
Jantung Kinanti seakan terhenti, tubuh Kinanti merosot ke lantai. Seakan dirinya tak mampu berpijak. Air matanya jatuh satu persatu, saat melihat testpack yang dia gunakan menunjukkan dua garis merah. Rasanya dia ingin mengumpat takdir yang begitu kejam kepadanya. Seakan dunia tak berpihak kepadanya.
"Kinan ... Kinan! Dimana kamu?" Suara Mami Cindy terdengar memanggil-manggil nama Kinanti. Kinanti langsung memasukkan testpack itu di dalam tasnya. Dia tak ingin ibu tirinya mengetahui soal kehamilan dirinya.
Kinanti langsung bergegas menemui ibu tirinya. Dia tak ingin ibu tirinya bersikap kasar kepadanya, yang bisa saja melukai anak yang didalam kandungannya. Kinanti diperlakukan seperti seorang pembantu di rumahnya sendiri. Padahal di rumah itu, mereka memiliki pembantu. Tetapi ibu tirinya tak betah, jika tak menyuruh Kinanti bekerja.
Rasa mual menyerang dirinya kembali, hingga akhirnya Kinanti langsung berlari ke kamar mandi untuk muntah kembali. Mami Cindy dan Emeli tampak saling pandang, dan akhirnya mereka tersenyum. Mereka yakin kalau Kinanti saat ini sedang hamil. Mereka bersorak gembira dalam hati, karena rencananya berhasil untuk mengusir Kinanti dari rumah itu.
"Dasar wanita murahan! Katakan laki-laki mana yang menghamili kamu?" Mami Cindy langsung menarik tangan Kinanti dengan kasar dan melemparnya ke lantai. Membuat Kinanti meringis. Dia langsung memegang perutnya yang masih terlihat rata.
"Aku tahu kalau semua ini jebakan kalian 'kan yang membuat aku hamil seperti ini? Masih aku ingat, saat sebelum kejadian malam itu," ucap Kinanti.
Namun, semuanya tak ada artinya. Ucapan Kinanti, membuat keduanya tertawa terbahak-bahak. Menertawakan kondisi Kinanti saat ini.
"Selamat datang kesengsaraan, aku yakin ayah kamu akan mengusir kamu dari rumah ini. Kalau dirinya tahu kalau kamu sedang hamil," ledek Mami Cindy.
"Breng*sek! Dasar licik kalian, aku akan membalas semua perbuatan kalian," umpat Kinanti.
"Ya Allah tolong lindungi aku dan bayi dalam kandungan aku," ucap Kinanti. Akhirnya, Kinanti memutuskan untuk mempertahankan bayi dalam kandungannya.
Ayah Johan baru saja pulang dari kantor, wajahnya terlihat lelah. Bukannya dibuatkan teh, dirinya justru langsung mendapatkan laporan yang membuat dirinya sangat marah. Dia tak percaya kalau Kinanti saat ini sedang hamil. Karena menurut dia, Kinanti anak yang baik tak mungkin melakukan hal itu.
"Ya sudah kalau kamu tak percaya, kamu tanya langsung saja sana sama anak yang kamu agung-agungkan," ujar Mami Cindy ketus. Dia merasa kesal, karena suaminya membela anak tirinya.
Mami Cindy langsung masuk ke kamar Kinanti dan menarik tangan Kinanti secara paksa. Membawa Kinanti ke hadapan suaminya.
"Kinanti, jawab pertanyaan Ayah! Apa benar saat ini kamu sedang hamil? Siapa Ayah bayi itu?" tanya Ayah Johan. Dengan berat hati Ayah Johan menanyakan hal itu, karena dia sangat mengenal anaknya. Kinanti adalah sosok anak yang baik.
Kinanti tampak terdiam, dia memilih menundukkan kepalanya tak berani menatap wajah ayahnya. Hanya air mata yang mengungkapnya perasaannya.
"Kamu dengar tidak Kinanti, Ayah sedang bicara sama kamu?" bentak Ayah Johan.
Mami Cindy berhasil membuat suasana semakin memanas. Hingga akhirnya Ayah Johan tersulut api amarah. Ayah Johan menatap Kinanti dengan tatapan tajam.
"Iya, Ayah. Kinanti sedang hamil. Tetapi, Kinanti tidak tahu siapa Ayah dari anak yang Kinanti kandung saat ini. Semua ini karena jebakan dari Mami Cindy dan juga Emeli. Mereka membuat rencana agar Kinanti mabuk, dia juga memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Kinanti. Hingga Kinanti tak sadar, melakukan dengan siapa," jelas Kinanti. Membuat mata Mami Cindy dan Emeli membulat sempurna.
Satu tamparan mendarat di wajah Kinanti, Mami Cindy merasa tidak terima dituduh seperti itu. Padahal memang seperti itu yang terjadi.
"Bisa-bisanya kamu berbohong, menuduh kami. Kami tak mungkin berbuat keji seperti itu kepada kamu. Memang, kamu tak pernah menerima aku sebagai Ibu kamu. Namun, bukan berarti kamu bisa menuduh aku seperti itu." Mami Cindy berakting, berpura-pura merasa sedih karena dituduh Kinanti seperti itu.
"Cukup! Kalian itu bikin Ayah pusing saja. Sekarang Ayah punya dua pilihan untuk kamu, kamu gugurkan bayi itu atau kamu pergi dari rumah ini. Karena kamu telah mencoreng nama baik Ayah. Sekarang tinggal kamu pilih, kamu pilih yang mana?" tanya Ayah Johan.
"Kinanti memilih mempertahankan bayi ini. Karena hanya bayi ini yang Kinanti miliki di dunia ini. Kinanti sudah kehilangan sosok Ayah yang dulu menyayangi Kinanti," ucap Kinanti diiringi isak tangis. Hatinya terasa sakit. Karena pilihan itu begitu berat. Namun, dengan keyakinan yang Kinanti miliki. Dia akan mempertahankan bayi yang masih dalam kandungannya.
"Ya sudah, jika itu keputusan kamu! Silahkan kamu angkat kaki dari rumah ini, jangan pernah sekali pun kamu menginjakkan kaki kamu di rumah ini. Karena mulai hari ini, kamu Ayah anggap mati," ucap Ayah Johan.
"Bunda, maafkan Kinanti. Kinanti harus pergi meninggalkan rumah ini. Karena Kinanti tak ada pilihan lagi. Kinanti menyayangi anak ini, hanya anak ini yang Kinanti miliki. Namun, Kinanti berjanji. Suatu saat nanti Kinanti akan kembali merebut apa yang menjadi milik Kinanti," ucap Kinanti lirih.
Kinanti memutuskan untuk pindah ke kota Yogyakarta dan menetap di sana. Dengan tabungan yang masih dia miliki, Kinanti pergi meninggalkan Jakarta. Sungguh tak mudah baginya, berjuang mempertahankan bayi yang masih dalam kandungannya.
"Siapapun laki-laki yang meninggalkan benih di rahimku dan pergi begitu saja meninggalkan aku, aku berjanji akan membenci kamu seumur hidupku. Karena kamu telah membuat aku sengsara bersama bayi ini," ucap Kinanti dalam hati.
Mulai hari ini dirinya berjanji untuk tidak bersikap lemah, dia harus menjadi wanita yang kuat untuk anaknya kelak. Demi bertahan hidup, Kinanti melamar sebagai pelayan restoran.
"Alhamdulillah aku diterima, doakan Bunda ya Sayang! Semoga Bunda banyak rezekinya, dan bisa memberikan kehidupan yang layak untuk kamu," ucap Kinanti sambil mengelus perutnya yang masih terlihat rata.
Ternyata di awal kehamilan kondisi Kinanti lemah, dia kerap mengalami mual dan muntah. Berat rasanya dia melewati masa kehamilannya. Namun, Kinanti tak pernah patah semangat. Untungnya dia memiliki bos yang baik. Dia bernama Dimas. Diam-diam Dimas menaruh hati kepada Kinanti.
"Apa kamu saat ini sedang hamil? Saya dengar dari teman-teman di restoran ini, kamu sering mengalami mual dan muntah?" tanya Dimas.
"Iya Pak, saya sedang hamil. Saya mohon jangan pecat saya! Saya membutuhkan pekerjaan ini, untuk membiayai anak saya. Saya janji akan bekerja sebaik mungkin, Pak," ungkap Kinanti. Dia terlihat ketakutan, air matanya mengalir sangat deras.
"Kata siapa saya ingin memecat kamu? Saya dengar dari Susan, kamu hamil tanpa suami?" tanya Dimas dan Kinanti menganggukkan kepalanya.
"Kalau seperti itu, maukah kamu menikah dengan aku? Saya akan menjadi Ayah dari bayi yang kamu kandung saat ini," ungkap Dimas membuat Kinanti melongo.
"Maafkan saya Pak, saya tak bisa menerima Bapak sebagai calon suami saya. Rasanya saya tak pantas untuk Bapak. Bapak pun belum mengenal saya, saya yakin keluarga Bapak pasti tak akan suka. Lagi pula, saya ingin membesarkan anak saya sendiri," ungkap Kinanti. Dia meminta pengertian dari Dimas.