NovelToon NovelToon
Penyesalan Anak Dan Suami

Penyesalan Anak Dan Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:4.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Sikap anak dan suami yang begitu tak acuh padanya membuat Aliyah menelan pahit getir segalanya seorang diri. Anak pertamanya seorang yang keras kepala dan pembangkang. Sedangkan suaminya, masa bodoh dan selalu protes dengan Aliyah yang tak pernah sempat mengurus dirinya sendiri karena terlalu fokus pada rumah tangga dan ketiga anaknya. Hingga suatu hari, kenyataan menampar mereka di detik-detik terakhir.

Akankah penyesalan anak dan suami itu dapat mengembalikan segalanya yang telah terlewatkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PAS 21

"Tante, tante apa-apaan? Kenapa marahin dan jewer adik-adik Nana, hah?" teriak Nana yang sudah berdiri di belakang adik-adiknya dengan wajah merah padam karena marah.

Nafisa yang sedang kesal dan menjewer telinga Gaffi dan Amri di tangan kanan dan kirinya sontak terperanjat. Ia bahkan reflek melepaskan tangannya dari telinga kedua anak itu.

Melihat sorot mata penuh amarah Nana nyatanya mampu membuat Nafisa shock sampai menelan ludahnya sendiri. Ia benar-benar tak menyangka Nana memergoki aksinya menjewer telinga kedua bocah itu.

Nafisa lantas segera pura-pura ingin menggendong Amri, tapi balita dua tahun itu langsung menjerit histeris dan berlari hingga akhirnya terpeleset dan kepalanya membentur kaki meja.

"Amri," pekik Nana terkejut. Ia pun gegas berlari dan membawa Amri ke dalam gendongannya. Nafisa pun ikut mendekat dan berniat mengambil alih Amri, tapi Nana reflek mundur ke belakang.

"Jangan mendekat!" titah Nana saat tangisan adiknya makin nyaring. Rahang Nana mengeras saat melihat dahi Amri yang membiru karena terbentur kaki meja. Meskipun hal ini bukan merupakan karena faktor kesengajaan, tapi tetap saja yang membuat Amri sampai berlari hingga terjatuh dan terbentur kaki meja adalah Nafisa. Nana memang anak yang pembangkang jadi ia tidak kenal takut dengan siapapun termasuk Nafisa. Jadi ia pun tanpa rasa takut menatap wajah cemas Nafisa.

"Na, tadi Tante ... Tante ... benar-benar tidak sengaja. Mereka nangis terus dan Tante nggak bisa diemin mereka jadi Tante ... "

"Jewer mereka? Begitu? Memangnya apa hak Tante memperlakukan adik Nana seperti itu? Ibu yang melahirkan Gaffi dan Amri aja nggak pernah jewer mereka. Bahkan Nana yang bandel dan suka melawan pun tidak pernah merasakan tangan kasar ibu, lalu Tante ... dengan seenaknya jewer mereka," potong Nana dengan suara meninggi dan penuh amarah.

"Beneran Na, Tante nggak sengaja. Kamu kan tau kalau Tante itu nggak pernah marah-marah dan ini mungkin untuk pertama kalinya. Karena Tante bingung mesti ganti gimana diemin mereka. Tante itu masih muda, belum punya anak jadi wajar kagok saat tiba-tiba ngurusin anak-anak kayak mereka. Mana langsung dua lagi. Kamu kan tahu gimana Tante, seharusnya kamu bisa ngerti. Tante bener-bener nggak sengaja."

"Terserah Tante mau ngomong apa, pokoknya jangan dekat-dekat adik-adik Nana. Lagian kenapa Tante ada di sini? Mau ngapain, hah? Lalu itu ... Tante kenapa pake baju ibu aku, hah? Tante masuk kamar ibu terus ambil baju ibu?"

Emosi Nana makin naik saat menyadari kalau Nafisa tengah memakai daster ibunya. Nana ingat, daster yang Nafisa kenakan merupakan daster kesayangan ibunya sebab ia masih ingat, saat dirinya masih kecil, ibunya pernah cerita kalau daster itu merupakan pemberian sang ayah. Oleh-oleh sepulang dari luar kota. Ayahnya sangat jarang memberikan ibunya oleh-oleh apalagi hadiah, jadi ibunya sangat menyayangi daster itu.

Ya, setelah kepergian Amar tadi, memang Nafisa mencoba mendiamkan Gaffi dan Amri dahulu, tapi karena mereka masih saja menangis dan ia sudah merasa begitu gerah, Nafisa lantas mencari kamar Amar. Setelah menemukannya, ia masuk begitu saja ke kamar amar dan Aliyah. Ia membuka lemari dan mencari pakaian ganti yang bisa ia kenakan.

Awalnya Nafisa berdecih saat melihat pakaian Aliyah yang hampir semuanya telah tampak pudar dan jelek. Hingga ia tanpa sengaja menemukan sebuah daster batik kencana ungu berwarna biru laut yang menurutnya cantik. Nafisa yang selama ini selalu mengenakan gaun minim untuk tidur jadi penasaran untuk merasakan bagaimana rasanya memakai daster. Banyak yang bilang memakai daster itu terasa nyaman. Tanpa izin, Nafisa pun mengambil daster yang terbungkus rapi dalam plastik itu dan mengenakannya.

"Ternyata benar kata orang-orang kalau memakai daster itu terasa nyaman," gumamnya saat mematut diri di depan cermin.

Dahi Nafisa mengernyit, kenapa sikap Nana tiba-tiba begitu berubah padanya? Tidak seperti biasanya. Padahal biasanya Nana selalu bersikap manis, tapi kenapa Nana terkesan menatapnya penuh amarah dan kebencian? Nafisa benar-benar heran. Apa mungkin hanya karena adik-adiknya dijewer dan dibentak, tiba-tiba Nana berubah 180° padanya?

"Tante diminta ayah kamu temenin kalian. Kan ibu kalian lagi sakit. Ayah kalian nggak tega tinggalin kalian bertiga aja jadi minta Tante temenin kalian," dusta Nafisa. Padahal dirinya sendiri yang menawarkan untuk menjaga ketiga anak itu, tapi ia mengatakan seolah-olah Amar lah yang meminta bantuannya. "Masalah baju ini, emang kenapa sih? Cuma daster jelek ini aja jadi masalah. Ayah kamu juga udah kasi izin Tante pakai baju ibu kalian. Masa' Tante mau pakai baju kerja seharian. Kalian itu seharusnya bersyukur Tante mau bantu ayah kalian jagain anak-anak nakal kayak kalian, bukannya bersikap ketus kayak gitu. Nggak tau terima kasih banget jadi anak," ucap Nafisa yang perlahan menunjukkan sifat aslinya.

Nana tersentak hebat. Kini perlahan ia mengetahui bagaimana karakter wanita yang pernah dikaguminya itu. Angkuh dan tidak tahu diri. Nana membenci dirinya sendiri mengapa ia bisa mengagumi perempuan tidak tahu diri di hadapannya itu. Bahkan ia tanpa perasaan telah membangga-banggakan wanita itu di hadapan ibunya. Nana benar-benar merasa bersalah. Pasti ibunya sangat terluka dan kecewa dengannya. Bagaimana ia membandingkan ibunya yang telah mengandung, melahirkan, dan membesarkannya dengan sangat baik dengan seorang perempuan yang baru dikenalnya itu? Ia adalah anak yang kejam dan tek berperasaan. Ia merasa menjadi anak yang paling durhaka pada ibunya sendiri.

Nana rasanya ingin menangis kembali, ditahannya rasa itu sebab tak ingin wanita di hadapannya merasa memang karena mengira dirinya takut padanya.

"Tante itu hanya tamu di rumah ini jadi tak ada hak untuk bersikap seolah-olah nyonya rumah. Tante itu perempuan dewasa seharusnya Tante lebih tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tapi apa ini, Tante dengan seenaknya masuk ke kamar ratu di rumah ini dan memakai baju ibu. Meskipun baju itu jelek, tapi tetap saja itu baju orang lain dan Tante tidak berhak untuk memakainya," ucap Nana tanpa takut sama sekali. "Aku tidak membutuhkan bantuan Tante untuk menjaga kami. Aku bisa menjaga adik-adikku sendiri jadi lebih baik Tante segera kembalikan baju ibu dan segera pergi dari sini!" tegas Nana dengan kilat kemarahan di kedua netranya.

Nafisa sampai terhenyak. Ia tidak menyangka gadis yang baru beranjak remaja itu begitu berani padanya. Dapat Nafisa lihat, tak ada rasa takut sedikitpun gadis itu padanya.

"Kau ... Dasar anak kurang ajar!" bentak Nafisa dengan tangan mengepal. "Jadi seperti ini didikan ibumu. Pantas saja ayah kamu tidak betah di rumah dan lebih suka menghabiskan waktunya di luar bersamaku. Udah ibunya jelek, anaknya yang satu kurang ajar, dan yang lainnya cengeng minta ampun. Lihat saja, aku akan mengambil ayah kalian dan aku akan membuat ayah kalian meninggalkan kalian semua!" imbuh Nafisa lagi dengan wajah merah padam. Ingin rasanya Nafisa mencekik Nana, tapi ia tidak mungkin melakukan itu. Bila terjadi sesuatu pada anak-anaknya pasti ia yang akan lebih dahulu dijadikan tersangka.

Dengan menahan dongkol di dalam dada, Nafisa pun kembali ke kamar Aliyah sambil menghentak-hentakkan langkahnya. Lalu ia segera mengganti pakaiannya dan memakai pakaian sebelumnya. Sebelum keluar kamar, tak lupa mengambil gunting di atas lemari dan menggunting-gunting daster kesayangan Aliyah.

Nafisa tersenyum dengan puas. Lalu ia memasukkan lagi daster itu ke dalam plastiknya dan meletakkannya ke tempat semula.

"Daster jelek aja sok disayang-sayang. Rasakan itu!" Nafisa tertawa puas setelah melakukannya.

Setelahnya, Nafisa pun segera pergi dari rumah tersebut dengan menahan dongkol di dalam dada.

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
Mirani Rani
Lumayan
Mirani Rani
Luar biasa
Husnul Khalifah
baru baca pala udah puyeng apalagi kalo ada di posisi aliyah
Yovita Vita
gak seru,polisinya polisi india
Yovita Vita
pasti si penjahat budi
Yovita Vita
ayahnya amar yg datang
Yovita Vita
budibyg mukul amar
Yovita Vita
dasat nafisa sundal
Yovita Vita
aliyah😭😭😭
Yovita Vita
alaram yg berbunyi di ponsel aliyah
Yovita Vita
amar dn fisa kakak beradik
Yovita Vita
baru tau rasa,amar laki brengsrk
Vivi Abdi Aza
Luar biasa
Vivi Abdi Aza
Lumayan
Yovita Vita
gk tega q,Ikutan 😭😭
CikCintania
perkara paling menakutkn di dunia kehilangan org paling d sayang.. 😭😭
CikCintania
lah kenapa xpenjarakn saja.. nanti d luar makin teruk pula🤭🤭
CikCintania
Ayok adik beradik kali🤭🤭
Yovita Vita
batu baca bab 1 udh mancing emosi
CikCintania
Didikn Bundanya sdh betul anaknya sendiri yg maw jadi setan ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!