Fiona dan Fiora, saudari kembar putri presiden. mereka sudah saling menyayangi sejak mereka masih kecil, saling membantu jika salah satu mereka kesusahan. tetapi saat mereka memasuki usia remaja, Fiora yang merasakan pilih kasih di antara mereka berdua, Fiona yang mendapatkan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuanya, sementara dia tidak pernah merasakan itu, hari demi hari berlalu kebencian di hati Fiora semakin memuncak karena suatu peristiwa saat dia berkelahi dengan Fiona. Fiora lari meninggalkan istana dengan air mata di pipinya akibat makian ayahnya, sampai detik itu dia tidak pernah kembali ke rumah mereka lagi.
Fiona yang merasakan perasaan bersalah di hatinya memikirkan saudaranya pergi yang tidak pernah kembali lagi, kini mereka sudah dewasa. Fiona mengambil ahli mengurus semuanya bersama Aaron. setelah beberapa waktu banyak terjadi penghianatan di negara itu yg mengakibatkan banyak korban jiwa, siapa menyebabkan itu semua? apakah orang yang paling mereka tidak sangk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon strbe cake, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kenaifan Gisella
Cahaya lampu gantung yang redup menerangi meja makan yang penuh dengan hidangan lezat, yang terdengar hanya suara sendok-sendok yang beradu di piring kaca, saat semua orang fokus pada makanan mereka.
Robert mengambil piring yang berisi buah-buahan segar dan sudah terpotong rapi, mendekatnya kepada Rosella.
“Aku sudah memesan ini untuk mu.” Ucapnya, mengambil sepotong apel lalu mendekatnya ke bibir Rosella.
Rosella segera membuka mulutnya menggigit daging apel itu dari tangan Robert.
Gisella memutar kelopak matanya saat melihat adegan itu, melanjutkan makanannya kembali dengan jengkel.
“Bu, Kevin membuat pesta tahunan di wilayahnya sebentar lagi, dia sudah memberi undangan kepada ku, jika tidak ada kendala pesta itu akan dilaksanakan tiga bulan lagi.” Robert melihat Gemma sebentar saat mengatakan itu, lalu kembali menyuapi Rosella.
“oh benarkah, mengapa Kevin tidak datang kesini dan memberi tahu secara langsung kepada kita.” Tanya Gemma saat memberhentikan makanannya, dia ingin fokus pada percakapan itu.
“dia sudah memberi tahu ku saat dia datang mengunjungi ku dan Rosella saat di rumah sakit.” balas Robert dia menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
“Begitu, hanya saja dia selalu datang kesini dan memberi tahu ibu secara langsung sebelumnya, tapi Sepertinya kali ini berbeda.”
“mungkin Kevin takut atau Trauma Bu dengan seseorang yang sering mengganggunya saat dia datang kesini.” Sindirnya sambil melirik dengan sinis ke arah Gisella.
Gisella yang menyadari sindiran itu segera membantah dengan mulut penuh makanan yang membuatnya tidak bisa berbicara dengan benar.
“Kevin itu menyukaiku, mana mungkin dia takut dengan ku, Robert berbicara omong kosong bu.” balasnya, remah-remah makanan terjatuh dari mulut Gisella, berhamburan di atas meja.
“sudah berapa kali ku katakan jangan berbicara dengan mulut penuh Gisella, kau merendahkan dirimu sebagai bangsawan jika kelakuan mu seperti itu.” katanya dengan nada tegas, menatap putrinya.
Gisella segera menuangkan air ke dalam gelasnya, meminum dengan terburu, masi ingin membalas Robert.
“aku sungguh tidak enak dengan Kevin, Gisella memang selalu mengganggunya.” desah Gemma mengusap pelipisnya.
“bu, aku dan Kevin sama-sama menyukai, lihat dia memberiku cincin.” Ucap Gisella dengan bangga memamerkan cincin berlian di jarinya kepada Gemma dan orang-orang yang duduk di sana.
“Itu karena kau memaksa Kevin membelinya untukmu saat kita pergi berjalan-jalan.” Rose tertawa kecil melihat adiknya dengan alis terangkat.
“dan itu tidak mengubah intinya, dia tetap membelikannya untukku, kau hanya iri karena kau tidak pernah memiliki pria yang menyukaimu.” Balas Gisella dengan mengejek, terus memamerkan cincin itu dengan bangga.
“Setidaknya aku tidak seperti mu, bergonta-ganti pasangan setiap saat, itu hal yang tidak bagus.” Rose mulai terlihat panas tetapi dia segera menyembunyikan dari Gisella.
“itu wajar karena aku tertarik dengan laki-laki, tapi kau bahkan seumur hidup belum pernah berpacaran, aku takut kau akan hidup lajang sepenuhnya.” Balasnya tanpa menatap Rose, menatapi cincin di jari-jarinya dengan tersenyum.
“Apa!” bentak Rose,
“sudah-sudah Rose, jangan bertengkar di depan makanan itu tidak boleh.” Gemma melirik kearah Gisella dengan tegas.
“cepat minta maaf kepada kakak mu.” Perintahnya.
“dia terlebih dahulu yang ikut campur Bu, bukan aku seharusnya dia yang meminta maaf kepada ku.” Gisella mulai terlihat jengkel, melipat kedua tangannya dengan mendengus.
“Gisella.” Gemma memanggil namanya untuk memperingatkan putrinya.
Gisella segera mendesah kecil, menatap kakaknya sebelum mengulurkan tangannya.
“aku minta maaf Rose aku berjanji tidak begitu lagi.” Katanya dengan sedikit cepat seolah tidak ikhlas.
Rose menatap adiknya dengan senyum kemenangan di wajahnya lalu mengambil tangan Gisella berjabat tangan menerima permintaan maaf itu.
“Ah adikku, jangan seperti itu lagi.” bisiknya dengan nada mengejek.
Gisella segera menarik tangannya, lalu melanjutkan memakan makanannya dengan kunyahan cepat.
Rosella yang melihat pertengkaran kecil kedua kakaknya itu hanya bisa tertawa kecil merasa lucu karenanya.
“mungkin kita juga harus bersiap-siap sekarang, pesta Kevin selalu melibatkan kita di sana.” Gemma kembali melanjutkan pembicaraannya.
“Tidak perlu repot-repot mu, Kevin pasti sudah menyiapkan semuanya untuk kita di sana, dia selalu melakukan itu setiap pesta yang diadakannya.” gumamnya, Robert mulai menyeka mulutnya dengan serbet.
Gemma terdiam sejenak untuk berpikir, lalu menganggukkan kepalanya saat mendengar saran Robert.
“itu benar, dia memang anak yang baik.”
Robert menoleh menatap Rosella yang duduk di sampingnya dengan tersenyum.
“kau sudah kenyang sayang, bagaimana jika kita pergi ke kamar sekarang.” Bisiknya, jari-jari Robert terus mengelus lingkaran kecil di telapak tangan Rosella yang berada di bawah meja.
“aku juga masi merasa lelah, ingin kembali beristirahat sebentar.” balasnya.
Robert menganggukkan kepalanya saat mendengar ucapan Rosella, dia pun mulai berdiri dari kursinya menatap ke arah Gemma.
“Bu kami akan pergi ke kamar sekarang.”
“bagaimana dengan Fiona dan Fiora.” Rosella bertanya kepada Robert.
Senyum di wajahnya semakin mengembang, Robert berbicara kepada Rose dan Gemma lagi.
“Kami bisa menitipkan anak-anak kami sebentar kan Bu, aku dan Rosella hanya butuh waktu sebentar saja.” Tanya Robert.
“Tentu saja, pergilah.” Balas Gemma.
Saat Rosella dan Robert bersiap untuk pergi meninggalkan ruang makan, mata Gisella segera melebar menoleh untuk menatap Robert.
“kau tidak bisa melakukan hal seperti itu selam 40 hari, itu bisa menyakiti Rosella jika kau memaksa.” celetuk Gisella,
Rose segera tersedak makanannya saat mendengar itu batuk beberapa kali dengan keras, sambil menepuk-nepuk dadanya.
Sementara Rosella yang memalu mendengar itu, mulai menyembunyikan wajahnya yang memerah di balik tubuh Robert.
Robert menyeringai geli, menatap Gisella dengan menantang.
“memangnya kenapa jika aku melakukannya, dia adalah istriku itu hal wajar bukan.” Berbicara kepada mencibir.
“Kau kejam, bagaimana bisa kau melakukan itu padahal adikku belum sembuh seutuhnya.” Gisella segera membalas perkataan Robert dengan menantang kembali, dia melirik ke arah Ibu dan kakaknya namun mereka hanya terdiam menatap Gisella dengan tajam.
Gemma sedikit menggelengkan kepalanya mengisyaratkan Gisella untuk diam.
Gisella yang tidak mengerti apa-apa, hanya bisa terdiam, mengaruk pipinya dengan canggung.
Robert mulai menarik tangan Rosella untuk pergi, mereka pun meninggalkan ruang makan bersama-sama menaiki tangga menuju kamar tidur mereka.
“Jangan pernah mengatakan hal yang seperti itu lagi, kau paham Gisella, berhenti membuat onar di sini.” Gemma menatap putrinya dengan tegas seolah tidak ingin ada pembangkangan lagi.
“apa aku salah, aku hanya mengingatkan Robert bu, Robert terlalu sadis jika seperti itu.” gumamnya.
Gemma terdiam, menghela nafas dengan panjang, mengusap keningnya dengan singkat.
“Robert tahu tentang itu Gisella, dia bukan orang bodoh, jadi berhenti ikut campur dengan rumah tangga adikmu.”
Wajah Gisella segera memerah, dia akhirnya menyadari apa yang telah dikatakannya kepada Robert.
Rose menyeringai terus melihat adiknya yang telah sadar itu.
“kau terlalu polos jika mengenai hal itu.”
Sesampainya di kamar mereka, Robert membuka pintu perlahan membiarkan Rosella untuk masuk terlebih dahulu, dia pun menutup pintu di belakangnya berjalan di sisi tempat tidur membaringkan tubuh Rosella perlahan.
Rosella yang tampak gugup memegangi tangan Robert dengan sedikit erat.
Robert yang menyadari kekhawatiran istrinya, hanya bisa tersenyum lalu berbicara dengan tenang.
“Aku tidak akan melakukan hal itu sayang, kau Masi tahap pemulihan bukan, jadi jangan khawatir, ayo mari kita beristirahat bersama-sama.” Robert mulai mengambil posisinya berbaring di samping Rosella, dia mengulurkan tangannya membelai pelan punggung istrinya.
Tubuh Rosella segera rileks dia bersandar sepenuhnya pada sentuhan Robert, mulai menutup matanya perlahan.
Beberapa menit kemudian Robert yang sudah memastikan Rosella tertidur pulas di pelukannya, akhirnya dia pun mulai berani menutup matanya sendiri yang sudah mengantuk, tertidur perlahan di sana.