Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 Ketegasan Arvin.
Sarah menghela nafas, "Mama sudah mengatakan kepada Arvin kalau Mama menemani papa kamu ke Amerika. Ada masalah pada Perusahaan di sana dan Mama harus mendampinginya. Jadi Mama baru bisa melihat kamu sekarang dan syukurlah jika Mama melihat kamu sudah sembuh, jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan,"
"Ini merupakan kabar baik Vanisa. Kamu benar-benar berjuang sangat hebat. Mama suka dengan apa yang kamu lakukan, kamu hebat dan hasil perjuangan kamu tidak sia-sia," ucap Sarah begitu santainya yang seolah tidak peduli bahwa justru dirinya yang terlalu menekan Vanisa sehingga dia mengalami Afasia.
Sarah juga tidak berusaha untuk berada di sisi putrinya saat masa sulit itu ada. Vanisa benar-benar tidak mengerti bagaimana mungkin seorang ibu bisa terlihat begitu sangat santai menanggapi keadaannya.
"Acara makan malam keluarga Arvin dan kamu juga diajak. Ini bukan hanya acara malam 2 keluarga inti besar. Tetapi keluarga besar Arvin akan ada di sana. Mama sudah membelikan kamu dress dan dandan lah dengan cantik agar perhatian orang-orang tertuju pada kamu," ucap Sarah meletakkan paper bag itu di atas meja.
"Vanisa kamu harus bersikap baik di sana, ingat di sana ada keluarga besar Arvin dan besar harapan Mama jika kamu akan dipublikasikan secepatnya. Setelah kamu menikah dengan Arvin ini pertama kali kamu berada di acara makan malam keluarga besar. Jadi gunakan kesempatan ini dengan baik!" ucap Sarah.
Vanisa tiba-tiba saja melepas alat pendengaran di telinganya di saat Sarah terus saja menyuruhnya untuk melakukan ini dan itu dan mulut Sarah tidak berhenti sejak tadi berbicara yang membuat Vanisa tampak kesal dan Sarah belum menyadari ketika apa yang dilakukan Vanisa.
"Kapan lagi kamu akan diakui dan akhirnya seluruh dunia tahu bahwa kamu adalah istri Arvin Ananta," lanjut Sarah melihat ke arah Vanisa yang sejak tadi diam.
Mata Sarah melihat ke arah tangan Vanisa yang memegang alat pendengaran itu.
"Jadi dari tadi kamu tidak mendengar Mama?" tanya Sarah dengan nada kesal.
"Kenapa melepasnya di saat Mama berbicara pada kamu!" Sarah langsung terpancing oleh putrinya itu.
"Kamu ingin melihat Mama seperti orang gila hah! berbicara tidak didengar!"
"Cepat pakai!" Sarah menarik alat pendengar itu dari tangan Vanisa dan yang benar saja Vanisa tidak ingin memasangnya dan sampai di paksa Sarah.
"Kenapa kamu membantah Mama. Cepat pakai. Kamu harus dengarkan semua instruksi Mama dan semua tidak memiliki kamu. Cepat!" tegas Sarah semakin emosi yang memaksa dengan kasar.
Sampai akhirnya Vanisa menghentikan Sarah dan membuang alat pendengar itu yang benar-benar mengungkapkan rasa amarahnya.
"Vanisa kau...." umpat Sarah dengan mata melotot yang wajahnya langsung memerah.
Plakkk.
Vanisa langsung mendapatkan tamparan dari Sarah yang membuat wajah Vanisa menoleh kesamping dengan memegang pipinya dan air matanya jatuh.
"Ada apa ini?" Sarah kaget mendengar suara itu dan menoleh ke arah pintu yang ternyata Arvin sudah ada di sana yang sudah dapat dipastikan bahwa Arvin melihat semuanya
"Menantuku," sahut Sarah. Vanisa saat itu juga langsung pergi memasuki kamarnya.
"Vanisa!" suara Sarah yang seketika berubah menjadi lembut. Arvin melihat alat pendengar Vanisa di dekat sofa yang ternyata cukup jauh juga lemparan itu.
"Ini hanya salah paham saja Arvin. Vanisa sepertinya marah pada Mama karena tidak pernah datang untuk melihatnya di saat dia sakit dan bukankah Mama sudah memberitahu kepada kamu bahwa Mama berada di Luar Negeri. Kamu tidak menyampaikan kepada Vanisa?" Sarah berusaha membela diri agar image-nya tidak terlalu buruk di depan menantinya itu.
"Saya pikir pamitan itu adalah untuk saya dan bukan untuk menyampaikan kepada Vanisa. Dia putri Anda dan seharusnya mengatakan kepadanya secara langsung dan bukan menitipkan kepada saya," jawab Arvin datar.
"Oh. Iya benar. Itu memang kesalahan Mama. Seharusnya jika tidak sempat berbicara langsung dengan Vanisa. Mama harus melengkapkan kalimat Mama kepada kamu agar kamu menyampaikan kepada Vanisa. Ini memang bukan kesalahan kamu dan hanya saja Vanisa salah paham," ucap Sarah yang tetap tidak ingin disalahkan.
"Apa tidak bisa mengabarinya lewat telepon atau apapun?" tanya Arvin.
"Iya. Arvin itu memang kesalahan Mama. Vanisa mungkin sangat sensitif dengan keadaannya. Jadi sudahlah jangan terlalu diperpanjang," sahut Sarah.
"Dia marah dan tidak mau mendengarkan Mama yang padahal mama sudah meminta maaf dan Vanisa melempar alat pendengarnya. Vanisa sepertinya sangat membutuhkan kamu untuk terus berada di dekatnya agar dia bisa pelan-pelan menerima kondisinya. Mama berharap kamu selalu mendampinginya," ucap Sarah.
Suatu hal yang menyenangkan bagi Sarah jika menantunya itu perhatian kepada Vanisa dan bahkan terlihat ngotot membela Vanisa. Karena Sarah memang menginginkan Vanisa dan Arvin seperti pasangan suami istri pada umumnya.
"Segala sesuatu bisa dibicarakan dengan baik dan tidak perlu bermain kasar. Apa Mama tahu Vanisa mengalami kelumpuhan pada tubuhnya, karena banyak saraf yang tidak berfungsi karena tekanan yang dia dapatkan. Mama harus mengurangi untuk berbicara atau menekan Vanisa!" tegas Arvin.
"Mama senang jika kamu memberikan perhatian lebih seperti itu kepada Vanisa. Tapi Arvin alangkah baiknya kamu membicarakan semua ini kepadamu Mama kamu. Bukankah dia yang selalu menekan Vanisa dan mungkin saja Vanisa juga mendapatkan tekanan karena kamu sendiri tidak memperkenalkan dia kepada publik sebagai istri kamu," ucap Sarah yang benar-benar tidak ingin disalahkan.
Dia membawa nama besannya dan justru secara tidak langsung menyalahkan menantunya.
"Arvin kalian sudah menikah lebih dari 3 tahun dan Mau sampai kapan Vanisa tidak diakui oleh siapa-siapa. Apa gunanya kalian tinggal satu rumah, adanya ikatan pernikahan jika orang-orang tidak mengetahui siapa dia,"
"Tadinya saya berpikir jika keluarga kamu kurang menerima Vanisa. Karena yang seharusnya menjadi istri kamu adalah Angela. Tetapi ternyata kamu sendiri yang memutuskan untuk tidak mempublikasikan Vanisa," ucap Sarah yang benar-benar memanfaatkan situasi untuk mendesak Arvin.
"Saya memiliki alasan untuk melakukan semua itu," jawab Arvin.
"Baiklah! Saya tidak punya kuasa untuk memaksa kamu. Selagi kamu masih menjadi suami Vanisa itu masih tidak masalah. Jadi saya hanya berharap kamu secepatnya mempublikasikan Vanisa dan mungkin saja itu salah satu tekanan yang dia hadapi," ucap Sarah.
"Baiklah Mama harus pulang. Mama hanya ingin mengantarkan dress untuk Vanisa. Kamu suruh dia memakainya, Permisi!" ucap Sarah dengan tersenyum dan langsung berlalu dari hadapan Arvin.
Sarah memang benar-benar seorang ibu yang sangat egois, bahkan sudah jelas terjadi di depan Arvin dia masih tidak ingin mengakui bahwa apa yang dia lakukan salah dan justru membawa orang lain ke dalam masalah itu dan tidak segan-segan juga menyalahkan Arvin.
Arvin yang terlihat menghela nafas dan mengambil alat pendengar Vanisa. Kemudian Arvin menuju kamar Vanisa yang membuka pintu kamar itu. Arvin melihat Vanisa yang terbaring miring membelakangi dirinya.
Arvin yang menghampiri ranjang dan terlihat ingin memasangkan alat pendengar tersebut di telinga Vanisa dan ternyata hal itu membuat Vanisa kaget dengan spontan berbalik dan menepis tangan Arvin. Posisi berdiri Arvin yang ternyata tidak stabil membuatnya kaget dan alhasil jatuh ke atas tubuh Vanisa yang mending di tubuh istrinya itu dengan wajah mereka yang sejajar dengan jarak yang hanya beberapa senti saja.
Bersambung.......
lalu siapa orang yg mengingunkan alvin jatuh ya?
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku