Dijodohkan sejak bayi, Zean Andreatama terpaksa menjalani pernikahan bersama aktris seni peran yang kini masih di puncak karirnya, Nathalia Velova. Memiliki istri yang terlalu sibuk dengan dunianya, Zean lama-lama merasa jengah.
Hingga, semua berubah usai pertemuan Zean bersama sekretaris pribadinya di sebuah club malam yang kala itu terjebak keadaan, Ayyana Nasyila. Dia yang biasanya tidak suka ikut campur urusan orang lain, mendadak murka kala wanita itu hendak menjadi pelampiasan hasrat teman dekatnya
--------- ** ---------
"Gajimu kurang sampai harus jual diri?"
"Di luar jam kerja, Bapak tidak punya hak atas diri saya!!"
"Kalau begitu saya akan membuat kamu jadi hak saya seutuhnya."
-------
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 02 - Kilas Balik
Tepat pukul lima pagi, mata Nasyila perlahan terbuka. Dia memang terbiasa bangun pagi, sejak kecil sudah dididik disiplin meski dengan segala keterbatasan. Lahir di sebuah keluarga sederhana tidak membuat keinginan Nasyila untuk lebih baik ketika dewasa pupus begitu saja.
Dia yakin bisa membuktikan bahwa dunia tidak seseram yang dikatakan orang banyak. Tuhan selalu punya cara untuk menyelesaikan masalahnya, dan Nasyila selalu yakin akan hal itu.
Akan tetapi, setelah kondisi sang ibu kian memburuk perlahan hati Nasyila melemah. Dunia memang kejam, itu fakta yang tidak bisa dia bantah. Bertahan di ibu kota tidak semudah yang dibayangkan, meski dia memang selalu beruntung dengan pendidikan tinggi yang berhasil dia tuntaskan dengan beasiswa tentu saja.
Pikirannya masih melayang jauh, Nasyila menatap pria tampan dengan wajah yang begitu sempurna di sampingnya masih tertidur pulas. Sebagaimana dia katakan bahwa Tuhan selalu punya cara, akan tetapi setelah menatap Zean dia bingung sendiri sebenarnya pria itu penolong atau awal bencana baginya.
Nasyila tidak menyesal, jika Zean tidak datang malam itu mungkin dia akan benar-benar menjual keperawanannya pada pria tidak dikenal. Saat itu dia buntu, bimbang dan jujur saja tidak punya cara yang terpikirkan dalam otak Syila.
Mereka memang tidak memiliki aset ini dan itu sejak dahulu, rumah yang mereka tumpangi adalah harta satu-satunya. Sialnya, sertifikat rumah itu sudah dia gadaikan tiga bulan lalu lantaran biaya rumah sakit sang ibu tidaklah kecil. Sementara, saat itu Nasyila belum mendapat pekerjaan.
Akan tetapi, setelah mendapat pekerjaan nyatanya tidak menjadi berita baik begitu saja. Cicilan hutang dan biaya rumah sakit sang ibu memeras otak dan tenaga Syila, belum lagi gaji yang dia dapatkan dari pekerjaannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan biaya rumah sakit sang ibu.
Hingga, Syila berada di titik putus asanya tiga hari lalu. Nekat mendatangi sebuah club malam atas rekomendasi temannya sewaktu kuliah. Sempat ragu, tapi setelah temannya itu meyakinkan Syila melupakan baik dan buruknya.
Siallnya, ketika tiba di sana Syila harus kembali dipertemukan dengan pria gila yang membuatnya hampir bunuh diri lantaran gajinya dipotong hanya karena telat dua menit. Ya, manusia tidak memiliki hati yang sedikit sakit jiwa di mata Nasyila adalah teman dari pria kaya yang akan membayarnya malam itu.
Semua berawal baik-baik saja, Nasyila memerankan skenarionya sebagai wanita penghibur dan melupakan siapa itu Zean Andreatama. Walau sejak awal kedatangannya, mata Zean seperti hendak copot menatap Syila.
Hingga, beberapa menit berlalu Zean tiba-tiba marah dan membuat keonaran bahkan situasi club malam itu menjadi tidak kondusif. Bak pria yang marah dan tidak terima karena wanitanya disentuh pria lain, Zean menarik paksa Syila setelah berhasil menghajar Rio hingga pria itu babak belur.
"Gajimu kurang sampai harus jual diri?"
Suara Zean menyalak-nyalak ketika mereka sudah berada di mobil. Nasyila yang sudah terbiasa dibentak sebagai anak baru menganggap kemarahan Zean sebagai hal biasa.
"Di luar jam kerja, Bapak tidak punya hak atas diri saya!!"
Tidak terima karena Zean bertindak semaunya, Nasyila melontarkan kata-kata yang sejak tadi ingin dia keluarkan. Sontak saja Zean mengepalkan tangan dan menatapnya kian tajam.
"Kalau begitu saya akan membuat kamu jadi hak saya seutuhnya."
Kalimat yang awalnya tidak dapat Nasyila pahami, kini dia dapat mengerti apa maksud Zean. Pria itu menikahinya setelah beberapa hari memaksa Nasyila pulang, pernikahan rahasia yang mereka lakukan atas izin Zulia, ibunda Nasyila yang masih terbaring lemah di rumah sakit.
Benar-benar diperlakukan sebagaimana wanita pada umumnya. Padahal, pernikahan tersebut dia setujui dengan beberapa perjanjian yang mereka tanda tangani berdua. Zean butuh sosok istri, sementara Syila butuh pria yang mampu menopang hidupnya.
Anggap saja dia wanita tidak berguna, Syila terima itu. Akan tetapi, seperti kata Zean akan lebih baik menjadi pellacur untuk suami dalam ikatan yang direstui Tuhan, dibandingkan menjajakan tubuh dan pada akhirnya membuat dia tidak berharga.
"Eeuungh."
Lamunan Nasyila buyar kala mendengar lenguhan Zean. Pria itu mulai terbangun dari tidurnya, tampak jelas dia begitu lelah hingga menggerakkan leher dan tangannya. Dia tampan, sangat tampan bahkan jika hanya dari segi fisik Syila mungkin saja mencintainya.
Sayang sekali, tabiat asli Zean sudah dia ketahui dan Syila harus mengonsumsi obat sakit kepala akibat menjadi sekretaris Zean. "Aah, shiitt." Zean mengumpat, dia masih menggerakkan leher dan lengannya.
"Aku harus bagaimana? Sapa seperti biasa? Tapi kan ini bukan di kantor ... aduh, aku harus bagaimana?"
Syila bingung sendiri, dia menatap pria yang kini duduk di sisinya. Menghadap ke depan dan tampaknya tengah mengumpulkan nyawa, dia menggigit bibir bawahnya kala menyadari bekas cakaran di punggung Zean.
"Jangan bilang itu ulahku? Ti-tidak mungkin, pasti dia melakukannya dengan banyak wanita dan bekasnya masih ada."
Nasyila menolak sadar, padahal bekas cakaran itu memang ulah jemarinya.Terlihat jelas masih baru dan dia seakan lari dari tanggung jawab, tidak tahan lantaran kian malu Nasyila menarik selimut hingga menutupi wajahnya.
"Ehm?"
Merasakan sedikit pergerakan dari selimut itu, Zean menoleh ke dan menyadari dia tidak sedang sendirian. Ya Tuhan, Zean bahkan lupa jika ada istrinya. Pria itu menggaruk kepalanya yang terasa sedikit gatal seraya menguap lebar-lebar.
"Syila."
Zean mengguncang pelan tubuh Syila yang tertutup selimut. Entah kenapa dia ingin saja mengusik wanita yang kerap menjadi sasaran kemarahannya di tempat kerja itu.
"Ayana Nasyila!!"
Sebal tidak mendapat respon, Zean menaikkan intonasi suaranya hingga wanita itu mengintip sedikit demi sedikit di bawah selimut. Dilihatnya wajah menyebalkan Zean, memang aura pria itu sontak berubah suram jika sudah membuka mata.
.
.
- To Be Continue -