Niat hati memberikan kejutan kepada sang kembaran atas kepulangannya ke Jakarta, Aqilla justru dibuat sangat terkejut dengan fakta menghilangnya sang kembaran.
“Jalang kecentilan ini masih hidup? Memangnya kamu punya berapa nyawa?” ucap seorang perempuan muda yang dipanggil Liara, dan tak segan meludahi wajah cantik Aqilla yang ia cengkeram rahangnya. Ucapan yang sukses membuat perempuan sebaya bersamanya, tertawa.
Selanjutnya, yang terjadi ialah perudungan. Aqilla yang dikira sebagai Asyilla kembarannya, diperlakukan layaknya binatang oleh mereka. Namun karena fakta tersebut pula, Aqilla akan membalaskan dendam kembarannya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Kabar Kematian
“Sayang ...?” Ibu Srikandi masih berucap lembut, tetapi Rumi yang ada di hadapannya makin gemetaran di sudut kamar.
Tak beda dengan Liara dan kedua orang tuanya, mereka juga ada di penampungan komnas perlindungan anak dan perempuan. Mereka berada di kamar yang berbeda dari Liara. Kamar yang jauh lebih tenang, jauh dari keramaian. Karena berbeda dengan Liara dan kedua orang tuanya, Rumi dan ibu Srikandi tak sampai melakukan pesta. Pesta yang sengaja mereka lakukan untuk merayakan kemenangan mereka.
Apa yang mereka alami dan sampai dilindungi komnas perlindungan anak dan wanita. Memang membuat mereka yakin, mereka akan bebas dari segala tuduhan pihak Chilla. Kekuatan viral juga diyakini tak akan pernah mampu mengusik mereka. Terlebih sampai terakhir berita tersebar, keadaan Aqilla yang diyakini sebagai korban, masih sehat wal afiat.
“Ingat Rumi, ... jangan pernah katakan apa pun tentang Sasy.”
“Kamu lihat apa yang dia lakukan dengan papa?”
“Jaaalang sepertinya sudah selayaknya mati!”
“Karena andai dia tetap hidup, ... dia akan merebut papa dari kita. Andai dia tetap hidup, kita yang hanc ur, Rumi!”
Kedua tangan ibu Srikandi yang gemetaran, berangsur mencengkeram kedua lengan sang putri. Detik itu juga Rumi refleks histeris. Karena disentuh sang mama membuatnya teringat adegan ketika ia memergoki darah segan mengucur dari kepala Sasy yang remuk. Saat itu, ibu Srikandi memegang lampu meja yang berat. Lampu tersebut berlumur darah, sedangkan ibu Srikandi menatap Sasy yang terkapar di lantai, penuh amarah.
“Kamu cukup diam, katakan saja bahwa kamu tidak tahu. Bilang kepada mereka, bahwa kamu hanya tak sengaja melihat ketika Sasy terjatuh dari lantai atas. Ternyata alasan Sasy jatuh karena dia menghindari kejaran mama, setelah dia kepergok ... dengan ... papa!” Ibu Srikandi terus memberi arahan, tetapi Rumi tetap saja ketakutan kepadanya. Hingga yang ada, emosi ibu Srikandi makin tak stabil.
Kedua tangan ibu Srikandi refleks menahan kepala Rumi kemudian menghantamnya sekuat tenaga ke tembok di belakang sang anak. Rumi langsung lemas dan perlahan terduduk lemah sambil bersandar ke tembok.
“Cukup bilang iya, dan ikuti saja, kenapa? Kenapa kamu hanya ketakutan, ketakutan, dan hanya ketakutan? Kenapa kamu sangat tidak berguna, hah?” kesal ibu Srikandi meronta-ronta.
“Kamu enggak mikirin gimana sakitnya ada di posisi Mama? Mama yang menemani papa kamu dari nol. Selama ini, Mama selalu melakukan yang terbaik! Namun dalam sekejap, semua pengorbanan Mama tidak ada artinya hanya karena daun muda dan itu sahabat kamu!”
Ibu Srikandi makin meronta-ronta, sementara Rumi justru makin pusing saja. Namun, ulah sang mama tak sampai membuat kepala Rumi mengalami luka berdarah. Selain itu, ibu Srikandi juga bukan lagi sosok wanita lembut penuh cinta lagi. Karena ibu Srikandi yang sekarang tak lebih dari wanita penuh emosi yang selalu kesulitan mengontrol diri.
Sementara itu, pesta di kamar Liara, diakhiri dengan tidur pulas berikut senyum bahagia. Sisanya yaitu Keysa dan Vanya, bersama mama mereka di kamar masing-masing, keduanya tetap tidak bisa tidur. Sebab keduanya malah fokus mengawasi ponsel. Sederet berita yang masih berkaitan dengan mereka, termasuk kabar kematian dari pihak sekolah, benar-benar membuat mental mereka terguncang.
“S—Sasy ...? Sasy meninggal?” lirih Vanya dan Keysa sama-sama meringkuk membelakangi mama mereka yang sudah pulas.
Grup WA sekolah seketi ramai atas kabar kematian Sasy, yang dibagikan oleh guru, tengah malam ini. Foto Sasy terpasang di antara bingkai duka doa terbaik. Merinding, beberapa dari mereka tak segan berkomentar dan mengaitkan kematian Sasy dengan skandal yang ada. Baik yang dengan pak Pendi dan ibu Srikandi, juga apa yang sudah Sasy lakukan kepada Chilla.
085 ... : Karma itu nyata, cuy! Enggak metong gegara penyakit, ya karena azab!
Selain komentar belasungkawa, hujatan kepada Sasy dan juga Liara, terus menghiasi kolom grup. Grup WA yang awalnya bisa dikirimi pesan oleh semua peserta grup, menjadi hanya admin yang bisa melakukannya.
••••
“Kami turut berduka atas meninggalnya Sasy,” ucap Aqilla yang sengaja datang ke kediaman orang tua Sasy.
Keluarga Sasy tinggal di kontrakan sempit, yang untuk sampai kontrakannya harus melewati gang kecil cukup jauh dari jalan.
Aqilla yang sampai memakai hijab segi empat warna hitam, tak datang sendiri. Sebab ia datang bersama Stevan. Awalnya, Aqilla akan datang bersama pak Dharen. Namun, sang om mendadak ada urusan. Sedangkan meski Stevan mendadak datang ke rumah pak Dharen secara khusus mengajak Aqilla, awalnya Aqilla tidak mau.
Berbeda dari kebanyakan orang yang berduka, apalagi orang tua yang ditinggalkan anaknya, orang tua Sasy sama sekali tidak terlihat sedih apalagi sampai berduka. Keduanya yang ditemani tiga anak kecil, dan seorang pemuda yang kiranya berusia di awal dua puluhan, tampak terlihat bahagia, dan hanya sesekali terlihat bingung saja. Khususnya ketika setiap mereka yang datang termasuk Aqilla, menanyakan kronologi kematian Sasy.
“Bisa enggak, itu matanya biasa saja natap Qilla-nya?” batin Stevan. Alih-alih fokus pada kedukaannya di sana, ia malah nyaris tantrum gara-gara perhatian kakak Sasy kepada Aqilla.
Di sebelah orang tua dan adiknya, kakak Sasy yang juga duduk di tikar layaknya pelayat, tak hentinya memandangi Aqilla sambil tersenyum.
“Alasan kamu salah gaul memang karena lingkungan utama kamu dan itu keluarga kamu. Namun ketimbang mereka, kamu lebih jahat, Sy. Kamu tega menyia-nyiakan hidup sekaligus nyawa kamu buat kebahagiaan instan, yang bahkan hanya kamuflase semata!” batin Aqilla.
Bagi Aqilla, sekelam apa pun kehidupan Sasy, maupun kehidupan semua orang di luar sana. Mereka berhak mendapatkan keadilan. Hingga Aqilla juga berniat mencari kebenaran mengenai kematian Sasy.
“Bahkan sebelum video yang viral berakhir, ... Sasy kena amu*kan ibu Srikandi. Lampu meja itu, dan ... dara*h dari kepala Sasy sampai mengucur,” ucap Aqilla yang menang selalu teliti pada setiap apa yang ia hadapi. “Meski video itu sudah menghilang seperti video-video anggota mereka yang sebelumnya, ... aku pastikan video itu akan kembali naik dan bahkan lebih ramai!”
“Karena sekelam apa pun kehidupan Sasy, maupun kehidupan semua orang di luar sana. Mereka tetap berhak mendapatkan keadilan tertinggi!” tegas Aqilla.
Ketika kedua orang tua Sasy langsung ketar-ketir dan jadi melirik satu sama lain. Kakak Sasy justru tersenyum lepas dan jelas terpesona kepada Aqilla atas apa yang Aqilla tegaskan.
Sikap Aqilla yang selalu cermat sekaligus cepat tanggap, memang membuat gadis itu berbeda bahkan istimewa. Kecerdasan Aqilla membuatnya tak hanya cantik luar dalam, tetapi juga menyilaukan.
“Setiap orang berhak mendapatkan keadilan, bahkan untuk mereka yang sudah tiada!” batin Aqilla yang dalam hatinya juga berkata, “Seberapa besar amplop yang mereka terima dari keluarga Rumi?”
😏😏😏
iya juga yaa,, kalo sdh singgung k Mbah Kakung,, memoriq tiba2 jadi blank🤭😅
ini angkatan siapa ya... 🤣🤣🤣
kayaknya aq harus bikin silsilah keluarga mereka deh... 🤣🤣🤣
beri saja Liara hukuman yg lebih kejam Mb...
Angkasa ....,, tunggu tanggal mainnya khusus utkmu dari Aqilla
Jangan smpe orang tua nya liara berkelit lagi ...