Warning.!!! 21+
Anindirra seorang single parent. Terikat perjanjian dengan seorang pria yang membelinya. Anin harus melayaninya di tempat tidur sebagai imbalan uang yang telah di terimanya.
Dirgantara Damar Wijaya pria beristri. Pemilik perusahaan ternama. Pria kesepian yang membutuhkan wanita sebagai pelampiasannya menyalurkan hasratnya.
Hubungan yang di awali saling membutuhkan akankah berakhir dengan cinta??
Baca terus kisah Anindirra dan Dirgantara yaa 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon non esee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
Anin berjalan dengan langkah gontai. Dengan di ikuti Pak Dadang yang berada beberapa meter di belakangnya.
Terlihat tidak semangat. Melewati pintu, menuruni eskalator, berpapasan dengan orang-orang yang juga akan terbang dengan tujuannya masing-masing. Sebagian ada yang hanya mengantar sanak saudara, orang terdekatnya. Sama seperti dirinya.
Langkah kakinya akan membawa dia keluar dari gedung bandara yang begitu luas menuju parkiran.
Seperti ada yang mengganjal di hatinya. Bukan karna melepas keberangkatan ibu dan putrinya, yang membuat hatinya resah, tetapi di karenakan kepergian Dirga yang terkesan terburu buru.
Meninggalkannya di ruang antar keberangkatan. Dengan alasan harus segera menemui clientnya di kantor. Padahal sebelumnya, Dirga mengatakan ingin menghabiskan waktu berdua bersamanya hari ini.
Dari sorot matanya Anin dapat merasakan Dirga tidak berkata jujur kepadanya. Ada hal yang di sembunyikan.
"Ah... Siapa aku? Baginya aku mungkin hanya sekedar penghangat ranjangnya. Tapi, bolehkah aku berharap ada cinta di hatimu Tuan?"
Sudah menjadi kodratnya wanita, Anin ingin di cintai.
"Apakah sebuah pengakuan cinta penting untukku? Ah," Anin mendesah dalam diam.
"Benarkah hanya Client?"
"Bagamana kalau dia bertemu wanita?"
"Apakah aku cemburu?"
"Ya ampun... Apa yang kamu pikirkan Anindirra?"
Tangannya mengepal mengetuk ngetuk keningnya.
"Tentunya, sebagai pengusaha dia akan banyak bertemu banyak orang baik laki-laki maupun perempuan. Dan jangan lupakan dia sudah memiliki Istri Anin! Mungkin saja dia harus menemuinya." Anin terus membatin.
Berjalan menunduk. Isi di kepalanya masih di penuhi beragam macam pertanyaan? Sampai telinganya tidak mendengar suara panggilan Pak Dadang yang memintanya menunggu di bangku kedatangan. Karna dirinya harus ke toilet.
Baru saja langkah kakinya menuruni Eskalator. Tanpa di sengaja.
Brukk
"Aww!!" Anin mengaduh sakit karna keningnya menabrak dada bidang yang terasa keras.
"Maaf, Pak. Saya tidak sengaja." sambil mengusap-usap keningnya dengan telapak tangannya. Anin masih belum menyadari siapa sesosok lelaki yang di tabraknya.
"Anindirra!"
"Degg!!"
Anin mengenal suara itu, suara yang sudah lama ia ingin lupakan.
"A-Andre!"
Tubuhnya terhentak. Dadanya bergemuruh tidak tenang. Sekelebat bayangan di masa lalu terlintas di matanya. Bayangan itu masih jelas dan terekam di ingatannya. Ketika dia bersimpuh memohon agar lelaki itu tidak meninggalkan ia dan Putrinya.
Belum lagi Anin menguasai keadaan. Tangannya di cekal dan di seret untuk mengikuti langkah lelaki itu.
"Ikut aku."
"Lepas Ndre!" Anin berusaha melepaskan cekalannya yang semakin kuat di pergelangan tangannya. Berjalan dengan langkah lebar di ikuti Anin berada di belakang sisinya, Andre sama sekali tidak melepaskan tangannya.
"Andre lepas!"
Seakan tuli lelaki itu terus membawanya ke gedung lain yang masih berada di dalam area terminal tiga. Andre membawa masuk ke dalam kamar yang Anin tau sebagai fasilitas penginapan di Bandara Soekarno-Hatta. Salah satu kamar di penginapan ini sudah menjadi tempat Andre transit untuk istirahat, ketika Andre mengurus keberangkatan para wisatawan yang hendak pergi berlibur menggunakan jasa tour & travel miliknya.
"Grepp.." Andre memeluk Anin dengan erat saat sudah berada di dalam.
"Aku kangen kamu An, sungguh aku kangen kamu."
"Lepas Ndre! lepaskan aku!" Anin berusaha melepaskan diri.
"Biarkan sebentar An, biarkan aku memelukmu sebentar." Andre berkata dengan suara bergetar.
"Nomormu ganti An? Aku tidak bisa menghubungimu. Aku mencari keberadaanmu di tempat kerjamu yang lama. Teman-temanmu bilang, kamu sudah mengundurkan diri. Kamu juga meningalkan rumah yang kita tempati dulu."
"Lepaskan aku Andre!"
"Aku akan melepaskanmu. Tapi kita harus bicara. Aku mohon An, biarkan aku menjelaskan semuanya."
Perlahan pelukan itu merenggang dan terlapas. Anin mundur beberapa langkah ke belakang menjauhkan diri dari Andre.
"Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Biarkan aku keluar." Anin menutupi hatinya yang gusar dengan menunjukkan wajah tidak bersahabat.
"Aku mohon An, ataw aku akan melakukan sesuatu kepada mu." Andre berjalan mendekat ke arah Anin dengan sorot mata menyala sedikit sendu.
Di ikuti Anin yang terus mundur.
"Jangan macam-macam Ndre! Ataw aku akan teriak!"
"Teriak saja An, tidak akan ada yang mendengar. Lagi pula statusmu masih menjadi istriku."
"Istri?"
"Istri yang mana? Istri yang sudah kamu tinggalkan? Apa kamu lupa Ndre. Aku memang belum menerima surat dari pengadilan agama.Tapi kamu jangan lupa kamu sudah mentalakku!"
Anin memberanikan diri menatap mata Andre. Dengan menahan air mata yang hendak lolos dari kelopak matanya.
Anin terhuyung ke belakang ketika kakinya membentur sisi tempat tidur. Terduduk tidak bisa menghindar. Di ikuti Andre yang duduk di sampingnya.
Mereka sama sama terdiam untuk beberapa saat. Keheningan terjadi di kamar ber AC berukuran sedang. Sampai suara Andre terdengar pelan di telinganya.
"Aku mentalakmu karna keinginan Ibuku An, aku tidak mampu menolaknya ketika Ibu mengancam akan melukai dirinya. Ibu juga tidak mau melakukan operasi jantungnya kalaw aku tidak meninggalkanmu."
"Sama seperti Alea anakmu Andre, Alea juga memiliki penyakit yang sama dengan ibumu. Kamu tau Ndre ? Gennya lebih kuat dari keturunanmu."
"Tapi pada ahirnya kamu lebih memilih meninggalkanku dan Putrimu demi menikahi wanita itu kan?"
"Ya, aku menikahinya atas permintaan Ibu.Tapi aku tidak bahagia An, aku tidak mencintainya. Sampai hari ini aku masih menginggatmu, aku masih mencintaimu Anindirra."
Anin tertawa lirih.
"Semua sudah selesai Ndre. Kita bukan lagi suami istri. Segeralah urus surat di pengadilan agama. Ataw aku yang akan mengurusnya. Sudah tidak ada cinta di antara kita."
"Tidak An, kamu bohong kan? Kamu masih mencintaiku kan? Kita masih memiliki ikatan. Ada Alea di antara kita."
"Harusnya kamu memikirkan Alea saat kamu mentalakku. Aku pernah bersimpuh di kakimu Ndre. Aku pernah memohon untuk tidak di tinggalkan.Tapi kamu tetap pada keputusanmu. Jadi jangan jadikan Alea sebagai alasan."
Andre terdiam.
"Aku akan megejarmu lagi Anindirra."
Aku ingin bertemu anakku.
****
Bersambung ❤️
Mohon dukungan like komen hadiah dan votenya ya 🤗
karna saya sadar diri..
saya ga bisa nulis cerpen..
hee